Kado untuk hari jadi yang kesebelas sudah terpikir. Mikha tinggal mencari bahan kemudian membuat kado itu. Sayangnya, dia tidak mungkin membuat sendirian. Bisa-bisa dia hanya membuat balok, itupun tidak akan rapi. Karena itu, Mikha agak memaksa meminta bantuan Melvin. Dia yakin, lelaki itu sangat kreatif. Tidak mungkin dia menjadi desain interior jika tidak memiliki jiwa seni dan kerativitas.
"Lo semalem belum iyain. Sekarang, gue harus usaha!" Mikha mengangguk, wajahnya terlihat penuh tekad.
Mikha menata chicken katsu di kotak makan kemudian menutupnya. Dia mengambil kantung kertas dan memasukkan kotak makannya. Setelah itu dia mengambil sebotol kopi yang dibeli dari salah satu kedai kopi terkenal. Mikha tersenyum setelah semuanya beres.
"Langkah pertama dimulai!" Mikha berjalan keluar sambil membawa kantung kertas itu. Dia berbelok ke kiri dan berjalan ke apartemen Melvin.
Tet... Tet....
Tangan Mikha terangkat, menutupi wajahnya dengan kantung. Dia yakin, Melvin akan luluh setelah dibuatkan sarapan. Melvin tinggal sendiri, jelas pola makannya berantakan.
Ceklek....
"Silakan." Mikha mengulurkan kantungnya.
Melvin menggerakkan kantung itu dan melihat Mikha yang menunduk. Dari posisinya, dia bisa melihat Mikha tersenyum samar. Melvin melipat kedua tangan di depan dada, tanpa menerima bingkisan itu dan tanpa membalas sapaan Mikha.
Perlahan Mikha mengangkat wajah. Dia melihat Melvin yang sepertinya baru bangun dengan mata memerah. "Pasti belum sarapan, kan?"
"Gue biasa sarapan telat," jawab Melvin apa adanya.
"Makan telat itu nggak baik. Sekarang orang-orang mulai ubah kebiasaan itu. Gue harap lo juga gitu. Biar makin bugar." Mikha menarik tangan Melvin, tapi lelaki itu tidak serta merta menggerakkan tangannya.
Mikha melirik gagang pintu. Tidak kekurangan akal, dia menyampirkan kantung itu di sana. Setelah itu Mikha tersenyum lebar. Dia memperhatikan Melvin yang tampak lelah melihat kelakukannya. Jangan lelah dulu. Ini baru permulaan.
"Tumben baik?" tanya Melvin seraya mengambil kantung dari Mikha.
"Soal semalem."
Melvin refleks mundur.
Mikha mendengus, sepertinya akan ditolak lagi. "Gue...."
Melvin menarik gagang pintu dan hendak menutupnya. Namun, Mikha lebih dulu menerobos masuk. "Nggak takut masuk apartemen gue?"
"Enggak!" Mikha menggeleng pelan. "Wanita itu ternyata kakak lo. Jadi, nggak akan salah paham."
"Gimana kalau tiba-tiba pacar lo dateng?"
Mikha refleks mundur, menoleh ke lorong dan tidak mendapati siapapun. "Please."
Melvin tahu, Mikha sedang membujuk agar membantu membuat kado. "Gue sibuk, Mik. Minta tolong yang lain aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Say Goodbye
General Fiction[UPDATE 2X SEHARI SELAMA RAMADAN] Bagaimana cara mengucapkan selamat tinggal? Mengapa harus mengucapkan selamat tinggal? Apa tidak bisa diperbaiki? -Mikha Tidak semua orang mudah mengucapkan selamat tinggal. -Giran Cukup tinggalkan. -Melvin