Ruangan dengan panjang delapan kali delapan meter itu terasa dingin. Lima orang penghuni ruangan bergantian mengatur suhu agar tidak terlalu dingin. Namun, tetap terasa dingin. Salah satu dari mereka bahkan ada yang memakai selimut hijau dengan kupluk berbentuk keropi.
"Hatchi...." Entah ini sudah bersin ke berapa sepanjang satu jam terakhir. Mikha sudah menghabiskan banyak tisu untuk menyumpal hidungnya. "Aaaa! Dingin banget, sih!" Mikha seketika beranjak, mengambil remot AC dan mematikannya.
"Paling beberapa menit lagi kerasa panas," protes salah satu karyawan.
"Nanti saya nyalakan lagi," jawab Mikha sambil membawa remot AC itu ke meja. Dia kembali duduk dan menarik tisu yang masih berada di hidung. "Aduh..."
Sudah lama tidak bekerja malam membuat tubuh Mika harus beradaptasi lagi. Meski sudah meminum kopi, tetap saja pandangannya terasa panas. Memang jarang menguap, tapi tubuh terasa lelah. Belum lagi dinginnya AC yang membuat Mikha ingin segera pulang dan bergelung di balik selimut.
Drttt....
Mikha melirik ponselnya yang tiba-tiba bergetar. Jika dulu Giran yang sering mengabarinya, sekarang tidak lagi. "Pasti Arina." Dia mengambil benda itu dan benar saja pesan dari Arina.
Arina: Sorry, Mik. Baru cek HP.
"Nih anak, hobi tidur malem mulu," keluh Mikha sambil membalas pesan itu.
Mikha: Tidur... Tidur.
Mikha: Gue shift malam lagi setelah sekian lama.
Mikha: Nggak ngantuk, sih. Cuma males banget kerja malem-malem.
Mikha menunggu pesan balasan Arina, tapi lima menit telah berlalu dan tidak ada tanda-tanda pesan masuk. Dia mendorong ponsel agak menjauh dan melihat ada chat dari customer yang masuk. "Ini juga nggak tidur," gumamnya. "Tapi, nggak mungkin bisa tidur, sih, kalau belanjaannya nggak beres." Jemarinya lalu bergerak cukup cepat.
Drttt....
Mikha melirik ke ponselnya yang bergetar. Usai membalas pesan klien, dia mengambil ponsel dan melihat pesan panjang dari Arina.
Arina: Mik, gue nggak tahu harus ngomong sekarang atau enggak. Tapi, gue rasa lo harus tahu ini. Gue nggak bisa sembunyiin lebih lama lagi.
Arina: Lo inget cerita gue Sabtu lalu? Gue ketemu Zero dan dia itu Melvin. Gue nemuin foto bareng kita di rumah orangtua Meli. Gue sempet nyari tahu apa Meli punya adik lain atau enggak, jawabannya enggak.
Arina: Gue nggak tahu harus gimana sekarang.
Tak....
Ponsel yang dipegang Mikha jatuh ke pangkuan dan sempat membentur pinggiran meja. Tangannya terdiam kaku. Tiba-tiba dia membeku setelah tahu fakta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Say Goodbye
General Fiction[UPDATE 2X SEHARI SELAMA RAMADAN] Bagaimana cara mengucapkan selamat tinggal? Mengapa harus mengucapkan selamat tinggal? Apa tidak bisa diperbaiki? -Mikha Tidak semua orang mudah mengucapkan selamat tinggal. -Giran Cukup tinggalkan. -Melvin