Entah Anda duluan yang suka, atau Mikha yang tanpa sadar suka ke Anda.Ucapan Giran beberapa saat yang lalu terngiang di kepala Melvin. Sampai-sampai, dia terus gelisah. Apalagi, sekarang ada Mikha yang duduk di depannya.
"Mi bakarnya enak banget. Cobain," ujar Mikha lalu menyantap mi bakar dari kafe satu blok dari apartemennya.
Melvin melirik wadah persegi panjang dengan aluminium foil yang menutupi makanan di dalamnya. "Oh, ya?" Dia menarik makanan itu dan membukanya. Terlihat mi dengan bagian atas terdapat keju dan daging tipis yang memenuhi. Dia membuka sumpitnya lalu mencicipi mi bakar itu.
"Gimana?" Mikha memperhatikan Melvin. "Enak, kan?"
Melvin terdiam, merasakan mi dengan aroma asap bercampur dengan bumbu yang tidak dia ketahui. Ada pula rasa asin dari keju dan gurihnya daging. Semuanya bercampur sempurna. "Enak banget!" Kemudian dia memakan lagi.
"Mi bakar terenak yang sering gue datengi sama Giran," cerita Mikha begitu saja. Sedetik kemudian, dia menyadari sesuatu. Mikha menatap Melvin yang masih asyik sibuk memakan. "Ck! Ngapain inget-inget dia," gumamnya pelan.
"Kayaknya gue bakal langganan di sini."
"Bener?" Mikha melanjutkan kegiatan makannya, tidak ingin pikirannya terusik oleh sang mantan yang telah bahagia bersama selingkuhannya.
Melvin melirik Mikha. Sebenarnya dia mendengar cerita Mikha, tapi sengaja tidak merespons saat nama Giran disebut. "Gue suka mi."
"Sama, dong."
"Oh, ya? Mi apa saja yang pernah lo makan?"
"Mi kocok, mi aceh, mi nyemek, mi ayam, mi bakar. Banyaklah pokok."
"Pernah coba mie laoyou nanning?"
Mikha mengernyit. "Gue baru denger."
Melvin tersenyum puas. "Minya agak pipih meski nggak selebar kwetiaw. Rasanya asem, pedes gitu."
"Di mana?"
"Gue beli pas ke Tiongkok," jawab Melvin lalu menahan tawa melihat ekspresi Mikha yang kecewa. "Katanya, itu makanan pembuka buat nyambut musim panas."
"Kata siapa?"
"Kata temen gue." Melvin menyantap makanannya lebih besar. "Kayaknya gue bakal nambah."
"Gue juga!" seru Mikha cepat.
Melvin menahan tawa. Dia berdiri lalu menuju meja kasir. Sementara Mikha melanjutkan kegiatan makannya.
"Udah...." Beberapa menit kemudian Melvin kembali. Dia melihat makanan Mikha telah habis, sisa segelas lemon tea yang masih penuh. "Padahal, gue pesen minum sekalian."
Mikha menggerakkan tangan. "Kalau minum bikin kenyang. Jadi, nggak minum dulu." Kemudian dia tersenyum mengakhiri kalimatnya.
Berbeda dengan Melvin yang gampang haus. Minumanya telah tersisa setengah dan yakin pasti akan kurang. Dia lalu menyeruput minumannya sambil memperhatikan pengunjung yang antre di bagian take a way.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Say Goodbye
General Fiction[UPDATE 2X SEHARI SELAMA RAMADAN] Bagaimana cara mengucapkan selamat tinggal? Mengapa harus mengucapkan selamat tinggal? Apa tidak bisa diperbaiki? -Mikha Tidak semua orang mudah mengucapkan selamat tinggal. -Giran Cukup tinggalkan. -Melvin