60-Please, Say Goodbye

315 21 5
                                    

Selama bertetangga, Mikha jauh lebih akrab ke Melvin daripada tetangga lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selama bertetangga, Mikha jauh lebih akrab ke Melvin daripada tetangga lain. Hampir setiap hari mereka bertemu. Entah, karena tidak sengaja berpapasan saat akan berangkat bekerja, atau sengaja janjian untuk mencari makan. Namun, itu dulu.

Dua bulan terakhir, Mikha tidak lagi bertemu dengan Melvin. Pintu apartemen lelaki itu terus tertutup dan tidak terdengar suara apapun di sana. Pernah sekali, Mikha menekan bel, tapi tidak ada jawaban.

Mikha pernah berharap agar Melvin segera pindah sehingga dia bisa menjalani hidup dengan tenang. Namun, yang dia rasakan justru kebalikannya. Dia sangat kesepian, tidak ada seseorang yang menjaili dan dia jaili balik sebagai balasan. Jika dulu masih ada Giran, sekarang Mikha benar-benar sendiri.

"Sekarang gue jadi males ke mana-mana." Mikha berdiri di depan pintu lift, menunggu benda itu terbuka. Di tangan kanannya terdapat kantung berisi makanan. Sementara tangan kirinya menenteng tas.

Dua bulan setelah liburan, Mikha tetap menjalani rutinitasnya. Pergi ke kantor dengan naik motor tidak peduli sedang shift pagi atau malam. Awalnya terasa berat, karena dia gampang takut. Namun, lama-lama terbiasa.

Tring.... Begitu pintu lift terbuka, Mikha bergegas keluar.

Tok... Tok... Tok....

Mikha mengernyit mendengar suara ketukan palu yang menggema. Dia berjalan menatap depan dan melihat ada beberapa perabotan yang berjajar di lorong. Jantung Mikha seketika berdegup lebih cepat. Dia berjalan cepat dan melihat pintu apartemen Melvin terbuka.

"Permisi...."

Mikha terdiam melihat dua pekerja yang mengeluarkan sebuah meja. Seingatnya, itu meja di kamar Melvin. Dia menoleh ke dua pekerja yang meletakkan meja itu di lorong. Kemudian mereka kembali masuk.

"Lo mau pindah?" Mikha berteriak dari depan pintu.

Tok... Tok... Tok.... Ketukan palu itu masih terus terdengar.

Mikha hendak masuk, tapi ada pekerja lain yang membawa kresek sepertinya berisi pakaian kotor. Di belakangnya, ada yang mengeluarkan dua buah koper berukuran besar. "Melvin lo mau pindah?"

"Yaa?" Seseorang yang berada di kamar seketika keluar. Ekspresinya seketika berubah, melihat seorang wanita dengan rambut dicepol yang berdiri di ruang tamunya.

Ekspresi Melvin tidak jauh berbeda dengan Mikha. Dia memperhatikan lelaki itu yang memotong agak tipis rambutnya dan mengecatnya dengan warna kecokelatan. Dia lalu memperhatikan tubuh Melvin terlihat lebih berotot dari terakhir bertemu. Hati Mikha tersentil. Lantas dia mengharapkan apa? Tubuh Melvin kurus dengan wajah pucat setelah meninggalkannya?

"Ada apa?" Melvin mendekat kala Mikha terus memperhatikannya.

Lamunan Mikha seketika terputus. Dia bergerak mundur kala posisinya terlalu dekat dengan Melvin. "Mau pindah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please, Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang