14-Tidak Sesuai Harapan

83 15 6
                                    

Pukul lima lebih lima belas menit, Mikha keluar dari ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul lima lebih lima belas menit, Mikha keluar dari ruangan. Rambut panjangnya diikat hingga menyerupai bundaran. Dia memakai masker putih kemudian memakai helm, padahal belum sampai parkiran.

Mikha berjalan dengan langkah lesu dan matanya sedikit sendu. Sore ini dia tidak bersemangat seperti sebelum-sebelumnya. Semuanya berasal dari Giran yang tidak kunjung menghubungi. Berkali-kali dia ingin menghubungi lagi, tapi gengsi.

"Apa seniornya nggak ngasih tahu kalau gue telepon?" geram Mikha setelah duduk di atas motor.

Kedua tangan Mikha memegang kemudi dengan erat. Sedangkan kedua kakinya bergerak menghentak. "Apa susahnya, sih, nge-chat ngasih kabar? Biar gue nggak kepikiran gitu! Nyebelin banget."

Brak.... Mikha memukul kemudi cukup kencang. Dia menatap depan dengan pandangan menerawang. Entah kenapa, firasatnya mengatakan Giran sedang menghindarinya. "Apa dia hindarin gue gara-gara pertanyaan waktu itu?"

Mata Mikha terpejam, terbayang saat Giran mendadak pendiam setelah menjemputnya di rumah Arina. Apa yang sebenarnya terjadi dengan lelaki itu? Apa Giran sebenarnya belum siap untuk menikah?

"Ish! Nyebelin!" Mikha memegang kemudi kemudian mulai menyalakan motor.

Motor matic pink itu melaju di jalanan yang mulai padat. Mikha memilih lajur di pinggir di mana para pengendara motor saling berebut. Dia mencoba konsentrasi berkendara, tapi tetap saja nama Giran masih berkelebat di pikirannya.

"Apa harus gue samperin dia ke kantor?" geram Mikha. Sedetik kemudian dia tersenyum samar. "Kayaknya gue udah lama nggak ke kantor Giran." Mikha menambah kecepatan kemudian berbelok ke arah kiri jalan yang berlawanan dengan apartemennya.

Beberapa menit kemudian, Mikha sampai di sebuah gedung yang didominasi warna putih. Bagian depan terdapat sebuah patung dengan logo perusahaan. Sedangkan di kanan kiri terdapat taman kecil yang tampak tertawat.

Mikha memakirkan motornya di depan gedung lalu menuju lobi. Dia mengedarkan pandang, karena lobi tampak bersih dan luas berbeda dengan kantornya. Kemudian dia memilih duduk di sofa tunggu berwarna keabu-abuan.

Mikha: Tebak gue di mana?

Mikha: Picture send.

Mikha: Picture send

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Please, Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang