39-Seminggu Tanpamu

82 21 6
                                    

Seminggu kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seminggu kemudian.

Wanita yang selama seminggu dirundung kesedihan itu, kini perlahan bangkit. Meski tidak sesemangat sebelumnya, tapi cukup terlihat perbedaan yang signifikan. Terus menangis membuat tubuh terus terasa lelah. Kejadian buruk membuat seluruh hidup seolah berhenti. Namun, selalu ada hal baik disetiap kejadian buruk itu.

Cresss.... Suara sosis yang terkena minyak terdengar di dapur yang sepi itu. Mikha membuat sarapan, setelah seminggu pola makannya berantakan. Bersyukur, dia tidak sampai drop. Namun, efeknya selalu membuat tubuhnya lelah.

Mikha mengambil piring kemudian mengisinya dengan nasi. Setelah itu meletakkan sosis goreng di atasnya. Saat hendak berbalik, pandangannya tertuju ke cabai bubuk yang tergeletak. Dia mengambil cabai bubuk itu dan menuangkan di atas nasi.

Bip....

Perhatian Mikha teralih. Dia mendekati meja makan sambil menunggu seseorang yang datang. Dia masih menginap di apartemen Melvin karena terlalu malas beranjak.

Melvin tersenyum mendapati Mikha yang terlihat segar sehabis mandi. Pandangannya kemudian tertuju ke nasi yang masih mengepul dan satu potong sosis. "Kenapa nggak pesen aja?" tanyanya sambil duduk di depan Mikha. "Nggak apa-apa makan pedas?"

Mikha menggeleng pelan. Dia melahap nasi hangat dengan bubuk cabai itu kemudian menggigit sosis yang masih panas. "Gue minta ini."

"Nggak masalah." Melvin duduk bersandar. "Gimana? Udah...." Dia terlihat kesusahan untuk menanyakan kabar Mikha.

"Agak mendingan."

Melvin terlihat lega. Selama seminggu dia menginap di apartemen Meli. Dua hari sekali dia datang untuk mengambil beberapa pakaian. Namun, dia selalu datang saat wanita itu tertidur. Melvin sengaja memilih waktu itu agar tidak mengganggu Mikha.

"Hari ini gue balik," ujar Mikha setelah jeda cukup lama. Dia mendorong piring kosong itu kemudian menegak air mineral.

"Beneran nggak apa-apa? Lo bisa tinggal di sini. Gue bisa tinggal di apartemen Kak Meli." Melvin memiringkan wajah, melihat Mikha yang menunduk. Dia khawatir wanita itu masih bersedih.

Mikha menggeleng. Selama seminggu dia merepotkan Melvin. Apartemennya sangat dekat, tapi dia terlalu malas untuk keluar. Sampai-sampai, Melvin harus cari tumpangan lain. Sekarang, Mikha tidak ingin merepotkan. Dia yang mengalami putus cinta, tapi Melvin terkena imbasnya. "Gue balik," pamitnya sambil berdiri.

"Tunggu...." Melvin berdiri dan menghadang Mikha. Dia menyejajarkan wajah, memastikan wanita itu benar-benar baik-baik saja.

"Permisi...." Mikha mendorong lengan Melvin. Namun, lelaki itu memegang pergelangan tangannya.

Melvin menarik Mikha ke dalam pelukan. Dia sangat lega melihat wanita itu perlahan bangkit. "Gue takut, Mik. Bener-bener takut."

Mikha hanya berdiri mematung dengan tangan terkepal di sisi tubuh. Dia mengembuskan napas pelan saat dadanya mulai terasa sesak. "Vin...." Mikha mendorong dada Melvin. "Gue pulang sekarang."

Please, Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang