31-Permintaan

70 13 3
                                    

Melvin duduk di bangku kemudi dengan kedua tangan terkepal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melvin duduk di bangku kemudi dengan kedua tangan terkepal. Dia masih belum percaya siapa yang barusan ditemui. Seseorang yang dia pikir setia dan tidak banyak macam, ternyata main belakang. Sungguh tidak terduga.

Awal bertemu Giran, Melvin merasa lelaki itu cukup kolot. Giran juga terlihat protektif kepada Mikha. Sekarang, dia merasa Giran melakukan itu agar kedoknya tidak terbongkar. Mungkin saja Giran tahu lebih dulu tentangnya.

Sudut bibir Melvin tertarik ke atas melihat dua orang yang berjalan keluar dari mal. Dia menyalakan mesin mobil sambil terus menatap dua orang itu. Penasaran apa yang akan mereka lakukan.

"Pertama kalinya gue jadi stalker," gumam Melvin sambil mulai mengemudikan kendaraannya. Dia menatap mobil putih di depannya dengan senyum segaris.

Mobil itu ternyata berhenti di apartemen yang sempat Melvin kunjungi. Kedua tangannya semakin terkepal, ingat pernah mengajak Mikha ke tempat itu. "Kasihan banget lo, Mik. Bahkan pasang hiasan buat kamar pacar lo di apartemen selingkuhannya."

Melvin mempercepat laju kendaraannya saat mobil Giran melaju cukup kencang usai berhenti di depan apartemen. Dia tersenyum samar, menebak jika pasti akan ke rumah Mikha. Dia yakin, Giran pasti akan meminta Mikha agar tidak dekat dengannya. "Jangan harap lo lolos!" gumamnya sambil menambah kecepatan. Dia menyalip mobil itu dan lebih dulu ke apartemen.

Beberapa saat kemudian, Melvin sampai di depan pintu lift basement. Dia berdiri bersandar di tembok dengan kedua tangan bersedekap. Dia mengangkat wajah, melihat sepasang sepatu yang mendekat ke arahnya.

"Ngapain nungguin gue?"

"Oh, jadi lo merasa lagi ditungguin?" Melvin berdiri tegak dan menatap lelaki berekspresi datar di depannya penuh ancaman. "Lo ke sini mau ketemu Mikha dan larang dia deket-deket gue?"

Kedua tangan Giran terkepal erat. Dia melanjutkan langkah tanpa menjawab tuduhan itu. Dia memencet tombol lift kemudian memilih masuk.

Melvin tentu tidak membiarkan Giran lolos begitu saja. Dia ikut masuk dan berdiri berhadapan dengan lelaki itu. "Gue punya janji ke Mikha."

"Janji?" Giran memiringkan kepala, merasa Melvin sedang berusaha untuk menyudutkannya. "Gue nggak percaya."

"Gue nggak minta lo percaya atau enggak." Melvin maju selangkah.

Giran bergeser karena lelaki di depannya terlihat mengintimidasi. Dia menggaruk belakang kepala kemudian menatap pintu lift. Seolah tidak terjadi sesuatu.

Melvin menoleh, mendapati Giran yang seperti tidak betah dengan kehadirannya. Kedua tangannya terkepal kemudian menonjok rahang Giran.

Bugh.... Tubuh Giran terdorong ke samping. Dia memegangi rahangnya yang terasa nyeri lalu menatap Melvin dengan tajam. "Ngapain lo?"

"Huh...." Melvin menggerakkan tangan kanannya. "Baru aja kemarin gue bikin janji, tapi hari ini harus nepatin janji itu."

Giran berpegangan di pinggiran lift dengan satu tangan yang masih memegang rahang. "Kenapa lo jadi ikut campur?"

Please, Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang