20-Salah Sangka

91 12 3
                                    

"Lo mau apa? Nasi atau bubur?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo mau apa? Nasi atau bubur?"

"Kak. Makasih tawarannya." Mikha menatap Meli dengan senyum canggung. Dia lalu menoleh ke Melvin yang berjalan ke arahnya. "Vin. Gue duluan, ya!"

Melvin melambaikan tangan. "Hati-hati, Mik."

Mikha masuk lift lebih dulu. Dia berdiri di pojok dan melihat Meli yang tarik-tarikan dengan Melvin. Mikha menggaruk belakang kepala melihat kakak beradik itu.

"Kantor lo di mana, Mik?" Meli bergegas masuk dan berdiri di samping Mikha. "Biar gue beliin nanti diantar Melvin ke kantor."

"Meli!" Melvin menjerit mendengar kakaknya yang masih berusaha mengajak sarapan. Memang apa, sih, spesialnya sarapan dengan Mikha?

Meli mendengus. "Lo ikut atau enggak?"

Melvin tersadar jika masih berada di depan lift. Dia maju selangkah kemudian berdiri di dekat pintu. Di belakangnya, ada dua orang yang sama-sama menatapnya sebal.

Diam-diam Meli memperhatikan Mikha. Dia baru tahu jika Melvin akrab dengan tetangga baru itu. Bahkan dia masih ingat saat malam hari Mikha keluar dari tempat Melvin. Entahlah, dia mulai berharap adiknya itu mengencani seseorang.

Mikha melirik Meli yang seperti menilainya. Dia membuang muka dengan kedua tangan memegang sisi celana. Dia bingung sebenarnya mereka ada masalah apa. Aneh, saat Meli terkesan mengajaknya sarapan.

"Gimana, Mik?" Meli tiba-tiba bersuara.

"Huh...." Melvin mengembuskan napas mendengar pertanyaan itu. Dia menggaruk belakang kepala kemudian menoleh. Matanya bertemu pandang dengan Mikha. Namun, wanita itu buru-buru membuang muka.

"Maaf, Kak. Saya buru-buru," jawab Mikha. "Mungkin lain kali."

"Ya udah nanti malem kita makan bareng!" Meli langsung menjawab cepat.

Melvin menyentuh kening. Dia tahu, Mikha tidak ingin terkesan menolak. Namun, wanita itu salah telah menjanjikan sesuatu ke Meli.

Mikha menggaruk leher. Dia pikir bisa menghindar dari ajakan sarapan, ternyata dia terjebak diajakan makan selanjutnya. "Lihat nanti ya, Kak."

"Oke! Nanti gue jemput kalian," ujar Meli. "Gue udah lama nggak makan malem bareng. Jadi, jangan sampai kalian ngecewain gue." Meli menunjuk Mikha dan Melvin bergantian.

Tring.... Pintu lift terbuka.

Melvin berjalan keluar tanpa sepatah kata, malu sendiri dengan tingkah Meli.

"Duluan!" Meli melambaikan tangan kemudian berlari keluar.

Mikha keluar paling terakhir lalu menatap dua orang yang berjalan berjauhan itu. "Dia sampai segitunya? Apa ini ada hubungannya sama masalah rumah tangganya?" Mikha masih ingat saat Meli datang ke tempat Arina dan meminta kursus lukis. Gaya wanita itu juga sama, sedikit pemaksa dan terlalu antusias.

Please, Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang