Esok harinya, Mikha terbangun dengan mata bengkak. Dia menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya mulai menghitam dengan mata memerah dan mengkilat. Ini semua karena semalaman dia menangisi ponselnya.
"Ya udahlah. Liburan harus tetep jalan." Mikha menunduk dan membasuh wajahnya dengan air. Setelah itu bergegas mandi.
Hari kedua, Mikha berencana pergi ke Garuda Wisnu Kencana kemudian dilanjut ke Pantai Melasti untuk menonton pertunjukan Tari Kecak. Untungnya dia sudah membuat catatan dengan detail. Jika tidak, dia akan gelisah karena tidak ada ponsel untuk mengakses internet.
Satu jam kemudian, Mikha dalam perjalanan menuju Garuda Wisnu Kencana. Bersyukur, dia sudah mesan travel dan memberi tahu semua tujuannya selama di Bali. Dia tidak bisa membayangkan jika tanpa bantuan orang lain. Bisa jadi barang-barangnya akan hilang lagi.
"Mikha... Mikha... Ceroboh banget." Mikha duduk bersandar sambil menatap langit cerah dengan sedikit awan. Bibir Mikha mengerucut, sadar liburan kali ini tidak ada dokumentasi. "Harusnya gue pinjem kameranya Arina." Mikha kembali diliputi perasaan kecewa. Sedetik kemudian, dia menggeleng tegas. Liburannya bisa buruk jika diawali dengan mood buruk.
Begitu sampai, Mikha disuguhkan dengan patung tinggi yang menjadi kebanggaan masyarakat Bali, bahkan seluruh masyarakat Indonesia. Dia tersenyum, melihat patung gagah itu. "HP gue nggak ada." Bibirnya kembali mengerucut.
Mikha berjalan di tengah cuaca yang begitu terik. Dia melihat beberapa pengunjung yang datang berpasangan. Namun, juga ada yang datang sendiri. Mikha menggaruk tengkuk, merasa bodoh karena hanya menikmati sendiri, tanpa sibuk memotret pula.
"Yuk! Coba nikmatin!" Mikha menggerakkan bahu lalu berjalan sambil menatap patung-patung lain yang tidak kalah bagusnya.
***
Jika kemarin Melvin masih bisa menelepon Mikha, meski panggilannya tidak jawab, sekarang tidak bisa menghubungi sama sekali. Dia sudah mengirimkan beberapa chat, tapi hanya centang satu. Melvin bahkan, mencari sosial media Mikha, tapi akunnya dikunci.
"Masa gue diblokir?" Melvin meletakkan ponsel lalu menatap ke arah luar. Dia sedang berada di kafe untuk mencari sarapan. Semalam, karena malas dia melewatkan jam makan. Kali ini, dia baru sarapan pukul sebelas siang. "Wah, gila nih cewek kalau gue diblokir." Melvin kembali mengambil ponsel dan mencari kontak Meli.
"Apa? Gue mau belanja!"
"Tanyain ke Arina, Mikha hubungi dia atau enggak?"
"Ha?"
"Gue tunggu!" Melvin segera mematikan sambungan dan meletakkan ponsel. Dia menatap piring putih yang telah kosong tanpa sisa makanan. Namun, pikirannya tidak tertuju arah sana. "Gue salah apa sampai diblokir?"
Drttt.... Mendengar suara itu, Melvin segera mengambil ponsel.
Meli: Arina nggak bisa hubungi Mikha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Say Goodbye
General Fiction[UPDATE 2X SEHARI SELAMA RAMADAN] Bagaimana cara mengucapkan selamat tinggal? Mengapa harus mengucapkan selamat tinggal? Apa tidak bisa diperbaiki? -Mikha Tidak semua orang mudah mengucapkan selamat tinggal. -Giran Cukup tinggalkan. -Melvin