35-Remuk

92 18 5
                                    

Sebelas tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelas tahun lalu.

"Papa!"

Mikha mengikuti langkah suster yang membawa papanya ke ruang IGD. Dia hendak masuk tapi suster lain menahannya. "Saya mau nemenin papa."

"Tunggu sebentar ya, Dek. Biar ditangani dokter."

"Enggak." Mikha tetap keras kepala. Dia hendak masuk, tapi pintu putih itu ditutup dengan cepat. Tubuh Mikha seketika meluruh. Dia lalu bersandar sambil mengetuk pintu.

Mikha memejamkan mata, terbayang saat papanya menyentuh dada kemudian napasnya putus-putus. Dia langsung memanggil ambulan dan membawa papanya ke rumah sakit. Satu yang ada di pikirannya, papanya harus mendapat perawatan.

"Huh...." Mikha mengembuskan napas saat dadanya terasa tercekat. Perlahan dia bangkit kemudian berjalan di bangku depannya. Kedua tangan Mikha lalu bergerak mengusap lengan. Dia menunduk, melihat kakinya yang tidak dialasi apapun. Kemudian dia menatap baju tidur bergambar doraemon dengan warna yang memudar.

"Mikha...."

Tubuh Mikha menegang. Dia menoleh dan melihat seorang lelaki mengenakan jaket abu-abu berdiri beberapa langkah darinya. Mikha hendak berdiri, tapi kakinya terasa lemas.

Giran berlari mendekat dan menahan tubuh Mikha. "Om lagi di dalem?"

"Hmm...." Mikha kembali duduk. "Aku ngerepotin kamu?"

"Enggak...." Giran belum tidur saat Mikha menelepon ke rumah. Dia mendengar gadis itu menangis dan hanya memberi tahu salah satu rumah sakit. Setelah itu Giran buru-buru menghampiri. "Om kenapa?"

"Nggak tahu. Tiba-tiba kayak sesak napas."

Giran menatap pintu yang tertutup lalu menatap Mikha yang terlihat kacau. Dia seketika melepas jaket dan menyampirkan ke pundak Mikha. "Kamu harus tenang. Berdoa buat Om."

Mata Mikha terpejam. Belum sempat dia memanjatkan doa, terdengar suara pintu terbuka. Dia mengangkat wajah, melihat suster yang menahannya tadi berjalan keluar. "Suster!" Mikha berlari mendekat dan menghadangnya. "Gimana keadaan papa saya?"

"Papa adik mengalami serangan jantung. Tapi, sudah ditangani."

Perhatian Mikha tertuju ke dokter bertubuh tinggi yang berdiri di depan pintu. "Makasih, Dok!" ujarnya lalu berlari masuk. Tubuh Mikha menegang, melihat papanya memakai alat bantu pernapasan. Wajah papanya tampak pucat dan lemah.

Giran mendekati Mikha dan menariknya pelan. "Tenang. Ini rumah sakit."

Mikha mengangguk. Dia menatap papanya yang tersenyum, meski terlihat lemah. "Papa jangan bikin takut."

Tangan Papa Mikha bergerak dan menggenggam tangan dingin anaknya. Matanya berkaca-kaca melihat anak semata wayangnya yang terlihat sedih.

"Papa harus sembuh." Mikha mengeratkan genggaman.

Please, Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang