9-Mengungsi

91 13 3
                                    

Pukul enam pagi, Mikha sudah rapi sambil membawa koper berukuran sedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul enam pagi, Mikha sudah rapi sambil membawa koper berukuran sedang. Dia membuka pintu kemudian mengedarkan pandang. Lorong apartemen terlihat sepi seperti biasanya. Mikha menggeret kopernya kemudian menutup pintu. Dia melangkah cepat menuju lift, tidak ingin bertemu Melvin, apalagi istrinya.

"Huh...." Mikha begitu lega setelah sampai di lobi. Dia terus menggeret kopernya hingga melihat sebuah mobil merah yang telah menunggu.

"Ngapain ngungsi?" tanya Arina dari dalam mobil.

Mikha tidak menjawab. Dia memasukkan koper ke bangku belakang kemudian duduk di samping Arina. "Jalan!"

Arina geleng-geleng. Dia melirik pelipis Mikha yang terdapat bintik keringat, padahal hari masih pagi. "Jadi, Mbaknya ngapain ngungsi?"

"Gue takut dituduh pelakor," jawab Mikha sambil menatap Arina.

"Pelakor? Lo selingkuh sama siapa?"

"Ck!" Mikha menyentuh kening. "Lo inget tetangga gue?"

"Selingkuh sama tetangga lo?" Arina tersentak kaget.

Mikha terdiam, melihat Arina yang masih menduga hal aneh-aneh. Dia mengambil tisu kemudian mengusap wajahnya yang berkeringat. "Nggak mood cerita."

"Terus, Giran lo kemanain?"

"Ya ampun!" Mikha mendorong lengan Arina. "Gue bahkan belum jelasin apapun. Lo mau denger atau percaya pikiran lo sendiri? Wanita berkelas nggak akan mau hancurin kebahagiaan orang lain."

"Ya udah apa?" Arina melirik Mikha yang duduk sambil mengusap keringat.

Mikha mengambil tisu kemudian menutup bibir Arina. Tidak hanya itu dia mendorong wajah sahabatnya ke belakang. Arina berusaha menghindar. "Gue lagi nyetir!" teriak Arina.

"Gara-gara lo!" Mikha kembali duduk. Dia menghela napas, mengingat kejadian semalam. "Gue kemarin nebeng Melvin, nggak tahunya dia jemput juga. Hampir aja Giran salah paham. Untungnya itu nggak terjadi."

Arina mendengarkan cerita Mikha sambil sesekali mengusap dagunya yang terasa nyeri karena dorongan sahabatnya.

"Terus, semalem gue pengen ingetin Melvin, tapi dia nyeret gue ke apartemennya. Dia mau balikin pisau yang udah dipinjem." Mikha ingat setiap kejadian semalam, saat Melvin mendekat dan mengurungnya. "Terus, istrinya Melvin datang. Gue takut."

"Apa yang bikin lo takut? Lo nggak salah," jawab Arina.

Mikha mengusap wajah lalu menatap sahabatnya dengan bibir mengerucut. "Kemarin Melvin hampir godain, tapi dia bilangnya cuma bercanda."

"Dia beneran suka lo?"

"Nggak tahu!" jawab Mikha cepat. "Makanya gue harus menghindar. Gue yakin mereka pasti berantem setelah gue pergi. Lo nggak tahu aja istrinya agak dingin."

Please, Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang