5-Ulah Si Melvin

108 18 2
                                    

"Huuu!" Sorakan itu terdengar bersahut-sahutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Huuu!" Sorakan itu terdengar bersahut-sahutan.

Wanita yang berbaring di ranjang menarik selimut hingga menutupi telinga. Tidak hanya itu dia mengambil bantal dan menutupi wajahnya. Sayang, suara itu masih terdengar.

"Ya ampun! Tetangga baru itu, ya!" Mikha seketika terduduk.

Risiko tinggal di apartemen yang cukup murah memang seperti ini. Tidak ada peredam suara dan membuat penghuninya merasa nyaman. Mikha jadi berpikir ulang saran Melvin tentang memasang peredam suara. Namun, jelas membutuhkan budget besar.

Duk... Duk... Duk....

Tubuh Mikha tersentak mendengar musik disko yang makin menghentak. Dia mengacak rambut kemudian kakinya menendang selimut. "Terus, gimana gue bisa tidur?"

Wajah Mikha terlihat begitu frustrasi. Dia mendongak melihat jam dinding yang telah menunjukkan pukul satu. Lebih dari tiga jam dia berusaha tidur, tapi tidak kunjung terlelap.

"Harus gue ingetin berapa kali, sih?" Mikha turun dari ranjang dan berlari keluar. Dia menutup telinga mendengar suara di lorong yang semakin kencang. Apalagi, saat dia berdiri di depan apartemen Melvin.

Tet.... Mikha memencet bel tidak sabaran. Dia menarik napas panjang mengumpulkan kekuatan kemudian akan mengeluarkan kemarahannya tepat di depan lelaki itu.

Sedangkan di dalam, Melvin duduk bersama lima temannya. Dia menyesap minumannya sambil menikmati musik yang menghentak. Perhatiannya lalu teralih menyadari pintunya didobrak dari luar. Dia berdiri kemudian membukanya. Sudut bibirnya tertarik ke atas melihat wanita yang memakai piama berwarna navy. "Hai. Saya pikir nggak mau gabung."

Mikha menarik napas panjang kemudian mengepalkan tangan. "Bisa nggak, nggak berisik? Jam berapa sekarang?"

Melvin memundurkan tubuh mendengar teriakan kencang itu. Dia menoleh ke dalam menggerakkan tangan meminta temannya mengecilkan volume. Setelah itu dia kembali menatap Mikha. "Ganggu?"

"Iya!" jawab Mikha sebal. "Tiga jam saya nggak bisa tidur. Anda berisik."

"Gimana, ya? Saya belum pasang peredam suara. Sorry," jawab Melvin. "Sebagai penghuni lama seharusnya bali peredam suara dulu."

Kedua tangan Mikha semakin terkepal, Melvin semakin menyebalkan. "Ish!" Dia menghentakkan kaki kemudian bergerak mundur. "Awas, ya, berisik lagi."

Melvin menggerakkan gelas di tangannya. "Kalau mau gabung silakan."

"Nggak akan!" sentak Mikha sebelum masuk apartemen.

Sudut bibir Melvin tertarik ke atas. Dia bergerak mundur kemudian menutup pintu dengan kaki. "Jangan terlalu keras, males gue ada yang marah-marah," pesannya ke lima temannya. Melvin kembali duduk dan menyesap minumannya. Dia memperhatikan teman-temannya yang sibuk berbincang, sedangkan dia hanya berdiam diri.

Please, Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang