Tok... Tok....Bip....
Melvin mengetuk pintu lalu memencet bel. Dia lalu menunduk, menatap jaket denim dengan bordir berbentuk motor di bagian dada. Tangannya lalu bergerak ke belakang, menyentuh bordiran yang lebih besar.
Sebenarnya, Melvin jarang mengenakan denim dengan bordiran. Jika, jaket dengan banyak print memang sering. Baginya, denim polos sudah bagus. Meski, memang membosankan untuknya.
"Ya, Vin...." Mikha membuka pintu dan memperhatikan Melvin yang mengenakan jaket denim pemberiannya. Tanpa sadar dia memperhatikan penampilan lelaki itu dengan intens. Melvin mengenakan celana jeans berwarna senada dan sepatu putih yang terlihat baru. Lantas dia memperhatikan rambut Melvin yang diberi gel hingga bagian depannya agak kaku.
"Apa? Nggak pentes?" tanya Melvin khawatir.
"Ganteng."
"Ha?"
"Ehmm...." Mikha menyentuh bibir lalu buru-buru menggerakkan tangan. "Bagus kok. Suka, kan?"
Melvin berbalik, menunjukkan bordiran bentuk motor di bagian belakang. "Bagus," jawabnya. "Jadi, gue beneran ganteng, nih?" Lantas dia mengusap rambut depannya.
"Udah, mending kita berangkat!" Mikha berjalan keluar dan menutup pintu. Setelah itu berjalan lebih dulu meninggalkan Melvin.
Melvin memperhatikan Mikha yang mengenakan celana kain berwarna sage dengan atasan putih berbahan rajut. Wanita itu memakai sepatu putih yang modelnya mirip dengan sepatu yang dikenakan. Sementara di pundak kirinya, tersampir tas asimetris berwarna putih tulang. Melvin tersenyum, penampilan Mikha memang anti ribet. "Wah, lo nyama-nyamain sepatu gue aja," ujarnya usai memperhatikan penampilan Mikha.
Langkah Mikha seketika terhenti. Dia menggerakkan kaki ke depan dan memperhatikan sepatunya. "Gue beli ini pas gajian dua bulan lalu," jawabnya lalu menurunkan kakinya. "Sedangkan sepatu lo kayaknya masih baru."
Melvin berjalan mendekat. "Gue beli tahun lalu, tapi nggak gue pakai," jawabnya. "Jadi, gue duluan!"
"Terus, gue harus ganti?"
"Iya!"
Mikha menatap Melvin tak percaya. "Oke!" Lantas dia berbalik.
"Ehh... Eh... Bercanda." Melvin segera menarik tangan Mikha. "Sengaja biar lo nggak cemberut. Yuk!" Dia melepaskan pegangannya lalu berjalan lebih dulu.
Mikha menghela napas berat. "Jangan ajak berantem. Gue lagi nggak mood."
"Enggak kok. Paling ngajak smackdown doang."
"Serius, Vin."
"Bercanda." Melvin menggoyangkan rambut Mikha yang sore ini digerai.
Dua orang itu masuk lift lalu Mikha menatap penampilannya dari kaca. Dia asal memilih pakaian, ternyata bagus juga. Berbeda saat akan pergi dengan Giran. Dia bisa tiga puluh menit lebih bingung menentukan pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Say Goodbye
General Fiction[UPDATE 2X SEHARI SELAMA RAMADAN] Bagaimana cara mengucapkan selamat tinggal? Mengapa harus mengucapkan selamat tinggal? Apa tidak bisa diperbaiki? -Mikha Tidak semua orang mudah mengucapkan selamat tinggal. -Giran Cukup tinggalkan. -Melvin