"Jangan, nanti hati lo sakit. Gue nggak bisa kasih apapun ke lo, Na."
Jantung Arina berdegup lebih cepat. Dia menoleh ke lorong lalu air matanya semakin berdesakan keluar. Sungguh, dia tidak menyangka akan seperti ini. "Apa harus gini?" tanyanya. "Bisa nggak jangan terlalu terang-terangan? Gue masih syok sama fakta foto yang gue temuin."
"Sorry," jawab Melvin. "Tapi, gue harus jujur."
"Hmm. Jujur memang lebih baik."
Tangan kanan Melvin terangkat. Dia hendak menepuk pundak Arina, tapi terasa susah. Lantas dia segera menurunkan tangan. "Maaf."
Arina menatap Melvin. "Gue yang harusnya minta maaf," jawabnya. "Mungkin lo udah sama cewek lain atau suka sama yang lain. Nggak seharusnya gue ganggu."
"Gue...." Melvin bingung harus menjawab apa.
Air mata Arina terus berlinang. Dia memperhatikan wajah Melvin yang agak sendu. Sepertinya lelaki itu juga frustrasi entah masalahnya apa. "Boleh tanya satu hal?"
"Apa?" Melvin menyandarkan lengan di kusen pintu, mencoba terlihat biasa saja tapi sepertinya gagal karena wajahnya tetap kaku.
Bibir Arina bergerak, tapi terasa susah untuk mengutarakan. Dia mencengkeram sisi celananya lalu memejamkan mata. "Lo ada hubungan sama Mikha?"
Melvin kembali berdiri tegak. "Kenapa lo...."
"... sorry, pikiran gue ke mana-mana." Arina seketika berlari menuju lorong.
Pandangan Melvin mengikuti ke arah kepergian Arina. Dia menggaruk belakang kepala, bingung harus bagaimana. "Ck!"
"Barusan Arina, kan?"
Melvin berjingkat. Dia menatap ke pintu tetangganya dan mendapati Mikha berdiri dengan sapu di tangan. "Em, nggak tahu." Entah kenapa dia menjawab itu.
"Kayaknya barusan Arina," gumam Mikha lalu berjalan menuju lift. Dia baru membuka pintu saat ada seseorang yang berlari menjauh. Dari postur dan pakaian yang dikenakan, terarah ke Arina. "Yah, udah nggak ada."
"Bener Arina?" Melvin ternyata mengikuti Mikha.
Mikha berbalik lalu menggeleng. "Mungkin orang lain," jawabnya lalu kembali ke apartemennya.
"Mik, lo sibuk?"
"Lagi bersih-bersih. Kenapa?" tanya Mikha sambil berjalan masuk.
Melvin terdiam sambil menghela napas panjang. Dia kembali ke tempat Mikha dan wanita itu tidak terlihat lagi. "Gue tutup pintunya!" teriaknya lalu menutup pintu.
"Thanks!" teriak Mikha dari arah kamar.
***
Hari ini Mikha mendapat shift malam. Setelah sekian lama dia mendapat jadwal yang paling dihindari. Dia pernah mengalami kecelakaan setahun lalu dan mendapat keringanan, yakni jam kerja pagi atau siang. Sekarang, kembali ke peraturan awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Say Goodbye
Ficțiune generală[UPDATE 2X SEHARI SELAMA RAMADAN] Bagaimana cara mengucapkan selamat tinggal? Mengapa harus mengucapkan selamat tinggal? Apa tidak bisa diperbaiki? -Mikha Tidak semua orang mudah mengucapkan selamat tinggal. -Giran Cukup tinggalkan. -Melvin