"Kalau gitu, boleh makan bareng, kan?" Melvin lalu mengedipkan mata. "Gue single."
"Ish! Gue belum ngasih izin, ya!" Mikha menggaruk tengkuk, heran karena Melvin langsung masuk. "Kita juga nggak kenal-kenal banget."
Melvin seketika tersadar. Dia meletakkan dada ayam yang dipegang kemudian duduk menyerong menghadap Mikha. "Gue rasa kita harus saling mengenal biar nggak salah paham," jawabnya. "Banyak orang yang salah paham ke tetangganya sendiri."
Mikha terdiam, sebelum akhirnya mengangguk menyetujui. "Oke! Gue Mikha, belum menikah, tapi udah punya pacar," jawabnya. "Kalau lo?"
"Gue udah tahu lo punya pacar." Melvin mengambil dada ayamnya lagi dan mendekatkan Mikha. "Gue tinggal sendiri, Mik."
"Pekerjaan lo?" tanya Mikha sambil mengunyah makanan di mulutnya.
"Desain interior...." Melvin melahap nasi dengan ukuran besar kemudian memakan kulit ayam. "Kalau lo?"
"Customer service."
"Uhuk...." Melvin tiba-tiba tersedak makanannya.
Mikha mengernyit. "Kenapa?"
Melvin menatap Mikha sambil menahan tawa. "Udah berapa kali marahin pelanggan?"
"Enak aja!" Mikha mendorong lengan Melvin. Dia mengambil dada ayam yang masih utuh dan menggigitnya. "Meski gue sering marah-marah, tapi nggak pernah marahin pelanggan. Bagi gue, itu tantangan biar jadi lebih sabar."
"Baguslah." Melvin mengangguk pelan. "Jadi, sekarang lo agak sabar?"
"Lumayan!" Mikha menggigit makanannya dengan ukuran besar. Sekarang, mulutnya terlihat penuh dan pipinya menggelembung.
Diam-diam, Melvin memperhatikan Mikha yang makan dengan lahap. Dia juga melihat wajah Mikha tidak sejutek tadi. "Lo habis dari luar kota?"
Gerakan mengunyah Mikha seketika terhenti. Dia menatap Melvin yang menunggu jawabannya. Kalau gue jawab kabur, pasti dia ngetawain.
"Malah ngelamun!" Melvin menyenggol lengan Mikha. Dia mengambil daging ayam di tangan Mikha dan melahapnya.
"Hei! Itu punya gue!" Mikha merebut ayam goreng itu kembali. "Ya, keluar kota."
Melvin mengangguk samar. "Emang jadi customer service sampai harus keluar kota?"
Mikha menatap Melvin tajam. Mengapa lelaki itu terlalu kritis?
"Hehe. Bercanda!" Melvin mengangkat jari telunjuk dan jari tengah. Dia menggigit daging ayam milik Mikha kemudian mengembalikan ke pemiliknya. "Habisin!"
Refleks Mikha menunduk, melihat daging ayamnya tinggal sedikit. "Gue masih laper!" jeritnya. "Bukannya lo beliin ini buat gue?"
Melvin seketika berdiri. Setelah di depan pintu dia mengulurkan tangan. "Ayo beli lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Say Goodbye
General Fiction[UPDATE 2X SEHARI SELAMA RAMADAN] Bagaimana cara mengucapkan selamat tinggal? Mengapa harus mengucapkan selamat tinggal? Apa tidak bisa diperbaiki? -Mikha Tidak semua orang mudah mengucapkan selamat tinggal. -Giran Cukup tinggalkan. -Melvin