41-Teralihkan

85 18 1
                                    

"Sini, gabung sama kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sini, gabung sama kita."

Tawaran itu membuat Melvin kian canggung. "Nggak usah, deh," jawabnya kemudian berjalan masuk. "Nitip ini buat Mikha," ujarnya lalu buru-buru keluar.

"Mana Melvin?" Mikha keluar dari dapur tidak mendapati sosok yang dicari.

Arina mendekati meja dan mengambil kantung putih yang tergeletak. "Dia cuma ngasih ini," ujarnya lalu kembali menghadap Mikha.

"Terus, anaknya?"

"Keluar gitu aja."

"Dasar...." Mikha mengambil kantung itu dan melihat aneka cokelat dan permen. Dia tersenyum, ternyata Melvin ingat dengan kebiasaannya.

"Ayo! Keburu dingin ramennya," ujar Arina lalu menutup pintu. Kemudian bergegas ke meja makan. "Enak banget, nih...."

Mikha menghampiri Arina dan duduk di seberangnya. Dia meletakkan kantung pemberian Melvin ke meja lalu mengambil mangkuk berisi dry ramen. "Beli di mana?"

"Deket apartemen Meli," jawab Arina. "Waktu itu dia pernah beliin, ternyata enak banget. Udah sepuluh kalinya gue beli."

"Meli beneran ada masalah sama suaminya?"

Arina terdiam sejenak. "Nggak tahu," jawabnya. "Tiap Sabtu-Minggu sore ke sana gue nggak pernah ketemu suaminya."

Mikha terdiam, ingat Arina yang hari itu datang ke apartemen Melvin. "Waktu itu lo tahu dari Melvin atau Meli?"

"Dua-duanya...." Arina menatap Mikha. "Jujur gue awalnya nggak percaya, tapi suara Meli kedengeran khawatir. Pas telepon dan nggak lo angkat, gue yakin kalau itu bener."

Mikha tersenyum kecut. "Gue bikin kalian semua panik, ya."

"Enggak," jawab Arina. "Bukan salah lo."

"Hmm...." Mikha menunduk dan mencoba ramennya.

Arina diam-diam memperhatikan. "Melvin yang paling khawatir sama keadaan lo."

"Karena dia ada di sana."

"Ha? Serius?"

Mikha mengangguk. "Gue harus berterima kasih ke Melvin. Dia udah ngikutin dan bikin gue nggak ngenes-ngenes banget."

"Ya, lo harus berterima kasih ke dia."

"Enaknya gue kasih apa?"

Arina tampak berpikir. "Emm, sesuatu yang bisa dia pakai kerja?" usulnya agak tak yakin. "Ah, gue jadi keinget kalau Melvin pernah gagal nikah dan patah hati sampai dua tahun."

"Uhuk... Uhuk...." Mikha tiba-tiba tersedak makanannya. Dia menatap Arina yang dengan sigap mengambilkan tisu. Dia menerima benda itu dan mengusapkan ke bibir. "Lo tahu dari mana?"

"Meli sendiri yang cerita," jawab Arina. "Alasan Melvin pindah ke sini karena pengen mulai hidup baru."

"Jadi, di lantai lima belas ada dua orang patah hati, dong."

Please, Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang