Hujan

3.2K 175 21
                                    

Selamat membaca jangan lupa buat komen dan vote😊 maaf jika ada yang typo🙏

Satu mata pelajaran Aqila habiskan menangis di toilet. Ia masih tidak menyangka dengan ucapan Lio. Dengan teganya Lio mengatakan hal itu kepada Aqila.

"Hiks hiks kak Lio jahat hiks," tangis Aqila.

Untung saja toilet sekolah sedang sepi saat ini. Jadi tidak ada yang berpikir aneh-aneh dengan suara tangisan Aqila.

Di lain sisi wajah tampan Satria sudah sangat kacau. Lio tidak memikirkan hal apapun lagi, Lio sudah lupa kalau iya OSIS di SMA Nusa Bangsa. Dengan muak Lio terus saja memukul wajah Satria.

"Bangsat!" desis nya.

Bugh bugh bugh
Satria tidak bisa membalas apa yang di lakukan Lio kepada nya. Berulang kali Satria mencoba untuk berdiri tapi tidak bisa.

Jika bukan karena sekolah nya, Lio sudah berteriak keras di depan wajah Satria saat ini kalau Aqila istri sah nya.

"Lo kenapa Lio?" Gara menarik tangan Lio agar menjauh dari Satria.

Lio tidak menjawab pertanyaan Gara. Lio keluar dari dalam kelasnya, jika saja Gara tidak menghentikan nya mungkin saja Satria akan lebih parah dari sini.

Danu membantu Satria untuk berdiri. Seragam sekolah Satria yang putih sudah banyak bercak darah di sana.

"Lo kenapa dengan Lio?" tanya Gara.

Satria terbatuk, sudut bibirnya robek membuat dia susah untuk berbicara. "Gue gak tau."

Danu hanya diam, pasti Lio cemburu dengan berita itu. Tapi Danu tidak menyangka kalau Lio sampai melakukan hal seperti ini.

"Kita ke UKS dulu. Luka lo parah amat," ujar Danu.

"Atau perlu ke rumah sakit aja?" tanya Gara.

"Gak perlu. Ke UKS aja."

"Gue gak nyangka sama kelakuan Lio. Gak ada hujan gak ada badai mukul orang seenaknya aja," ujar Gara.

Mereka berdua pun membantu Satria untuk sampai ke UKS.

"Jangan di tekan bego, sakit!" desis Satria saat Gara dengan sengaja menekan lukanya dengan alkohol.

"Bocah lo, baru gini aja."

"Sini gue aja. Lo tambah lama tambah buat gue sengsara."

"Sekali-kali. Gue suka lo kesakitan kaya gini." Gara tertawa kencang saat memperhatikan wajah sahabatnya itu yang sudah bengkak.

"Bangsat lo!"

"Itu kan nama lo."

"Anjing!"

Danu yang duduk di sana hanya menggeleng kepala. Ada-ada saja ulah sahabatnya itu.

"Gara bangsat!" teriak Satria kencang. "Sahabat laknat Lo. Pergi jauh-jauh," usir Satria.

***

Lima menit berjalan setelah bel pulang berbunyi. Aqila masih setia di dalam toilet. Ia tidak ingin melihat tatapan anak murid yang mengintimidasi nya dan juga saat ini ia sedang malas untuk berdebat kembali dengan Lio.

Aqila mencuci wajahnya, mata yang bengkak, hidung serta pipinya sudah merah akibat terlalu lama menangis. Dengan lelah Aqila membawa langkanya menuju kelas. Membereskan barang-barang sekolah untuk pulang.

Aqila menghentikan langkanya saat melihat sepasang kekasih sedang bermesraan di parkiran. 'Kenapa mereka belum pulang?' batin Aqila.

Lio dan Zara saat ini masih berada di parkiran. Lio duduk di atas motornya sedangkan Zara berada di hadapan Lio. Satu tangan Lio mengusap lembut pipi Zara dan satunya lagi memegang erat pinggang Zara.

Pandangan Lio bertemu sesaat dan dengan sengajanya Lio mengecup pipi Zara membuat gadis itu menunduk malu.

Aqil merutuki dirinya sendiri kenapa ia harus memperhatikan hal menyakitkan ini. Aqila buru-buru berlalu dari sana.

***

"Sayang," panggil Danu masih sangat fokus dengan jalan di depan.

"Iya kak."

"Aqila dan Satria memang benar ciuman?"

"Itu hanya kecelakaan kak. Yang lain aja melebih-lebihkan."

"Kecelakaan?" tanya Danu bingung.

"Iya kak." Key mulai menjelaskan semuanya. Tidka ada yang terkecuali.

"Lio udah salah paham."

"Emangnya kak Lio kenapa?"

"Lio udah buat Satria babak belur karena cemburu."

"Haa!" teriak Key tidak percaya. "Sampai segitu kalinya kak?"

"Iya sayang, Lio gak suka apa yang menjadi miliknya diganggu orang lain."

"Aqila juga dari yang di panggil kak Lio sampai pulang gak pernah balik ke kelas."

"Apa yang terjadi dengan mereka ya kak?" Danu mengangkat bahunya tidak tau.

Aqila menatap langit sudah sangat gelap. Dengan langka cepat Aqila berjalan untuk sampai ke rumah nya. Tapi usahanya sia-sia hanya beberapa detik saja seragam sekolah Aqila sudah baya dengan hujan yang lebat.

Air hujan bercampur dengan tangisan Aqila. Kenapa masa mudanya harus sesakit ini. Apakah Aqila tidak pantas untuk bahagia. Ia kira setelah masalah di kantin terselesaikan semua akan berjalan dengan baik-baik saja.

Tapi semua tambah rumit, kesalahpahaman itu membuat ia dan Lio semakin berjarak.

"Aqila!" teriak seseorang dari belakang Aqila. Aqila melihat seorang pria turun dari mobil menjumpainya.

"Kak Iqbal."

"Ngapain di tengah hujan gini." Aqila tidak menjawab tetap bungkam.

"Masuk dulu, entar kamu bisa sakit."

Iqbal membuka pintu mobil mempersilahkan Aqila masuk. Iqbal mengitari mobil putih tersebut duduk di bangku kemudi. Mengambil semua handuk di bangku belakang memberikan untuk Aqila.

"Keringi dulu," pinta Iqbal.

Iqbal memperhatikan Aqila yang terlihat menyedihkan. Gadis itu sungguh terlihat sangat lelah. Selama tiga puluh menit perjalanan Iqbal selalu mengajak Aqila berbicara. Aqila seakan tidak memiliki semangat hidup hanya berdehem dan menjawab dengan singkat.

"Kamu berantam dengan Lio." Aqila menggeleng pelan.

Mereka sudah sampai, bukan di kediaman Lio dan Aqila tapi di kediaman keluarga Azkha. Iqbal sengaja membawa Aqila ke sana, entah kenapa perasaan nya tidak enak dengan hubungan adik dan adik iparnya itu. 'Ini tidak beres. Pasti ada yang terjadi,' batin Iqbal.

"Astaga kamu kenapa sayang?" tanya wanita paruh baya itu kahwatir.

"Aqila gak apa-apa mah. Aqila baik-baik aja," ucap Aqila berusaha untuk tersenyum.

"Kamu ke kamar dulu bersih-bersi. Nanti mama datang bawa makan."

Aqila mengangguk patuh. "Terima kasih mah."

Aqila menaiki tangga satu persatu. Memasuki kamar yang pernah ia tempati bersama Lio di rumah itu.

"Aqila kenapa?" tanya Mama Rani.

"Iqbal gak tau mah. Tadi Iqbal jumpa Aqila hujan-hujanan di tengah jalan."

"Ada apa sebenarnya ini."

Lio & Aqila (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang