Olimpiade

1.9K 138 11
                                        

Selamat membaca, jangan lupa komen dan vote 😊 maaf jika ada yang typo 🙏. Jangan lupa masukkan cerita ini ke reading list kalian dan juga recommended ke teman kalian😊 follow juga akun ini, Terima Kasih 🤍 
*
*
*

Ketukan dari pengeras suara membuyarkan konsentrasi murid SMA Nusa Bangsa. Semua saling menatap karena tidak ada orang yang berbicara di sana untuk waktu yang cukup lama.

"Maaf mengganggu proses pembelajaran," ujar dari pengeras suara tersebut. "Di beritahu kepada Hanggara Gamalio, Ariana Katrina Drintara dan Aqila Azen Gibran segerah berkumpul di perpustakaan. Terima kasih," sambung nya.

Aqila dan Ariana yang mendengar nama mereka di panggil langsung menuju perpus. Sedangkan Gara tersenyum penuh kemenangan di depan para sahabatnya.

"Gue menang banyak," bisik Gara pada Lio yang berada di samping nya.

Lio tidak segan-segan mengetuk kepala Gara cukup kuat membuat cowo itu meringis kesakitan.

"Lebih baik gue pergi. Lama-lama sama lo pada buat otak gue ke geser."

"Otak lo dari dulu udah ke geser Hanggara Gamalio," tandas Satria.

"Berisik lo."

Gara berlalu dari kelasnya menuju perpus. Ia tidak tau hari ini ia sangat bahagia akhirnya ia bertemu juga dengan Ariana setelah libur cukup lama.

Gara, Ariana dan juga Aqila sudah berkumpul di perpus dengan dua orang guru pembimbing. Sebenarnya Gara sudah paham dengan panggilan ini, pasti tidak jauh dengan kata Olimpiade.

"Sebenarnya kami mengumpulkan kalian bertiga di sini untuk mengikuti Olimpiade Nasional." Tebakan Gara benar.

"Sebelum itu kami mau bertanya apa kalian mau menjadi perwakilan dari sekolah kita? Kami tidak memaksa jika kalian tidak mau, kami akan mencari pengganti kalian," ucap Pak Alex guru pembimbing tersebut.

Mereka bertiga menatap satu sama lain lalu mengangguk bersamaan. Gara tidak mempermasalahkan hal itu, lagi pula ia suka dengan olimpiade sepeti ini. Ariana ia juga tidak keberatan karena ia selalu memimpikan akan mengikuti perlombaan seperti ini dan sekitarnya ia tidak akan menyiapkan hal ini. Sedangkan Aqila sebelum masuk ke sekolah ini di sekolah lamanya Aqila juga sering di bawa olimpiade jadi kenapa tidak jika Aqila ikut di SMA ini lagi.

"Kami bersedia pak," ucap Gara mewakili.

"Bagus. Akan ada empat mata pelajaran yang akan di lombakan. Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia dan juga Bahasa Inggris."

"Kami sudah memilih pelajar yang akan kalian pegang kami yakin kalian sudah mahir dalam bidang ini," kata Bu Ros kali ini.

"Gara akan membawa mata pelajaran matematika, Aqila dengan bidang fisika dan Ariana mengambil Bahasa Indonesia. Ada pertanyaan?"

Ariana mengangkat tangannya ke atas.

"Silahkan Ariana," kata pak Alex.

"Untuk mata pelajaran bahasa Inggris, siapa yang memegang pak?"

"Untuk mata pelajaran bahasa Inggris kami masih mencari orang yang tepat. Beberapa hari ini akan segerah bergabung dengan kalian."

"Kapan Olimpiade Nasional diadakan pak?" tanya Gara.

"Dua minggu lagi, bapak harap kalian dapat belajar dengan sungguh-sungguh. Pergunakan waktu yang ada dengan baik!" tegas Pak Alex.

"Ada pertanyaan lainnya?"

"Tidak ada pak!" jawab mereka bertiga bersamaan.

"Baik, untuk dua minggu ini kalian akan belajar bersama di sini. Jika ada hal yang tidak kalian paham dan tidak kalian mengerti bisa di tanyakan pada guru bidang masing-masing atau pada saya dan Bu Ros. Untuk hari ini karena belum ada materi kalian bisa mengenal satu sama lain untuk mempermudah proses pembelajaran nantinya."

Setelah mengatakan hal tersebut Pak Alex dan Bu Ros pun berlalu keluar dari perpus meninggalkan mereka bertiga.

"Hai bidadari ku, gue Gara cowo paling tampan dan juga paling pintar di sekolah ini," ucap Gara dengan percaya diri nya.

Aqila dan Ariana yang melihat itu memutar bola mata mereka malas. Narsis sekali seorang Hanggara Gamalio.

"Hai kak aku Aqila," ucap Aqila pada Ariana tanpa memperdulikan Gara yang sedang kesal karena di kacangi.

"Ariana," balasnya tersebut ramah.

Dua jam berlalu Gara hanya memasang wajah masam. Kedua wanita itu benar-benar tidak memperdulikan dirinya. Mereka berdua asik berbicara dan tertawa bersama.

Kringg!!
Gara dan Aqila berjalan beriringan menuju kantin tempat teman mereka berada. Mereka berdua sudah mengajak Ariana untuk bergabung tapi Ariana menggeleng keras. Ia hanya ingin berada di perpus.

"Ngapain di perpus?" tanya Satria ketika kedua orang itu sudah duduk manis.

"Biasa," jawab Gara santai.

"Olimpiade Nasional lagi?" tanya Danu.

"Iya."

"Wah Aqila hebat baru ajak masuk sekolah ini udah dipilih jadi perwakilan olimpiade," kagum Key.

"Terima kasih Key, Key juga hebat."

"Key gue gak di puji nih?" tanya Gara berharap.

"Gak kak," ucap Key tidak berdosa. Seketika ekspresi Gara berubah sedih.

"Jahat lo Key!" Gara mode aneh-aneh on.

"Gaje lo kak."

***

Empat hari ini mereka menjalani dengan baik. Mereka saling membantu walau mereka sudah punya tugas masing-masing terkadang juga mereka membahas tugas bersamaan.

Dengan begitu mereka lebih cepat paham dan juga tidak terlalu bosan dengan soal tersebut. Terkadang mereka tertawa lepas karena candaan yang di berikan Gara. Tidak lupa Gara pun semakin dekat dengan Ariana.

Tidak hanya di sekolah seperti biasa sore ini pun Aqila masih sibuk dengan buku tebal Fisika itu. Aqila sangat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan satu persatu soal tersebut.

Lio yang melihat istrinya nya itu sangat fokus hanya bisa tersenyum sambil membawa secangkir susu coklat hangat dan juga beberapa cemilan. Suami yang baik.

"Terima kasih kak."

Lio memang rutin melakukan hal tersebut, terkadang Lio juga membatu Aqila dengan soal tersebut walau lebih sering Lio tidak paham dengan soal fisika yang rumitnya minta ampun.

Lio duduk di samping Aqila memandang wajah cantik Aqila dari samping.

"Bukannya anggota Olimpiade Nasional ada empat orang?"

"Iya kak."

"Hilang kemana satu lagi?"

"Hilang," ucap Aqila tidak paham.

Lio menyentil kening Aqila pelan."Kemana satu lagi?"

"Ohh Pak Alex bilang akan bergabung beberapa hari ini. Mungkin mereka masih mencari kandidat yang tepat."

"Untuk Bahasa Inggris kan?"

"Iya kak." Lio menagguk-angguk paham.

"Kayanya gue bisa deh."

Pulpen di tangan Aqila berhenti bergerak. Matanya menatap sang suaminya yang berada tepat di samping.

"Bisa apa kak."

"Bisa jadi ayah yang baik untuk anak-anak kita."

Blussh
Pipi Aqila memerah panas. Kenapa akhir-akhir ini Lio selalu menyinggung tentang anak.

"Kenapa pipinya memerah gini," goda Lio. "Cuaca juga gak panas."

"Kak!"

"Iya sayang. Mau apa? Mau buat debay, ayok gue sanggup," ujar Lio semakin menggoda Aqila.

"Kak Lio ih!"

Lio terbahak-bahak melihat tingkah imut istrinya itu. Dengan sekali tarikan Lio membawa Aqila kedalam pelukannya berkali-kali Lio mengecup puncak kepala Aqila.

"Gue gak akan lakuin hal itu sampai lo siap."

Lio & Aqila (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang