Pidato

2.9K 151 8
                                    

Selamat membaca, jangan lupa komen dan vote 😊 maaf jika ada yang typo 🙏. Jangan lupa masukkan cerita ini ke reading list kalian dan juga recommended ke teman kalian😊 Terima Kasih 🤍

Setelah selesai dengan makan malam Lio dan Aqila kembali menuju kamar mereka. Aqila duduk di tepi ranjang dengan benda pipi itu di tangan mungilnya sedangkan Lio berada di meja belajar sibuk dengan kertas yang tersedia di sana.

"Kak Lio lagi sibuk apa?" tanya Aqila.

"Besok ada rapat OSIS, seperti biasa gue harus berpidato. Jadi harus ada persiapan dulu," jelas Lio masih sibuk menulis sesuatu di sana.

"Kak Lio mau buat pidato tentang apa?"

"Ini masih cari."

Aqila berjalan mendekati Lio duduk di bangku samping Lio. Jika di lihat seperti saat ini ketampanan Lio semakin menjadi.

"Kak Lio bisa buat pidato tentang kebersihan dan berpakaian yang rapi
Menurut Aqila tentang itu bagus juga," usul Aqila.

Lio mengetuk-etuk jari di dagunya. Memandang Aqila lekat. "Kayanya ok juga," ucap Lio tersenyu manis.

Lio mulai menulis catatan untuk pidato nya besok. Tidak lupa Aqila juga ikut merangkai kata-kata untuk teks pidato tersebut dan menemani Lio juga.

Sekitar satu jam mereka memperhatikan hal yang perlu dalam pidato tersebut. Sampai akhirnya Lio siap dengan pidato tersebut di bantu dengan sang istri.

"Akhirnya selesai juga. Terima kasih sayang." Aqila menunduk malu dengan ucapan sayang dari Lio. Dia belum terbiasa dengan sebutan itu.

"Kenapa pipinya merah gitu hem?" goda Lio.

"Ihh kak Lio apaan sih." Aqila yang sudah malu beranjak dari samping Lio.

Lio yang melihat tingkah Aqila terkekeh pelan. Lio ikut menjumpai Aqila di ranjang.

"Jangan malu sayang. Udah sah kok," ujar Lio menarik Aqila ke dalam dekapan.

Aqila merasa nyaman berada di pelukan Lio. Beberapa menit berlalu Lio mendengar dengkuran halus keluar dari bibir Aqila menandakan istrinya sudah tertidur pulas.

Dengan sayang Lio mengecup kening Aqila. "Good night my wife."

Matahari pagi bersinar terang di pekarangan rumah Lio dan Aqila. Mereka sudah siap dengan pakaian putih abu-abu itu.

Pagi ini mereka berangkat pagi-pagi sekali, karena rapat OSIS Lio harus buru-buru tidak mungkin ia terlambat. Ia kan sang ketua.

"Semoga sukses kak rapat OSIS nya."

"Terima kasih sayang. Walau udah sering tetap aja masih gugup. Doain ya." Aqila menagguk mantap. Tentu, sebagai seorang istri yang baik Aqila akan selalu mendoakan Lio.

Mereka berpisah di parkiran. Lio karena terburu-buru langsung beranjak ke ruangan OSIS.

"Woi ngapain melamun?!" teriak Key.

"Key! Aqila terkejut tau!" kesal Aqila. Aqila mengusap bagian dadanya mang Key teman gak ada akhlak.

Key dengan tidak berdosa hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Gimana hubungan lo dengan kak Lio?" tanya Key. Sambil kedua sahabatnya itu berjalan menyelusuri lorong SMA Nusa Bangsa.

"Baik-baik aja."

"Oh," jawab Key singkat.

"Hubungan Key dengan kak Danu?"

"Baik juga," ujar Key. "Gue lupa bilang sama lo. Kak Danu ada pertandingan Minggu ini, bawa nama sekolah kita. Lo mau kan temani gue nonton," ajak Key.

Lio & Aqila (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang