Selamat membaca, jangan lupa komen dan vote 😊 maaf jika ada yang typo 🙏. Jangan lupa masukkan cerita ini ke reading list kalian dan juga recommended ke teman kalian😊 follow juga akun ini, Terima Kasih 🤍
*
*
*Matahari bersinar cukup terik pagi ini, aktivitas pagi ini pun sudah di mulai. Lio dan Aqila sudah berada di dalam mobil menuju SMA Nusa Bangsa. Hari mereka memiliki aktivitas yang cukup sibuk. Lio dengan urusan OSIS nya sedangkan Aqila dengan Olimpiade tersebut.
"Gue akan nyusul kalau masalah OSIS bisa kelar cepat," ujar Lio ketika mobil yang mereka kendarai sudah memasuki lingkungan sekolah.
"Iya kak."
Lio menarik Aqila kedalam pelukannya. Entah mengapa Lio ingin sekali memeluk istri cantiknya itu.
"Kenapa kak?" tanya Aqila yang tiba-tiba mendapat pelukan dari Lio.
"Gak apa-apa, biar gini dulu," ujar Lio dengan suara serak. "Yang semangat sayang, gue yakin lo akan menang.
"Terima kasih kak udah menyemangati Aqila."
Lio melepaskan pelukan mereka perlahan. Menatap wajah cantik Aqila dari jarak sedekat ini.
"Mau minta apa kalau menang?"
"Aqila bisa minta sesuatu sama kak Lio?" Lio mengangguk.
Aqila mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di dagu sedang berpikir hadiah apa yang akan ia minta kepada suaminya tersebut. Sebenarnya Aqila tidak membutuhkan hal itu karena Lio selalu memberi apapun kepadanya tanpa Aqila minta.
"Aqila gak tau mau minta apa."
"Ya udah soal hadiah nanti aja. Yang penting semangat dulu," ujar Lio kembali menyemangati Aqila.
"Siap!" teriak Aqila tidak kalah semangat.
Setelah keluar dari dalam mobil Lio berlalu ke ruangan OSIS untuk mempersiapkan hal yang mereka butuhkan untuk pemilihan nanti. Sedangkan Aqila berjalan di lorong kelas menuju kelasnya.
"Akhirnya lo ke kelas juga setelah dua minggu belajar di perpus," kata Key.
Aqila terkekeh, benar saja dua minggu ini ia tidak pernah ke kalas ini lagi. "Aqila rindu dengan suasana kelas."
Aqila duduk di bangku samping Key. Tidak ada yang berubah di kelas itu sama saja.
"Hari ini kan Olimpiade nya?" tanya Key yang dibalas anggukan kepala dari Aqila.
"Kak Lio ikut temani lo?"
Aqila kembali murung padahal ia sangat ingin Lio datang melihatnya. "Gak key. Hari ini kan pemilihan OSIS baru. Kak Lio gak bisa ikut."
Key mengangguk-angguk paham. "Jangan bersedih lo harus semangat dan lo harus menang!" Kali ini Key yang menyemangati Aqila.
Dari pagi Aqila bangun sudah banyak motif masuk baik chatt ataupun telpon untuk menyemangati dirinya. Kedua orang tua Aqila juga mertua Aqila juga menelpon untuk menyemangati Aqila tidak lupa juga Iqbal. Aqila benar-benar bahagia ada di keluarga yang menyayangi dirinya.
"Terima kasih Key."
"Tapi Brayen kenapa?" tanya Aqila bingung pasalnya Brayen dari tadi sibuk membaguskan dasi nya dan entah mengapa Brayen sangat rapi hari ini.
"Ohh Brayen mau calon jadi ketua OSIS."
Aqila menagguk kepala. Jika di lihat-lihat Brayen memang cocok menyandang gelar itu.
***
Sedangkan di kelas Mark ia masih sibuk menyiapkan alat tulisnya. walau Pak Alex dan Bu Ros sudah mengatakan hal tersebut akan di sediakan panitia di sana. Tetap saja cowo blasteran itu menyiapkan hal tersebut.
"Semangat bro!" ucap Martin menepuk pundak Mark cukup keras.
"Sakit bego!" ringis Mark. Martin hanya terkekeh tidak berdosa.
Martin tersenyum penuh arti membuat Mark menatap aneh. "Kenapa lo?" tanya Mark.
"Kirim salam sama Aqila," bisik Martin. "Bilang, dia mau gak jadi kekasih gue," sambungnya.
Mark memutar bola matanya malas. "Gak akan mau dia," ujarnya datar.
"Lah kenapa?"
"Dia gak suka sama orang kaya lo."
Martin mendengus kelas. Bisa tidak sahabat nya itu membatu dirinya kali ini saja. "Lihat aja gue akan dapatin Aqila," ujar Martin pede.
Mark mengangkat bahunya acuh melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda.
Para anggota Olimpiade dan guru pembimbing susah sampai di gedung yang akan digunakan untuk olimpiade tersebut. Mereka sudah menemukan perwakilan dari sekolah lain seperti mereka. Perasaan Aqila, Gara, Ariana dan juga Mark sama saat ini. Mereka sama-sama gugup dan dengdegan. Sudah berulang kali mereka melafalkan doa agar lomba ini berjalan dengan lancar supaya mereka juga bisa membawa piala kejuaraan.
Mereka berempat sama-sama masuk kedalam ruangan tersebut. Ruangan yang akan menunjukkan hasil belajar mereka selama dua minggu ini.
Di lain sisi Lio sangat tidak tenang dan juga tidak fokus. Pikiran nya menjadi terpecah. Lio selalu saja memikirkan Aqila sampai ia tidak fokus dengan visi misi para calon anggota OSIS baru.
"Lio," panggil Sasa tapi tidak mendapat jawaban yang orang yang ia panggil.
Lio tersesat karena tepukan Putra yang cukup keras. "Lo kenapa?"
Lio menatap Sasa dan Putra secara bergantian. Lio menggeleng pertanda ia tidak apa-apa.
"Fokus!" ujar Putra.
Sekitar dua setengah jam Lio dan yang lainnya berada di ruangan OSIS . Mereka mengakhiri pemilihan OSIS tersebut. Mereka juga belum menemukan calon OSIS yang memiliki visi misi yang telat. Para pengurus lama mengumumkan akan mengadakan pemilihan untuk OSIS beberapa hari yang akan datang.
Lio menghidupkan benda pipi tersebut. Tapi tidak ada sama sekali notif yang masuk di hp nya.
'Apa Aqila belum selesai ya?' batin Lio.
Lio berdiri dari bangkunya berniat untuk menyusul Aqila ke gedung olimpiade.
"Lio," panggil Sasa.
Lio memberhentikan langkahnya menatap Sasa yang tepat berada di samping nya. "Ada apa Sa?"
"Lo mau ke mana?"
"Gue ada urusan penting."
"Lo gak bisa pergi Lio. Kita harus membahas masalah OSIS ini," desak Sasa.
"Maaf Sa, kali ini gue percayakan hal ini sama kalian. Gue harus pergi. Putra tolong kerjasamanya." Setelah mengatakan hal itu Lio keluar dari ruangan OSIS.
Lio memacu mobilnya keluar dari pekarangan SMA Nusa Bangsa. Sudah menunjukkan pukul 12.42 Lio masih saja kepikiran dengan Aqila istrinya itu.
Tidak butuh waktu lama, Lio sampai di gedung olimpiade dengan para murid yang sudah banyak keluar dari gedung tersebut. Lio berputar-putar mencari seseorang yang dari tadi ia pikirkan. Mata Lio menangkap dua orang yang sedang berpelukan bahagia.
"Lio!" teriak Gara melambaikan tangannya ke udara.
Aqila yang mendengar nama suaminya dipanggil lantas menoleh melepaskan pelukan tersebut. Aqila berlari memeluk tubuh Lio erat. Aqila bahagia sangat bahagia.
"Kak, Aqila menang!" seruh Aqila.
Ekspresi Lio dingin dan datar. Matanya menatap tajam pria yang berdiri di samping Gara. Lio juga tidak membalas pelukan dari Aqila. Lio tidak baik-baik saja.
"Udah bisa balik?" tanya Lio dingin dan datar.
Aqila mengerutkan keningnya. "Kata Pak Alex udah kak."
Lio menarik tangan Aqila masuk kedalam mobil mulai melajukan kendaraannya ke arah rumah mereka.
"Kak Lio kita makan siang di luar ya," pinta Aqila.
"Di rumah aja." Kembali lagi Lio bersikap dingin dan datar terhadap Aqila. Membuat gadis cantik itu menatap Lio lekat.
'Kenapa dengan kak Lio,' batin Aqila.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lio & Aqila (END)
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!!] Pernikahan anak SMA. Bisa dikatakan perjodohan sesama anak SMA. Tidak ada yang tau hubungan keduanya lebih dari sekedar sepupu saat menjalani hubungan rumah tangga tersebut. Awalanya tidak ada rasa suka dan cinta di...