81 | Pulang Kota

17.1K 2.5K 176
                                    

Mau komen 400++, no spam ya, baru lanjut🥺🥺

By the way, "Dear..." di akhir part diisi yaa hihihihih

💍💍💍💍💍

"Ayah..." panggil Aaron. Balita itu baru bangun tidur, dan punggung 'Ayah-nya' yang dia liat.

Laki-laki yang dipanggil Ayah itu menoleh sambil memasang senyum lebar. Berbanding terbalik dengan Aaron yang langsung masang wajah kesal karena laki-laki itu bukan ayahnya.

"Bukan Ayah," ucapnya. Ia membalikkan badannya dan melihat Abangnya masih tertidur pulas di sebelahnya. Dengan sedikit mencondongkan wajahnya, ia berbicara tepat di depan wajah Daffin. "Abang ... Ade culik," katanya.

Daffin yang merasa tidurnya terganggu pelan-pelan membuka matanya. Sebenernya bukan suara Aaron yang membangunkan tidurnya, melainkan bau mulut Aaron – karena si Ade kalo tidur itu mingkem jadi sekalinya buka mulut pasti bau. Beda sama Daffin yang tidurnya mangap, sehingga ada perputaran udara.

Laki-laki yang dituduh penculik itu mendekat ke arah kasur. "What's up, little man?" ucapnya sok asik.

Daffin yang kesadarannya masih setengah, tak menjawab. Sedangkan Aaron semakin merapatkan diri. "Abang, Ade culik," ulangnya lagi, tepat di depan wajah si Abang.

"Ade ... kasih jarinya ke Uncle," perintah Daffin.

Aaron dengan sigap membalik tubuhnya. Kembali melihat senyum manis laki-laki yang dipanggil 'Uncle' sama Abang. Sedangkan Alex yang ngga tau apa-apa tentang 'jari' masih mempertahankan senyum manisnya. Aaron mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya – jari yang belom sampai lima menit ia lepas dari mulutnya selama tidur 10 jam.

Alex mencium 'bau' yang beneran bau, reflek menjauh. "Ya ampun, mau pingsan," ucapnya.

Kebayang ngga, jari yang diisep 10 jam – ya walaupun udah sikat gigi – walaupun udah dikeluarin dan udah mengering jigongnya, tapi baunya kaya bertahan sampe jari itu dicuci pake sabun. Nah, bau itu yang bikin Daffin bangun tidur dan baru Alex cium.

Aaron tertawa kecil melihat reaksi 'Penculik' di depannya.

"Nda boleh culik," ucap Aaron menasehati.

Alex melotot. "Uncle nih ngga culik. Uncle Adeya Buya."

Aaron mengerjapkan matanya dua kali. Lalu ia membuka matanya dengan lebar – persis kaya melototin sambil menilik. "Ndaa. Bukan Ade," putusnya.

"Uncle telpon Buya ya supaya Ade percaya?"

Aaron mengangguk.

Dengan cepat, Alex menelpon Deana.

"Oy."

"Ka, masa kata si Ade gue penculik," adu Alex.

Deana tertawa di tempatnya. "Gue kesitu," ucapnya dan langsung menutup telpon.

Daffin sama sekali ngga membantu Alex untuk ngejelasin ke Aaron kalo dia ini beneran Ade Buyanya, karena anak itu kembali memeluk guling.

Alex heran sama daya inget ponakan bungsunya. Mereka sering telponan kok, minimal 3 hari sekali mereka telponan. Dan minimal 2 bulan sekali mereka ketemu – entah dia yang ke Bandung, atau kakaknya yang ke Jakarta, ya tapi emang ngga pernah lama sih. Biasanya dateng jumat malem atau sabtu pagi, dan minggu siang pulang karena seninnya harus kerja.

"Eh ... Anak gombul-nya Buya udah bangun," ucap Deana setelah membuka pintu kamar.

Aaron mengangguk.

TRS [4] : Baby in My Tummy! ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang