67 | Kado

20K 2.9K 228
                                    

Usaha Deana berjalan lancar selama dua bulan terakhir ini, setiap hari ada aja pesenan yang masuk. Entah make up, skincare, atau makanan-makanan yang dia jual. Dia juga udah bisa naikin gaji Tari, Teh Ava dan Teh Ikan sebesar 10%.

Naiknya emang cuman 10% karena Deana juga mikirin buat ke depannya, kalo suatu saat nanti pesenannya menurun, dia sebisa mungkin ngga nurunin gaji. Jadi bisa dibilang, dia nabung pendapat untuk gaji ke depannya.

Jadi ilmu itu Deana dapetin dari Poponya. Kata Popo, sebisa mungkin jangan nurunin gaji orang karena kalo seseorang udah dapet gaji segitu, maka dia akan nyusun budget untuk gaji segitu. Kalo diturunin, orang-orang bakal kalang kabut. Makanya kenapa sekarang orang-orang pada resah waktu gaji dipotong, karena udah punya perencanaan dengan gaji utuh.

"Istirahat aja Neng," ucap Teh Ika. Udah empat hari Deana kurang enak badan. Mungkin karena dia dan yang lain suka kerja sampe malem kali ya. Ditambah kalo yang lain pulang, dia masih harus ngedata pengeluaran dan pemasukan harian.

Deana ngga megang makanan karena takut nularin penyakit yang aneh-aneh. Dia sekarang tugasnya ngebungkus-bungkusin make up dan skincare. Setelah itu disemprot disinfektan supaya tetap steril.

"Gapapa, Teh, cuma pusing dikit aja kok."

Dari hari pertama sakit, Deana langsung nelpon Axel katanya mungkin tekanan darahnya rendah lagi. Akhirnya dia udah minum vitamin yang waktu itu disaranin adeknya buat beli, tapi belum terlalu membaik. Dia bahkan udah rapid test karena takut ngebahayain keluarga dan orang lain kan, tapi hasilnya non reaktif kok.

"Teteh mau dapet kali? Aku kalo mau sama pas lagi dapet suka pusing-pusing juga," ucap Tari.

Deana menggeleng sejenak. Ia yang awalnya sibuk dengan gunting dan selotip, langsung meletakkan kedua benda itu di lantai. Ia kaget akan sesuatu. "Aku udah telat seminggu! Biasanya dapet tanggal belasan."

"WUIHHH, fix ada Daffin jilid dua dalem perut," teriak Tari semangat.

Deana langsung berdiri. "Bentar ya, aku tes dulu."

👶👶👶

"Ayah, ini ada kiriman," ucap Deana sambil memberikan amplop coklat.

Kening Caesar berkerut saat menerima amplop tersebut. "Orang kantor ngga ada yang bilang mau ngirim berkas."

Caesar membolak-balik amplop coklat itu, bahkan ngga ada nama pengirimnya. Ia meletakkan amplop itu di meja samping kasurnya. "Orang iseng kali, ngga mau buka ah."

Deana mengambil amplop itu, diserahkan kembali ke suaminya. "Tapi nama, alamat sama nomornya bener, Yah, coba buku dulu."

Karena ngga mau memperdebatkan hal-hal yang kurang penting, jadilah Caesar membuka amplop itu. Di dalamnya ada amplop putih lagi, dia membuka amplop itu lagi. Ia melihat isinya, ada tiga alat dengan wujud yang mirip. Dia mengambil salah satu alat itu, ia langsung melihat ke istrinya yang tersenyum girang. "Ini punya kamu?"

Deana mengangguk. Ia hamil.

Caesar ngga mempedulikan dua benda lainnya, ia langsung memeluk dan mencium pipi istrinya. Ada calon Caesar junior atau Deana junior di dalam perut istrinya. Calon adik buat anaknya. "Selamat sayang."

Deana tersenyum senang di pelukan suaminya. Saking senangnya, tanpa terasa air matanya menetes sedikit.

Caesar melepas pelukannya. Ia menatap istrinya. Kedua tangannya digunakan untuk menangkup wajah istrinya yang masih sangat menggemaskan di matanya. Masih sama cantiknya seperti awal-awal mereka menikah, malah sekarang lebih cantik lagi. "Kamu ngidam apa?"

TRS [4] : Baby in My Tummy! ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang