Leo mendatangi kantor pemasaran perumahan tempat tinggal keponakannya, menghantarkan sembako untuk para karyawan. Kemarin malam, waktu dia nyampe dia udah mampir ke kantor itu untuk nanya total semua karyawan ada berapa, supaya paketan sembako yang dibeli ngga kurang. Sekalian buat ijin untuk malem ini mau bikin acara di rumah Caesar.
Alex menunggu di parkiran, ia baru selesai memindahkan daging-daging yang ia pesan dari online. "Om, Alex bayarnya COD. Tapi ngga bawa dompet."
Leo melihat ponakannya dengan mata menyipit, lalu ia tersenyum hampir tertawa. "Kamu udah tau kan itu mau dianter?" tanyanya.
Alex tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Iya dia tau kalo mau dianter, karena itu dia menawarkan diri buat nganterin om-nya ke kantor pemasaran. Dia juga yang minta ketemuan sama yang nganter di kantor pemasaran ini, karena dia bingung gimana ngejabarin arah rumah kakaknya. "Bagi duit om, kasian orangnya nungguin."
"Berapa?"
Alex menyerahkan nota pembelian. Harganya ya lumayan, tapi untuk makan satu keluarga besar mah ya itungannya murah, karena satu keluarga besar isinya 12 orang. Kalo barbeque-an di restoran ya segini juga abisnya. Cuma bedanya ini lebih banyak dagingnya, ngga ada side dish yang bikin kenyang duluan kaya nasi goreng, bihun goreng, dan lain-lain. Abis sebanyak itu buat daging sapi, baso, sosis, kentang goreng, sayap ayam, bumbu untuk marinate, sayuran juga untuk shabu-shabu.
"Debit bisa?" tanya Leo.
"Bisa, pak."
Kurir yang langsung dari tokonya itu mengambil mesin untuk pembayaran debit, setelah memasukkan nominal harga, Leo memasukkan pin ATM-nya.
"Makasih, pak. Mari..."
"Ya, mari," ucap Leo lalu masuk ke mobil dengan muka asem. "Nih notanya, nanti ganti ya."
Alex tertawa. "Masa punya perumahan, segini aja minta ganti."
Leo cuman bisa geleng-geleng kepala liat kelakuan ponakannya itu. Mirip kaya dia dan Poponya ini anak dulu, selalu memanfaat keadaan dan orang lain. Emang buah itu jatoh ngga jauh dari pohonnya ya.
Alex mengemudikan mobilnya kembali ke tempat tinggal kakaknya. Setelah sampai, ia memanggil bala bantuan untuk meengangkut semua daging pesenannnya. Dia itu terlalu royal untuk keluarga, apalagi keluarga yang ngumpul tuh banyak banget.
Masalahnya yang ngangkut udah banyak nih. Ada Alex, Axel, Caesar, Kenzo, Rangga dan Leo, dan mereka semua bolak balik bahkan sampe 3x untuk ngangkut semua pesenan Alex.
"Ini apaa?" tanya Deana kaget.
"Makan malem kita," jawab Alex.
Deana sebagai ibu-ibu yang lagi diet langsung menghitung ada berapa banyak makanan yang bakal mereka abisin malem ini. Setelah bolak balik menghitung karena ngga terlalu percaya sama hasil hitungannya, ia terkaget-kaget. "Lo gila ya, kita cuman ber-12 ini ada hampir 30kg makanan diluar sayuran sama bumbunya. Ini mah makan buat satu cluster gue."
"Lebay lo, ditraktir Om Yoyo nih," ucap Alex sambil tersenyum senang.
"Ah, om minta reimburse Popo kalian ah," ucap Leo santai.
"Buuuu, selamatkan dompet Popo. Jauhkan dari Leo sekarang!"
Semua orang disana tertawa, termasuk Leo dan Joan yang cukup merugi disini. Apalagi Rangga, Seruni dan Alex yang hari ini untung banyak. Kecuali Kyra yang ngga ada disitu karena lagi tidur siang, walaupun Deana sebel sama adeknya tapi dia tetep harus peduli sama keadaan bayi di dalam perut Kyra.
Daffin juga ngga ketawa melihat itu, dia malah cemberut. "Ih Popo musti bayallll, kasian Papa uangnya abis tau."
"Iya kan Daffin ya, harus bayar ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRS [4] : Baby in My Tummy! ✅️
HumorDisarankan untuk baca Jungkir Balik Dunia Deana dulu :) "Anak kecil emangnya udah siap punya bayi?" - Caesar - "Tinggal nyusuin, ngelonin sampe bobo apa susahnya?" - Deana -