45 | Crazy Rich Popo

37.2K 3.8K 221
                                    

"Popo ... Popo udah bum?"

Popo Rangga menoleh ke samping kanan bawahnya. Ia melihat cucunya yang menatapnya dengan tatapan berharap. Tatapan yang sekitar 20 tahun lalu ia terima dari anak sulungnya, Deana. Ia lagi kerja di rumah anak menantunya. Iya, dia masih nginep disana. Tadinya mau pulang ke Jakarta, tapi pas di tol tahan sama polisi jadi dia memilih tetap di rumah anaknya.

Kenapa waktu ke Bandung ngga ditahan? Kalo waktu itu dia nyewa voorijder jadi jalannya lancar-lancar aja. Tadinya dia mau nyewa lagi, tapi males ah. Mending di Bandung bareng anak-anak sama cucu-cucunya. Toh juga ngga ada yang mau dilakuin di rumah. Alex juga ngga pulang dari Amerika. Axel kuliah di Jogja dan ngga pulang juga.

"Belum sayang," jawabnya pelan. Ia merentangkan tangannya untuk memangku cucunya. Ia lagi kerja, lagi video call sama beberapa karyawannya. "Say hi dong buat temen-temen kerjanya Popo."

Daffin melihat laptop Poponya. Ia melihat ada beberapa orang yang ngga dia kenal. Dia langsung cemberut dan langsung ngumpetin wajahnya di dada Poponya. "No, no, Popo, nanti Apin diculik," ucapnya polos.

Semua karyawan yang lagi melihat Daffin di layar laptop dan ponselnya pun tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semua karyawan yang lagi melihat Daffin di layar laptop dan ponselnya pun tertawa. Namun Popo yang ditempeli anak itu ngga ketawa sama sekali. Dia ngga mau doktrin kaya gitu selalu terpatri di otak cucunya. Kasian, malah nanti jadi ngga bisa bergaul karena takut kan bahaya. Dia yakin banget pasti yang kaya gitu cucunya tau dari anaknya, karena anak menantunya kalo mikir ngga sesimpel itu, pasti bakal dijelasin dengan baik kenapa ngga boleh sembarangan kenal atau ikut sama orang yang ngga dikenal. Ngga sesimpel anaknya yang bilang, "nanti diculik."

"Bentar ya semuanya, nunggu dia pergi dulu baru dilanjut."

"Iya, Pak," jawab karyawan itu santai.

"Ngga diculik, ini kan temen-temennya Popo, Popo kenal." Popo mencoba menjelaskan kalo ngga ada salahnya kenalan sama orang baru. Kalo baik dijadiin temen, kalo ngga baik ya mundur perlahan aja, yang penting mau coba kenalan sama yang lain. Jangan-jangan ini alesan cucunya ngga mau ngomong sama orang lain, karena ketakutan itu. "Ayo kenalan makanya, Fin."

Daffin menggeleng. Ia bener-bener ngga mau kenalan sama orang baru. Oke, ternyata ada toh hal yang nurun dari anak menantunya, sedikit keras kepala, untungnya cuman sendikit. "Ngga akan diculik cucu kesayangan Popo, nanti kalo diculik Popo marahin yang nyulik."

Daffin mendongak. Ia menatap wajah Poponya dengan serius. Oke, satu lagi yang diturunkan anak menantunya ke cucunya: ngga gampang percaya. Ia kembali menatap layar laptop Poponya lalu menatap wajah Poponya bergantian beberapa kali. "But, Buya said, nanti Apin diculik, Po," ucapnya sedih. Dia takut diculik, nanti ngga bisa ketemu sama Buya dan Ayahnya.

 Dia takut diculik, nanti ngga bisa ketemu sama Buya dan Ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TRS [4] : Baby in My Tummy! ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang