Part ini ngga kudedikasiin secara khusus buat seseorang karena ngga ada nama yang cukup nyantol, anggep aja ini buat kalian semua💗
💍💍💍💍💍
Axel udah keluar meninggalkan para kakaknya. Sebenernya dia ngga mau keluar, dia mau ngadepin omelan kakaknya itu. Dia udah ambil keputusan, dan dia siap nanggung apapun resikonya. Tapi karena diminta keluar sama kakak iparnya yang pasti lebih bisa nenangin kakaknnya, jadi dia keluar. Dia masih harus ngadepin kedua orang tuanya.
"Abang tuh kenapa sih? Aku kan belum selesai sama Axel," ucap Deana melepaskan diri dari pelukan suaminya.
"Ngga gitu cara nyelesain masalah sayang," ucap Caesar lembut. "Kamu musti lebih tenang," lanjutnya.
"Tenang gimana sih?" tanya Deana. Dia ngga ngerti jalan pikirin suaminya. Kalo cuman tenang-tenang aja, ya ngga akan nyampe dong pelajarannya ke adeknya itu. "Bang, dia itu ngehamilin anak orang loh."
"Iya, aku tau." Caesar menarik nafasnya dalam-dalam. Dia ngga mau kebawa emosi. Dalam menghadapi masalah kaya gini, minimal harus ada satu orang yang tenang. "Kan dia mau nikahin karena dia tanggung jawab."
Deana geleng-geleng kepala. Ia berjalan menjauhi suaminya. Ia duduk di tepi ranjangnya. "Heran deh, kok santai banget ngadepin masalah kaya begini. Jangan-jangan kalo nanti Daffin ngehamilin anak orang, abang juga sesantai ini."
"Ya iya. Nyelesaiin masalah harus pake kepala dan hati yang dingin, ngga bisa pake emosi kaya kamu."
"Amit-amit anak aku kaya gitu," ucap Deana. "Tapi bang, coba abang liat, ini Axel ngehamilin anak orang, ngerusak anak orang."
Caesar ikut duduk di sebelah istrinya. Ia memegang bahu istrinya untuk berusaha menenangkan. "Iya, aku tau, tapi ini dia lagi berusaha memperbaiki kesalahan dan kerusakannya."
Deana memerhatikan wajah suaminya. Dia masih bingung sama jalan pikiran suaminya. Kenapa hal ini kaya sepele banget di mata suaminya sih? Yang jauh lebih dia takutin adalah, kalo misalkan nanti dia udah nikah sama Kyra, terus ke depannya Axel ngga kapok sama kesalahannya dan dia tiba-tiba ngehamilin anak orang lain.
"Udah ya, jangan marah-marah lagi. Toh Bubu sama Popo juga ngadepinnya santai," ucap Caesar.
Wajah Deana memerah karena kesal. "Karena semua orang santai, makanya perlu ada orang yang bersikap ngga santai. Biar Axel ngga seenaknya," jawabnya.
Caesar tau istrinya lagi dalam keadaan emosi yang menggebu-gebu. Dia mengusap-usap punggung istrinya, berusaha menyalurkan kesabaran yang ia punya.
"Sabar sayang, sabar."
Deana melirik sinis suaminya. "Mungkin karena Axel bukan adek abang, jadi abang ngga peduli."
Kening Caesar mengkerut. Mungkin emang Axel bukan adek kandungnya, tapi anak itu tetap adeknya. Dia udah 8 tahun menikah sama istrinya, dia udah 8 tahun jadi bagian dari keluarga istrinya, pastinya dia udah nganggep Axel dan Alex kaya adek kandungnya.
"Ah, udah lah." Caesar meninggalkan istrinya di kamar.
👶👶👶
"Kakak masih marah ya?" tanya Popo. Dia menemani Caesar di balkon lantai dua rumahnya. Mereka ngerokok bareng, sementara Deana yang masih bete lagi ngurusin halaman belakang. Popo ngerokok karena pusing gimana ngomong ke orang tua Kyra, sedangkan Caesar ngerokok karena dia bingung gimana ngadepin istrinya.
Caesar yang baru menyesap rokoknya, mengangguk. "Cesar ngga ngerti kenapa Deana bisa se-emosi itu, Po."
Popo tersenyum. "Deana itu daridulu berpikir Popo sama Bubu menaruh harapan besar dan selalu ngebangga-banggain Axel, padahal engga. Popo sama Bubu itu menaruh besar ke kakak, ke Alex juga Axel. Bahkan sekarang ya, yang sering Popo pamerin ke temen-temen sama karyawan Popo itu si kakak. Popo bilang tuh ke orang-orang kalo kakak udah punya bisnis bahkan sampe punya karyawan, bisa ngurus rumah tangga, semua bisa di-handle sama kakak. Itu yang kakak ngga tau. Kakak taunya Popo dan Bubu bakal sangat kecewa sama yang Axel lakuin."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRS [4] : Baby in My Tummy! ✅️
HumorDisarankan untuk baca Jungkir Balik Dunia Deana dulu :) "Anak kecil emangnya udah siap punya bayi?" - Caesar - "Tinggal nyusuin, ngelonin sampe bobo apa susahnya?" - Deana -