Devan menarik tangannya dari cengkeraman Verner dan Darga. Mina mundur, menjaga jarak dari tiga cowok yang bersiap berseteru sembari menarik Verner agar menjauh dari Devan yang sedang kalut.
"Lebih baik pulang." Suara Mina gemetar ketika dia bicara. Verner mundur tanpa mengalihkan perhatiannya dari Devan.
"Mau lo apaan, sih?" Verner bertanya. Suaranya memenuhi ruangan. "Kalau lo ganggu Mina lagi apa lagi ngata-ngatain, gue nggak akan segan mampusin lo."
"Udah...." Mina berusaha menarik Verner disaat tubuhnya sendiri tak kuat menarik cowok itu. "Aku mau pulang."
Belum melewati pintu, Verner menjauhkan tangan Mina dari lengannya. Dengan cepat dia melangkah. Mina membelalak saat Verner berlari ke arah Devan. Devan belum duduk dan terkejut dengan kedatangan Verner yang tiba-tiba. Belum sempat dia berbalik untuk kabur, pukulan keras di pipinya lagi-lagi dia terima dari Verner untuk ke sekian kali.
Tanpa mengatakan apa pun, Verner lalu pergi membawa Mina dari tempat itu.
"Bangsat!" Devan berteriak memandang kepergian Mina dan Verner. "Sialan. Anjing. Ck." Pandangan Devan berpindah ke Darga dan melirik sahabatnya itu heran.
"Lo juga ngapain bangsat?" Devan menggeram kesal.
Darga bersiap-siap pergi dari sana. "Kalau masih punya malu mending pergi dari sini. Jangan taunya bikin onar doang."
Devan terkejut dengan perkataan itu. Dia melihat sekeliling. Orang-orang sedang memandangnya. "Ah, berengsek." Setelah mengumpat, dia ikut pergi dari sana.
[]
Di sepanjang perjalanan pulang Mina terus terbayang kejadian yang tidak dia sangka-sangka. Mina memainkan kukunya. Beberapa kali memejamkan mata untuk mengenyahkan ingatan tentang tadi.
Mina sedikit lebih tenang ketika Verner mengusap tangannya.
"Aku takut...." Mina kembali memejamkan mata. "Tadi aku kesel banget. Aku takut kalau dia makin balas dendam. Tahu, kan? Biasanya yang kayak dia tuh nggak akan tinggal diem."
Verner menepi. Dia memosisikan tubuh menghadap Mina.
"Tenang, Mina. Ada aku. Coba lihat sini." Verner memegang kedua pipi Mina. Ibu jarinya mengusap air mata Mina yang sudah mengering. Verner paham Mina sangat takut. "Aku akan selalu ada di samping kamu. Paham, kan?"
"Tapi...."
"Kalau perlu 24 jam."
Mina memandang nanar. "Itu nggak mungkin...."
Verner tersenyum kecil. Ditariknya Mina ke dalam pelukan. "Nanti aku yang ngasih peringatan ke dia."
"Janji, ya...." Mina merenung dalam pelukan Verner.
Satu lagi ketakutannya bertambah. Membuat hari-hari Mina rasanya makin sulit.
Verner kembali melajukan mobil. Perjalanan yang tidak bisa membuat Mina tenang. Tiba di depan rumah, Mina tidak mengatakan apa pun. Bibirnya kelu melihat mobil mamanya terlihat parkir di tepi jalan.
Verner sudah melihat alasan Mina menjadi kaku ketika melihat mobil yang tak asing. Mina juga sudah bersiap untuk memberikan alasan pergi ke suatu tempat asal tidak di rumah.
Hanya saja ada yang berbeda malam itu. Rumah tampak ramai. Tangisan terdengar sampai di luar rumah. Suara yang sangat Mina kenali. Suara Mama. Pintu terbuka lebar. Beberapa orang mulai berdatangan.
Mina keluar dari mobil Verner dengan cepat menyadari ada yang tidak seperti biasanya. Sesuatu yang buruk terjadi. Belum tahu apa yang terjadi, tetapi air mata Mina sudah mengalir deras seolah yang terjadi adalah sesuatu yang sangat tidak dia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
Teen Fiction"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" - Mina "But you love me, Mine." - Verner Sullivan [] Mina benci dengan cowok. Pengalaman yang dialaminya dulu membuat hatinya keras dan memandang cowok tak lebih dari monster. Setampan apa pun itu...