Mina berusaha membuka mata dengan perasaan gelisah. Peluh membasahi keningnya. Dia bergerak, berusaha bangkit. Air matanya mengalir disaat dia belum membuka mata sepenuhnya.
Cahaya yang berasal dari celah jendela membuatnya kembali menutup mata yang sempat terbuka. Kepalanya terasa sakit. Tangannya refleks memegang kepala. Teringat hal mengerikan itu, dia terduduk dengan perasaan berkecamuk. Dipegangnya kepalanya yang semakin terasa berat. Mina menatap selimut putih tebal yang menutupi tubuhnya dan perlahan memegang tubuhnya yang masih tertutup pakaian.
Mina melihat dirinya. Hoodie itu masih terpakai sempurna. Dia masih memakai celana. Mina menggerakkan pahanya ketika teringat berbagai cerita tentang sesuatu yang mengganggu ketika kehilangan jati diri.
Tidak ada yang aneh. Semua baik-baik saja kecuali kepalanya yang sakit karena alkohol dan tenggorokan yang terasa perih.
Apa yang terjadi semalam? Mina hanya ingat terus dipaksa minum oleh Devan dan cowok itu mau melecehkannya. Mina memeluk dirinya sambil menekuk lutut.
Apa ini balasan? Dia membatin. Karena mencari dosa itu sendiri dengan menyerahkan diri ke Verner?
Mina tak bisa menangis. Bahkan tak mau memikirkan di mana dia sekarang. Di kepalanya hanya terbayang apakah Devan melakukan sesuatu tanpa mengambil sesuatu yang berharga darinya? Apakah Devan menggerayangi tubuhnya, melecekahkannya tanpa terasa tertinggal jejak? Mina memegang hoodie erat-erat sambil menenggelamkan wajahnya di atas lutut.
Bahkan dia tak sanggup berdiri. Tak sanggup pergi.
"Udah bangun?"
Suara itu....
Mina mendongak. Dipandanginya seseorang yang baru saja masuk ke kamar, lalu dilihatnya seorang anak laki-laki yang mengintip di balik dinding.
"Tenang. Lo aman di sini."
[]
"Udah bangun?" Verner memandang Auris yang baru saja membuka mata. Auris tersenyum dan memiringkan tubuh.
"Lo pikir kalau udah buka mata itu artinya apa?"
Verner tersenyum. Menyembunyikan rasa sesal di dadanya. Apa yang terjadi semalam? Bahkan sekarang menjelang siang.
Apa yang Mina lakukan sekarang?
Pasti Mina menunggunya di sana dengan khawatir.
Verner menghela napas. Rasanya berat menerima kenyataan bahwa dia telah berkhianat.
Verner bangun dari tidurnya dan mengusap wajah, lalu mengacak rambutnya frustrasi. Melihat itu, Auris ikut terbangun dan memeluk Verner dari belakang.
"Maaf," gumam Auris.
Verner menoleh padanya sambil menggeleng. "Lo salah apa minta maaf?"
"Gue tahu lo udah punya cewek, tapi malah—"
"Ssst." Verner memotong ucapannya dengan desisan. "Lo nggak salah. Nggak perlu ngerasa bersalah."
Auris tersenyum.
Verner melihat ponselnya dan segera mengambilnya. Sambil memakai pakaiannya kembali, dia menyalakan ponsel yang tak ingat pernah dia matikan semalam. Tak begitu memikirkan persoalan itu, yang dia butuhkan sekarang adalah mendengar kabar Mina.
Verner berdecak ketika berulang kali menghubungi Mina, tetapi jawaban dari operator tetap sama. Nomor Mina sedang tidak aktif.
"Lo sarapan sendirian, ya." Verner buru-buru ke pintu dan menyempatkan untuk menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
Teen Fiction"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" - Mina "But you love me, Mine." - Verner Sullivan [] Mina benci dengan cowok. Pengalaman yang dialaminya dulu membuat hatinya keras dan memandang cowok tak lebih dari monster. Setampan apa pun itu...