"Sial." Rasanya dingin. Membuatnya menggigil. Dibanding tubuhnya yang hangat, yang dia rasakan hanya kedinginan sampai mematikan semua AC.
Dia memakai hoodie di dalam apartemennya dengan singlet dan kaos bertumpuk. Berbaring di atas sofa dengan selimut tebal. Kapan terakhir dirinya demam? SD. Verner masih ingat di hari pertama ujian nasional dia malam demam sampai tak bisa fokus.
Padahal tidak semenggigil tadi. Sebelum mengajak Mina makan malam, dirinya tidak separah ini. Namun, saat teringat Auris yang sudah menunggunya di hotel, dia malah makin parah dan dalam keadaan seperti ini bagaimana dia bisa nafsu? Untuk makan malam dengan Mina saja lidahnya tak bisa merasakan apa pun.
Dia tak ingin bertemu siapa-siapa. Tidak. Sebelum nama Mina muncul di layar ponselnya. Verner meraih ponselnya dan segera menerima panggilan itu.
Tidak ada suara.
Verner menyunggingkan senyum tipis. "Berubah pikiran?"
"Sebenarnya...." Ada jeda yang sangat lama sampai Verner hampir bertanya apakah Mina masih di sana. "Lo bisa jemput gue sekarang? Gue ... gue pengin ketemu Agnia. Lo ... lo pasti tahu kan Devan ada di mana dan Agnia bareng dia. Gue minta tolong."
Verner mendengkus. Dia berpikir bahwa Mina sedang malu karena telah menolak ajakannya tadi. "Oke. Tunggu gue."
"Ce-cepat, ya...."
"Iya, udah sana. Siap-siap."
"B-bye...."
Sambungan berakhir. Verner menyunggingkan senyum tipis. Sadar akan itu dia terdiam heran pada dirinya sendiri.
Untuk apa dia tersenyum pada hal kecil ini? Terlebih lagi penyebabnya hanya karena cewek berpenampilan cupu yang tidak menarik sama sekali?
[]
Suara mobil....
Dari suaranya, itu bukan suara mobil pria berengsek itu. Mina melompat turun dari kursi ruang tamu. Kakek dan Nenek tidur setelah dia pamit untuk pergi. Benar saja, mobil Verner terlihat di depan rumah. Cowok itu turun tanpa menutup pintu mobil dan memandang Mina dari sana. Mina buru-buru pergi dan dari belokan lorong melihat sekilas mobil yang tak asing.
Panik. Mina segera memasuki mobil Verner dan pura-pura tak melihat mobil mamanya. Verner memperhatikan gerak-gerik Mina dan memandang sebuah mobil dari arah yang sama.
"Buru-buru, please." Mina bicara pelan hampir kehabisan napas. Verner segera memasuki mobilnya dan segera pergi dari sana. Sesekali memperhatikan Mina yang sedang gelisah.
Verner merasa tak punya hak untuk mempertanyakan masalah cewek itu. Yang terlihat di dalam mobil tadi adalah seorang wanita paruh baya dengan pria yang lebih muda. Ada apa dengan mereka? Bisa saja wanita paruh baya itu ibu Mina.
Sekali lagi Verner tidak ingin terlalu jauh memasuki hidup Mina, tetapi kenapa dia penasaran dengan segala hal yang berkaitan dengan Mina?
Verner memakai earphone dan segera menghubungi Devan. "Lo di mana, Sat?"
Mina menoleh dengan perasaan berkecamuk. Dalam hati terus berdoa semoga dia segera bertemu Agnia.
"Agnia mana? Mina mau ketemu." Verner mengernyitkan dahi. "Apa? Woi." Verner berdecak sebal lalu memandang mata Mina yang nanar. "Devan lagi nggak pengin diganggu, katanya...."
Mina langsung menunduk sedih. Verner jadi merasa bersalah. Sejauh apa masalah Mina sebenarnya? Jika melihat situasi tadi dengan sekilas, maka Verner merasa Mina memiliki keluarga yang berantakan.
Meski tak mau berpikir ke sana, Verner justru menebak dengan tepat.
"Lo mau pulang?" Pertanyaan itu hanya pancingan.
"Nggak."
Dan jawaban Mina membuat Verner mengambil kesimpulan bahwa memang ada hubungannya dalam masalah keluarga.
Verner menghela napas. Dia bisa tahu Mina pasti tertekan sekarang. "Gue bisa aja nyamperin dia dan bawa paksa Agnia ke elo, tapi masalahnya gue nggak tahu Devan lagi di mana."
Mina tersenyum sedih. Andaikan tadi Verner tidak perlu menyebut namanya, pasti akan berjalan lancar. Devan kan tidak menyukai keberadaannya. Verner tidak tahu bagaimana Devan jijik melihat cewek seperti dirinya.
"Lo mau nunggu di apart gue?"
Mina menoleh kaget. Verner sedang santai mengemudi.
"Gue nggak bakalan ngapa-ngapain lo juga, kok. Tenang aja. Kalau lo takut sama gue, kunciin diri lo di kamar." Sebenarnya, Verner bisa saja memesankan Mina satu kamar hotel dan meninggalkan cewek itu sendirian untuk tidur dengan tenang.
Hanya saja ini kesempatan untuknya mengenal Mina lebih jauh agar bisa leluasa tahu apa yang diinginkan cewek itu. Semua untuk menebus kesalahannya yang tak akan pernah termaafkanl. Verner hanya berpikir, setidaknya dia bisa membantu apa pun yang Mina butuhkan.
Mina hanya terdiam. Tidak ada tempat untuknya pergi. Harus ke mana? Dia tidak punya teman selain Agnia. Dia takut keluar di malam hari sendirian di kota metropolitan ini.
Keluar dari kandang buaya, masuk ke kandang singa? Apakah ada buaya yang jinak dan tidak ganas dalam penangkaran? Mina tidak pernah melihat itu. Singa? Ada banyak singa yang bisa akrab dengan manusia sampai terlihat tak ada bedanya dengan kucing.
Mina mendengkus. Sebuah perumpamaan yang absurd ketika dirinya menyamakan Verner dengan seekor singa.
Maka, malam itu Mina tidak menolak. Diamnya adalah iya. Saat turun dari mobil itu, Verner menjemputnya dan menggenggam tangannya erat. Mina menahan napas. Lagi-lagi tersentak dan ketakutan sendiri, tetapi dia berusaha melawan rasa takutnya itu dengan membiarkan Verner membantunya untuk sembuh.
Mina sudah lelah terus ketakutan kepada kaum laki-laki. Benar kata Verner, dia harus berani pada laki-laki dan satu-satunya yang bisa membantunya saat ini, yang bersedia membantunya dengan senang hati, adalah Verner.
Hanya Verner.
Tangan Verner sangat dingin menyelimuti tangan Mina yang hangat.
Di dalam mobil lain pada parkiran yang tak jauh dari mobil Verner, Auris melihat semuanya dalam kegamangan.
Cowok itu sakit? Apanya yang sakit? Verner ingin sendirian? Apanya yang ingin sendirian? Auris menggigit bibirnya kencang sampai berdarah.
Verner membawa cewek lain ke apartemennya, mengabaikannya, membohonginya, dan fokus dengan cewek yang tak ada apa-apanya dibanding dirinya.
Mina, cewek cupu itu, membuat harga diri Auris jatuh.
[]
a.n:
Baca lebih cepat di karyakarsa: kandthinkabout https://karyakarsa.com/kandthinkabout
setiap kali cerita ini tamat di wattpad, mungkin satu bulan sejak part terakhir update di wattpad, semua part cerita ini akan di-unpublish kemudian dipublikasikan ulang dari part awal. hanya repost. tidak ada yang berubah/diubah. di wattpad akan terus update sampai tamat lagi. polanya akan terus berulang seperti ini. (jadi jangan sampai kalian nabung terlalu lama tahu-tahu cerita ini sudah tamat dan publish ulang, kalian capek nunggu dari awal lagi)
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
Teen Fiction"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" - Mina "But you love me, Mine." - Verner Sullivan [] Mina benci dengan cowok. Pengalaman yang dialaminya dulu membuat hatinya keras dan memandang cowok tak lebih dari monster. Setampan apa pun itu...