37.

3.5K 232 9
                                    

Seharian ini Mina ingin marah terus sampai mendiamkan Verner. Mina berjalan lebih dulu dan berhenti untuk menunggu Verner membuka password.

Saat pintu terbuka, Mina masuk dan dadanya semakin sesak mengingat semua kejadian di kantin. Verner membohonginya. Verner membujuknya ke kantin dan mereka makan di meja lain, tetapi nyatanya Verner membawanya ke meja yang tidak ingin didatangi Mina itu.

Posisi Verner tetap sama. Duduk di samping Auris ditambah Mina di samping kanannya. Antara canggung dan kesal dialami Mina sepanjang memaksa mulutnya untuk mengunyah. Bahkan dia mendengar teman-teman Auris berbisik sambil memandangnya.

Bukannya sedih, tapi Mina ingin balas mengatai teman-teman Auris dan hanya bisa Mina lakukan dalam imajinasinya karena tak suka terlibat dalam masalah.

Mina langsung memasuki kamarnya dan menutupnya kencang. Langsung melempar tubuh ke atas tempat tidur dengan telentang. Beberapa detik setelah pintunya tertutup, Verner membukanya dan masuk. Cowok itu hanya berdiri di ambang pintu memandang Mina yang tidak ingin diganggu.

"Maaf. Aku salah, ya?" Verner melihat Mina membungkus seluruh tubuh dengan selimut. Di dalam selimut itu mata Mina masih terbuka. Pendengarannya dia tajamkan.

Suara gerakan membuat Mina mempererat bungkusan selimutnya. Verner menarik paksa selimut Mina. Mina langsung terduduk memandang Verner yang berdiri di samping tempat tidur. 

"Apa?" Mina memandang Verner dengan ketus.

"Maaf."

Mina membuang muka kesal. Tidak mengatakan apa pun dan mendorong Verner dengan paksa untuk keluar dari kamarnya. Verner menurut, tetapi berhenti di ambang pintu dan memandang Mina lurus-lurus.

"Aku mau ganti baju."

"Maafin dulu baru aku keluar."

"Iya, aku maafin."

"Nggak ikhlas."

"Ikhlas, kok."

"Enggak."

"Ya udah. Terserah." Mina mengambil ponselnya dan segera menghubungi Darga untuk menanyakan nomor halaman tugas yang harus dikerjakan. Karena badmood, Mina jadi tidak fokus di semua mata pelajaran setelah istirahat.

Mina segera mengutak-atik bukunya dan mengambil pulpen. Siap untuk menulis informasi dari Darga. Yang di sana tidak bersuara.

"Halo, Darga?"

Verner melangkah cepat ke arahnya. Mina melotot saat tiba-tiba saja Verner menarik ponselnya, lalu mematikan sambungan telepon sebelum Darga bicara.

"Verner!" seru Mina, sedikit lagi meledak. "Ini penting kenapa kamu rampas gitu aja, sih?"

"Penting?" Wajah Verner tak ada ramahnya sama sekali. Mina melompat untuk mengambil ponselnya yang sengaja diangkat Verner tinggi-tinggi. "Aku nunggu jawaban maaf dari kamu yang ikhlas. Kenapa malah nelepon cowok lain?"

"Aku cuma pengin nanyain nomor halaman tugas kok kamu nggak ada pengertiannya sama sekali?" Mina sudah meledak sampai matanya berkaca-kaca. "Bandingin sama kamu yang megang rambut cewek lain disaat aku nggak ada? Sambil ketawa-ketawa. Kamu pikir aku nggak sakit hati? Kesel tahu nggak, sih?"

Verner terdiam memikirkan kata-kata Mina.

Mina melangkah cepat untuk keluar dari sana.

"Mina." Verner mengikutinya dari belakang.

"Udah lah. Aku mau balik pulang aja." Mina sedang tidak bisa berpikir dan berjalan menuju pintu keluar. Verner berhasil memegang pergelangan tangannya dengan paksa. Kekhawatiran Verner membuatnya tak sadar marah.

"Kamu mau diapa-apain sama ayah tiri kamu? Lihat sini, Mina!" Verner berteriak tanpa sadar sembari membalik paksa tubuh Mina. Dilihatnya mata Mina sudah penuh air mata. Verner melembut dan memegang kedua pipi Mina. "Aku nggak mau terjadi sesuatu sama kamu. Jangan terlalu gegabah, oke?"

Mina menarik diri dan melihat pergelangan tangannya yang memerah. Menyadari itu karena kelakuannya, Verner langsung merasa bersalah. Mina buru-buru kembali ke kamarnya. Verner ikut. Saat Mina berusaha menutup pintu, Verner menahannya dan ikut masuk.

Mina ingin sendirian, tetapi Verner terus mengekorinya dan membuatnya semakin menangis. "Keluar dari kamar aku. Aku mau sendiri."

Verner tanpa sadar tersenyum. "Ini kan kamar aku juga."

Kesal, Mina ke tempat tidur dan menyelimuti seluruh tubuhnya. Di dalam selimut dia berkata dengan suara bergetar. "Iya, tahu. Aku cuma numpang," bisiknya.

Verner mendekat sambil menghela napas. "Buka. Aku mau bicara."

"Nggak mau."

"Buka, Mina."

"Aku bilang aku nggak mau!"

"Ck." Verner kembali menarik paksa selimut itu dan memaksa Mina duduk. "Aku minta maaf. Aku cuma mau lihat kamu bukan lihat selimut."

Kedua tangan Verner memegang masing-masing pergelangan tangan Mina. Mina berontak. Verner duduk tepat di sampingnya dan memeluknya erat. Tak mau lepas.

Verner membiarkan Mina menangis di dadanya. Mina menangis sesenggukan sampai dia lega. Disaat Mina mulai lega, dia berpikir kenapa sampai menangis seperti ini untuk masalah yang sepertinya sepele.

"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" Mina menjauh dalam pelukan Verner dan Verner langsung memegang kedua pergelangan tangannya.

Sama-sama diam, mereka saling pandang sebelum akhirnya Verner meniup pergelangan tangan Mina bergantian.

"But you love me, Mine." Ucapan itu diakhiri dengan ciuman singkat di kedua pergelangan tangan Mina tanpa mengalihkan pandangannya sedetik pun dari mata Mina.

[]


Baca duluan di https://karyakarsa.com/kandthinkabout

catatan lagi untuk pembaca lama: cerita ini hanya repost. dan bagi pembaca baru yang ingin baca duluan, silakan ke karyakarsa karena di sana sudah tamat. di wattpad akan terus di update sampai tamat juga, tapi butuh waktu.

Beli lewat webnya aja. Ketik ulang di halaman google -> https://karyakarsa.com/kandthinkabout (atau cek bio profilku, klik tautan di sana)

thank you!

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang