07.

5.4K 305 9
                                    

Di balik kesengsaraan kehidupan satu cewek, ada beberapa cowok yang menertawakan itu.

Devan yang paling puas  tertawa. Bersama Yuan, Gilang, dan Dana di dalam sebuah ruang kosong tak  terpakai yang mereka jadikan sebagai tempat santai disaat pelajaran  berlangsung jika malas mengikuti kelas. Ruang rahasia, tempat yang hanya  belum dicurigai oleh guru.

Tetapi tidak dengan dua orang. Satu yang sejak tadi menahan amarah.

Satu yang tidak mau mendengar karena sepasang earphone dengan musik keras menyumbat telinganya.

"Lihat nggak lo? Tuh  cewek sampai nangis-nangis anjir. Puas gue selama ini nyolot banget  kalau ngelihat gue lagi ngenakin Agnia." Devan sangat puas bercerita.

Mata Yuan yang menyipit semakin menyipit. "Haha bangsat. Cewek itu pengin di posisi Agnia kali."

"Anjir? Gue nggak  kepikiran ke sana!" Devan memandang Verner. "Gimana gue kepikiran? Nafsu  aja kagak. Gue malah heran, kenapa Verner lama banget nyium tu cewek.  Gue jadi penasaran sama rasanya juga."

Verner menghampiri Devan  dengan tatapan dingin. Dia sudah menyimpulkan dengan sendiri.  Ditariknya kerah kemeja Devan dan berusaha untuk tidak langsung memukul.

"Jadi lo pelaku di balik foto-foto itu?" tanya Verner dengan nada datar.

Senyum miring Devan terbit. "Ya. Kenapa? Gue videoin juga, loh. Mau gue kasih lihat betapa lo nafsu sama cewek itu?"

Verner menjauhkan  tangannya dari Devan dan melangkah mundur. Sekali lagi Devan akan  songong dalam bicara, maka Verner tidak akan bisa membiarkan Devan lagi.

"Kira-kira kalau gue sebarin, apa yang bakalan terjadi, ya?" Devan tersenyjm smirk. "Posisinya ... kalian berdua sangat sangat saling menikmati. Lama banget-"

BUK.

Verner memberi satu  pukulan untuk di pipi tapi meleset ke dagu Devan, mampu menjatuhkan  Devan ke lantai. Devan tampak kaget dan menatap Verner marah sambil  memegang dagu.

"Sialan. Lo mukul gue  lagi? Hei, Bangsat. Lo nggak mungkin terbebani kalau foto liar lo  kesebar. Bahkan kalau foto p*n*** lo kesebar lo juga nggak peduli,  Bangsat! Jangan bilang lo mukul gue karena cewek itu?"

"Diem anjing!" Verner  menginjak kaki Devan hingga Devan berteriak kesakitan sampai mengumpat  berkali-kali. "Mikir, dong. Kalau mau ngelibatin orang lain jangan  terlalu jauh kayak gini. Dan satu lagi, dari awal lo udah bohongin gue  dan gue nggak terima itu."

"TAI!" Devan berdiri  tertatih. Ditatapnya Verner dengan marah. Kemudian senyum iblisnya  mencuat. "Ayo, buat gue marah. Sepertinya lo mulai kasihan ke korban lo,  ya? Oke. Gue bakalan sebarin video kalian. Biar satu sekolah makin  nyudutin cewek sialan itu."

Verner membuka ikat  pinggangnya dan dengan cepat mencambuknya kepada Devan. Devan tak siap,  ikat pinggang itu mengenai area kepalanya dan membuat telinganya  berdarah.

"Ayo, sebarin aja. Kalau itu terjadi, gue bunuh lo."

Devan tertawa, tak habis pikir. Diusapnya darah yang keluar dari telinganya dengan pelan.

Sejak pertengkaran mereka berdua, Darga sudah membuka satu sisi earphone dari telinganya dan mendengar semua pembicaraan mereka.

[]

Mina tidak tahu, kenapa  hanya dia yang datang sendirian menghampiri Bu Dina, guru BK, dan  menjelaskan semua kesalahpahaman itu disaat dia tidak ingin mengingat  apa pun.

"Coba kamu jelaskan. Apa  maksud semua ini?" Bu Dina menjatuhkan beberapa foto Verner dan Mina  yang nyaris sama, yang berbeda hanya bagaimana Verner memeluknya atau  memiringkan kepala.

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang