"Makasih."
Darga memperhatikan Mina yang tersenyum lega. Sebegitu leganya sampai Darga merasa Verner hanya akan menjadi ancaman bagi Mina.
Darga yang muncul dengan seragam lain di sekolah itu bukan hal yang baru jadi siswa-siswi sudah tak heran lagi dengan kehadirannya. Meski masih ada yang baru melihat sampai berpikir Darga adalah siswa pindahan, tetapi mereka salah karena Darga masih resmi menjadi siswa di sekolahnya.
Mina sudah mengambil tasnya dan agak canggung karena sejak tadi Darga mengikutinya ke mana-mana. Bahkan sekarang dia menuju gerbang dan cowok itu masih terus berjalan di belakangnya.
Alhasil, Mina berhenti dan berbalik. Darga mengerem mendadak. Wajah tanpa ekspresi yang Mina pandangi sekarang semakin membuat Mina merasa bersalah.
"Pokoknya makasih," kata Mina sekali lagi. "Lo mau pulang juga, ya."
"Mau gue anterin, kan?"
Mina menggeleng panik. "Enggak. Enggak. Gue bisa pulang sendiri."
"Ya udah." Darga masih diam di tempatnya memperhatikan Mina yang berjalan buru-buru ke gerbang, melewati para siswi yang selalu menjadikannya bahan gosip.
Gosip tentang Mina bertambah. Tentang dirinya yang terlihat bersama Darga, cowok yang dikenal sebagai salah satu sahabat Verner. Dalam waktu singkat, muncul gosip yang tidak-tidak tentang Mina.
"Kalian kenal? Kok gue nggak tahu?" Verner muncul dari belakang. Sejak tadi dia mengawasi hal yang memuakkan. Darga yang selalu ingin sendirian, tiba-tiba terlihat bersama Mina. Muncul di tempat yang sama.
Darga berbalik. "Itu nggak penting untuk lo tahu."
"Lo bukan tipe teman yang suka ngerebut gebetan orang kan?" tanya Verner galak.
"Gebetan?"
"Iya."
Darga mengernyit. "Lo harusnya sadar diri, lo udah hancurin hidup orang. Sekarang nganggap orang yang lo hancurin hidupnya itu sebagai gebetan lo?" Darga melewati Verner. "Aneh."
Verner terdiam cukup lama. Dia tidak mau jalan di tempat. Satu yang terlintas di benaknya untuk meminta bantuan adalah Devan. Terpaksa dia meminta bantuan kepada Devan meski masih kesal karena Devan penyebab utama hidup Mina berantakan.
Bawa Mina ke apart gue malam ini. Apa pun caranya.
Verner adalah seseorang yang melakukan berbagai cara untuk mendapatkan yang dia mau.
Termasuk hati Mina dan kepercayaan cewek itu kepadanya.
[]
Pertama kali menghampiri Mina ke rumahnya, Agnia langsung mengangkat tangan dan memohon-mohon untuk kembali dijadikan tameng seperti kemarin. Kali ini Agnia berjanji untuk tidak membawa Mina kepada Verner seperti permintaan Mina.
Semua yang mereka pikirkan tidak sejalan. Nyatanya, ketika mobil mengarah ke apartemen Verner, Mina sudah menunjukkan protes kepada Devan. Bahkan Agnia memohon untuk tidak mengecewakan Mina kali ini. Namun, Devan senang melihat bagaimana Mina tersiksa dengan perkataan singkatnya.
"Sampai." Devan menoleh dan tersenyum. "Turun sana."
"Sayang, jangan gini, ih. Mina kan nggak mau." Agnia memandang Mina khawatir, lalu balik memandang Devan. "Please, nanti Mina marah...."
Mina mengepalkan tangan. Agnia terus memohon kepada Devan untuk tidak membiarkan Mina marah. Devan tak peduli. Cowok itu berdecak ketika melihat Mina turun dan berusaha kabur. Dengan sigap Devan turun dari mobil dan menarik tangan Mina, menahannya agar tidak ke mana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
Teen Fiction"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" - Mina "But you love me, Mine." - Verner Sullivan [] Mina benci dengan cowok. Pengalaman yang dialaminya dulu membuat hatinya keras dan memandang cowok tak lebih dari monster. Setampan apa pun itu...