18.

2.6K 185 3
                                    

Memalukan. Dan, menyesal.

Banyak hal yang terjadi.  Pertama, setelah tangis Mina reda, Mina langsung menjauh dari Verner  dan bingung sendiri. Kenapa dia terlalu terbuka kepada Verner? Bahkan  menangis di depan cowok itu dan ditambah lagi menceritakan aibnya  sendiri? Sementara Verner? Cowok itu kembali melajukan mobil dan  mengajak Mina membicarakan hal lain seolah tak terjadi apa-apa  sebelumnya.

Kedua, mereka datang terlambat dan Mina terpaksa mengikuti Verner menuju jalan rahasia memasuki  sekolah. Mina berhasil masuk bersama Verner dan karena mata pelajaran  pertama masih berlangsung, Verner mengajak Mina untuk ke ruang rahasianya. Mina tak mau ke mana pun selain kabur. Mina berhasil kabur sampai Verner tak bisa mencarinya karena Mina hilang begitu cepat.

Alasan Mina ingin  menjauh karena apa yang terjadi di mobil benar-benar memalukan. Dipeluk  Verner yang baru dikenalnya beberapa hari ini dan menjadi penyebab  namanya jelek di sekolah. Juga menceritakan aibnya sendiri dan Mina  sangat malu muncul di depan wajah cowok itu lagi.

Kira-kira, bagaimana  pandangan Verner setelah mendengar ceritanya? Mina sangat khawatir  dengan pendapat cowok itu tentang hidupnya yang bermasalah.

Apa yang Mina rasakan  setelah menceritakan semuanya kepada Verner? Ada perasaan lega. Juga  menyesal. Kenapa harus menceritakan aibnya bahkan kepada laki-laki?

Mina berhenti di atas rooftop dan  menarik napas dalam-dalam, lalu terbatuk-batuk setelah itu karena asap  yang mengarah kepadanya oleh angin. Mina menoleh dan terkejut melihat  cowok dari sekolah lain itu sedang berdiri sambil merokok, juga sedang  memandangnya datar.

Harus berani. Mina  menegaskan kepada dirinya sendiri. Dia akan tetap di sini dan tak akan  pergi karena tidak mungkin berkeliaran lagi. Selain toilet, rooftop adalah tempatnya bersembunyi. Lebih baik di sini daripada harus berada di bilik yang sempit dan pengap.

Mina duduk di tempatnya  biasa dan mengeluarkan isi tas. Dia akan menghabiskan waktu mata  pelajaran yang tersisa dengan membaca novel.

Di tengah-tengah itu,  Mina merasa ada yang mengawasi. Pasti karena keberadaan cowok itu tak  jauh darinya. Mina heran mengapa hampir setiap hari cowok itu ada di  sekolahnya padahal bukan siswa sekolah ini.

Tadinya Mina tak peduli.  Namun, dia akhirnya berpikir untuk melupakan sejenak novel di tangannya  dan mengajak orang asing itu bicara? Seperti kata Verner, dia kurang  bersosialisasi. Mungkin dia akan melakukan ini, dari hal kecil, mengajak  orang asing bicara contohnya.

Mina tak tahu ampuh atau  tidak. Kebetulan mereka ada di tempat yang sama. Di sekolah ini, apa  masih ada yang memandangnya baik selain Agnia? Dirinya hanya terkenal  sebagai cewek yang berciuman dengan Verner di sweet seventeen Auris.

Mina perlahan menoleh.  Rasanya berkeringat dingin. Darga masih berdiri dengan tatapan tajam  mengarah pada Mina karena sadar Mina memperhatikannya.

"Lo nggak punya sekolah?  Kenapa di sekolah ini terus?" Niat Mina untuk bicara ramah, malah  sebaliknya. Faktor dia yang jarang bicara.

"Bosan."

Mina tak menyangka cowok itu menjawab. Rokok di tangan Darga sudah hilang entah ke mana.

"Oh...." Mina tidak tahu  lagi harus mengatakan apa. Sehingga yang terjadi berikutnya adalah  keheningan. Ada banyak suara di kepala Mina yang menyuruhnya untuk  segera bicara.

Mina menggigit bibir  dalam. Bingung sendiri. Pada akhirnya tak fokus membaca dan diam-diam  memandang Darga. Cowok itu sudah duduk bersandar dan sedang memandang  Mina tajam.

"Ada urusan apa ngelihatin gue terus?"

Deg. Mina membelalak dan langsung berpaling. "Eng... nggak."

Kembali hening. Mina semakin gerah. Apa dia bisa mencairkan suasana? Sepertinya, Mina harus belajar itu.

"Panas, ya?" Mina mengarahkan tangannya menutupi sinar matahari. Darga terus memperhatikannya. "Padahal masih pagi."

Basa-basi yang basi.  Mina berusaha tidak peduli dan terus bicara. Mina mengalihkan pandangan  ke awan. "Pernah nggak lo cerita ke seseorang yang baru lo kenal, tapi  lo malah ceritain kisah hidup lo  ke orang itu sampai ke aib-aib lo?"  Mina pikir cowok itu sudah pasti diam tak akan meresponsnya.

Padahal Darga sedang  merenungkan kata-kata Mina. Apa jangan jangan Mina menyesel kemarin  bercerita ke dirinya? Darga berpikir Mina sedang membahas apa yang  terjadi di antara mereka.

Mina menghela napas.  "Kenapa ya kayak gitu? Jadinya nyesel." Mina merenung. Apa karena orang  itu adalah Verner? "Gue jadi nggak pengin ketemu lagi," gumam Mina.

"Ya, nggak usah. Ngapain  lo ke sini?" tanya Darga tiba-tiba. Mina menoleh pada cowok itu. Darga  tak meneruskan kalimatnya selain memandang Mina diam.

Mina mengernyit. "Apa...?"

Darga ikut mengernyit.

Suara bel berbunyi  membuat Mina buru-buru berdiri dan merapikan tasnya. Mina panik. Dia  tidak boleh membawa tas di pergantian pelajaran, takut dilihat guru.  Akhirnya yang dia bawa hanyalah pulpen, buku paket, dan buku catatan  mata pelajaran berikutnya.

Mina memandang Darga  dengan ragu. "Masih di sini? Titip, ya.... Tapi kalau bakalan pergi,  nggak apa-apa, kok. Nggak bakalan juga ada yang nyuri tas buluk." Mina  tersenyum canggung.

Darga hanya diam. Mina  segera pergi dan hampir terjatuh karena tersandung kakinya sendiri.  Menyadari kecerobohannya, Mina merasa malu sampai salah tingkah. Dia  berlari lebih hati-hati.

Beberapa detik setelah Mina tak terlihat, Darga tertawa nyaris tak kentara. "Bodoh."

[]

Sudah bel istirahat.  Darga masih setia di tempatnya menunggu kedatangan Mina sampai Mina  mengambil tasnya sendiri. Meski tak saling mengenal, tetapi cewek itu  sudah memberikan amanah.

Darga sempat memindahkan  tas Mina di tempat yang terlindungi matahari, lalu dia kembali duduk di  tempatnya memakan permen karet sampai stok permen karetnya menipis.

"Ya ampun, maaf. Lo  masih di sini?" Wajah panik Mina yang pertama kali Darga lihat ketika  cowok itu mendongak ke samping, tempat Mina muncul.

Embusan napas cewek itu terasa berat. Baru saja berlari kencang menuju rooftop. Mina mengambil tasnya dan menepuk-nepuknya pelan dari debu. Dipandanginya Darga sambil tersenyum. "Makasih...."

"Untuk apa?"

Mina mengalihkan pandangan dari tas. "Udah jagain tas gue."

"Kebetulan aja gue di sini."

"Ya, pokoknya gitu...."  Mina berjalan melewati Darga menuju koridor. Masih heran kenapa cowok  itu masih di sekolahnya. Bolos setiap hari? Aneh. Mina menggeleng. Itu  bukan yang penting. Apa yang penting sekarang adalah menghindari diri  dari Verner.

Mina memeluk tasnya dan  sesekali melihat sekeliling. Takut Verner tiba-tiba muncul. Mina tak  menyadari, seseorang yang berusaha dia hindari sedang menunggu di depan  jauh darinya berjalan. Mina hanya sibuk melihat kiri kanan dan belakang  sampai tak fokus dengan yang jauh di depan.

Ketika Mina hampir  melewati Verner yang tak dia sadari berada di antara siswa-siswa lain,  Mina dihentikan oleh Verner yang berhasil memegang tangannya.

"Ke mana aja?" Verner mengerutkan kening. "Gue cariin dari tadi nggak ketemu."

"Ah, itu-"

"Lo sengaja ngehindar dari gue, ya?" tanya Verner kesal, seperti seorang kekasih yang kesal karena dicueki.

[]



Baca duluan di https://karyakarsa.com/kandthinkabout

catatan lagi untuk pembaca lama: cerita ini hanya repost. dan bagi pembaca baru yang ingin baca duluan, silakan ke karyakarsa karena di sana sudah tamat. di wattpad akan terus di update sampai tamat juga, tapi butuh waktu.

Beli lewat webnya aja. Ketik ulang di halaman google -> https://karyakarsa.com/kandthinkabout (atau cek bio profilku, klik tautan di sana)

thank you!

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang