39.

3.2K 212 5
                                    

Verner berusaha menahan hafa nafsu. Cowok itu menahan tubuhnya di atas Mina. Matanya menggelap. Frustrasi dan kesal menjadi satu.

Tidak. Kata itu terus terngiang diiringi kata lanjutkan.

Ini kesempatan untuk memiliki Mina seutuhnya, tetapi juga boomerang baginya. Mina akan membencinya. Sadar akan segala trauma yang sudah Mina ceritakan, Verner bangkit dari atas tubuh cewek itu dan terduduk menghela napas.

Mina canggung. Peristiwa yang begitu cepat membuat suasana menjadi berbeda. Mina bangun dari sofa dan buru-buru ke kamar, mengunci diri sendiri. Merenungkan semua peristiwa yang nyaris saja menghancurkan masa depannya.

Kepergian Mina membuat Verner mengumpat berkali-kali dengan suara pelan.

"Sial." Verner mengacak-acak rambutnya, frustrasi. Setelah ini dia tak tahu apa yang terjadi. Hanya meminta maaf atau sekadar pernyataan tak akan melakukan lagi adalah janji yang tak bisa Mina pegang, bahkan dirinya sendiri.

Di dalam kamar itu, Mina bersandar di pintu sembari memeluk lututnya. Mina masih sedang memulihkan diri. Pikirannya melantur ke mana-mana.

Apa ini yang akibat dari berdua di tempat sepi? Ini yang selalu dikatakan orang-orang yang biasanya jadi candaan itu? Nyaris saja. Mina tak tahu harus melakukan apa. Mina tak mungkin tiba-tiba menjauh seperti keinginan dari hati kecilnya. Mina ingin tetap di sini dibanding pergi ke rumah dan bertemu Baron.

Mina tak mungkin menemui Agnia karena sudah berhari-hari sahabatnya itu menguekinya. Mina tahu di balik keputusan Agnia untuk menjauhi Mina itu ada Devan yang mengancam. Mina tak bisa berbuat apa-apa.

Lalu dia tak tahu harus ke mana.

Satu-satunya rumah yang nyaman baginya sudah menjadi tempat paling mengerikan untuk dia datangi.

Mina tak punya tempat untuk pulang.

Namun, Verner... cowok itu melakukan sesuatu yang tak Mina sangka-sangka. Mina mencoba memikirkan jalan keluarnya. Verner satu-satunya yang mengerti tentangnya. Mina mencoba memaklumi. Dirinya yang sudah memancing cowok itu. Mina mencoba memaklumi karena dia sudah membuat cowok itu kesal.

Mina mencoba memaklumi. Verner hanya khilaf sesaat.

Mina melotot kaget mengingat bahwa saat ini dia sedang datang bulan.

Jika pun akan terjadi sesuatu, Verner tak mungkin menyentuhnya dalam keadaan kotor seperti ini.

"Gila!" Mina meremas rambutnya setelah berpikir yang tabu.

Mina mencoba melupakan kejadian tadi. Dia berdiri membuka pintu dan terkejut melihat Verner sudah ada di depannya.

"Hai...," sapa Verner, kaku.

Mina tersenyum lebar. Terlihat sangat dipaksa. "Ayo ... lanjut nonton?" Dan lupain kejadian tadi.

Verner terkejut melihat senyuman Mina walau sangat terpaksa itu. Verner pikir Mina tidak akan mau menemuinya dan pergi dari apartemennya. Verner tersenyum lega.

"Ayo?" Gue janji nggak akan bahas hal yang ngebuat lo canggung, Mine.

[]

Mina beberapa kali melirik Verner dan bukannya antusias dengan tontonan seperti perasaannya saat mendengar Verner mempunyai banyak kaset film. Verner terlihat santai seolah tak terjadi apa-apa. Itu yang membuat Mina jadi berpikir berlebihan.

Apa bagi Verner yang terjadi di antara mereka tadi adalah hal yang biasa saja? Mina sampai detik ini tak bisa melupakan kejadian itu walau berusaha mati-matian melupakannya.

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang