22.

3.9K 234 7
                                    

Verner terdiam menyadari  sesuatu. Dia menyukai cewek di hadapannya ini? Secepat ini? Verner tak  tahu kenapa, yang dia tahu satu, dia tidak suka melihat Mina berada di  dekat cowok lain selain dirinya.

Verner hanya ingin Mina  kenal dirinya. Bergantung padanya. Verner mau Mina akan terus menjadikan  dirinya sebagai tempat sandaran. Tidak dengan siapa pun. Hanya dia yang  boleh membuat Mina luluh.

"Lo kaget?" Verner  tersenyum saat Mina langsung membuang muka setelah terpaku oleh  kata-katanya. "Gue juga kaget kenapa ngomong gitu."

Mina kembali merasakan  jantungnya berdegup kencang saat Verner membawanya ke pelukan. Mina  meremas baju Verner tanpa sadar. Senyum Verner terbit perlahan  mengetahui Mina segugup ini.

"Tenang. Sekarang gue  nggak bernafsu kalau itu yang lo takutin." Mau Mina memikirkan itu atau  tidak, Verner hanya ingin Mina tahu yang dia rasakan sekarang. "Gue cuma  ngerasa nyaman kayak gini. Apa, ya? Rasanya ngantuk."

Mina merasakan wajahnya memanas. Dia menunduk menyembunyikan wajah di pundak Verner.

Sama. Itu yang dia  rasakan sekarang. Dibanding rasa takut, Mina lebih merasa nyaman. Namun,  apakah secepat itu Verner cemburu? Dia hanya cewek biasa. Dibanding  Auris dirinya sangat jauh, bagai bumi dan langit.

"Verner...."

"Ya?"

"Gue punya penawaran  khusus." Mina sadar akan sulit membuat Verner menjauh darinya. "Kita  nggak perlu terlihat bareng di sekolah."

Verner mengernyit dan mendorong Mina pelan, memandang sepasang matanya lekat. Pandangan tak setuju dia berikan kepada Mina.

"Gue cuma ngerasa itu  yang terbaik buat gue. Lo nggak tahu apa yang terbaik buat gue." Mina  berusaha tetap tenang. "Kalau kita kelihatan bareng, bagaimana pun lo  bantu gue untuk nggak dengerin omongan mereka, tetap aja gue akan denger  dan mengganggu keseharian gue di sekolah. Lo nggak akan ngerti itu."

Tatapan lembut Mina  berhasil membuat Verner tak bisa menolak. Mina benar. Bagaimana pun dia  berusaha menyuruh Mina untuk tak peduli sekitar, belum tentu Mina akan  benar-benar tak peduli. Mental cewek ini sangat rapuh. Pun dengan  hatinya.

"Kata lo penawaran khusus? Apa? Gue mau denger."

"Kita bisa ketemu di luar sekolah dan lo bisa jadi bantu gue untuk nggak takut berlebihan sama cowok."

"Seperti pertemuan  sekarang?" tanya Verner lekat. Mina mengalihkan pandangan salah tingkah.  Verner tersenyum miring. Dia menarik Mina kembali ke pelukannya  sementara cewek itu tak menolak sama sekali.

Good girl. "Gini aja, ya? Bentar?" bisik Verner dengan mata memejam. Mina tidak membalas dan mencari kenyamanan lebih.

Dia juga sudah gila.  Saking nyamannya, Mina hampir tertidur. Begitu pun dengan Verner.  Keduanya larut dalam pelukan. Mereka lupa, mereka tak punya hubungan apa  pun. Suara-suara sekitar jadi tak begitu terdengar lagi. Mata mereka  yang tertutup tak melihat siapa yang baru saja datang.

Agnia dan Devan berdiri  tak jauh dari pintu. Keduanya melihat Mina dan Verner saling berpelukan  di atas sofa. Devan mendengkus. Berbeda dengan Agnia yang melotot kaget  melihat sahabatnya masuk ke dalam perangkap Verner.

"Mina...?"

Mina membuka mata perlahan mendengar suara Agnia sampai berpikir itu hanyalah halusinasi.

Verner ikut membuka mata  dan memandang sepasang kekasih lain sedang menonton pertunjukan. Verner  memandang Devan dengan pandangan datar. Sementara Devan tersenyum  mengejek.

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang