"Aku yakin." Mina akan melakukan apa pun asal Verner terus bersamanya dan tak melirik cewek lain.
Bukan kah seks bikin ketagihan? Dia cukup memberikan apa yang sudah membuat Verner kecanduan agar Verner tetap bersamanya.
"Banget, Ver...," lirih Mina.
Verner tersenyum. Gairah yang tadi memuncak, kini perlahan menghilang ketika menyadari Mina sedang tidak baik-baik saja. Dari intonasi Mina saja, Verner sudah tahu Mina tidak yakin. Mina menyerahkan diri dengan terpaksa.
Verner berpikir apakah karena dia yang menjauh tiba-tiba sehingga Mina berpikir macam-macam tentangnya di luar sana?
Mustahil Mina menyerahkan diri sambil ketakutan. Tak mungkin ada seseorang yang memaksa Mina untuk menyerahkan diri kepada Verner. Alasan yang tadi terpikirkan dia yakini sebagai alasan yang paling masuk akal.
Mina takut dirinya berpaling pada cewek lain.
Meskipun Mina menyerahkan diri dengan suka rela tanpa ketakutan sedikit pun, Verner juga akan berusaha menahan diri walau tak yakin apa dia sanggup seperti sekarang hanya karena melihat keraguan di wajah Mina.
Mina tak boleh merasakan candu itu.
Mina tak boleh dirusak oleh Verner sendiri. Verner tak akan membiarkan Mina terjun ke dunianya yang bebas.
"Kenapa...?" tanya Mina dengan suara bergetar bahkan tangannya ikut ragu saat kembali mengalungkan tangan di leher Verner. "Cium aku...."
Verner mendengkus. Tawa kecil keluar dari bibirnya.
"Kenapa ketawa?" tanya Mina bingung.
"Kenapa kamu sampai mikir untuk nyerahin diri kayak gini kalau kamu sendiri ketakutan, Mine?" Verner mengusap air mata di sudut mata Mina. "Kamu bahkan nangis. Saking takutnya?"
Mina menelan ludah getir. "Aku ... aku ... aku cuma gugup."
Verner menjauhkan tangan Mina dari lehernya, lalu dia berbaring di samping Mina setelah menarik selimut untuk menutupi tubuh Mina sampai bahu. Mereka kemudian berhadap-hadapan, menatap satu sama lain.
"Aku nggak mau kamu jadi kayak aku. Kalau kita sampai berhubungan badan, bukan cuma kamu yang akan nyesel, tapi aku juga. Karena bukannya ngejaga kamu seperti janji aku dulu, aku malah berakhir rusak kamu gitu? Sama aja dong aku sama laki-laki lain yang bikin kamu trauma?" Verner kemudian menyadari dia sudah membuat Mina trauma di pertemuan pertama.
"Aku nggak akan nyesel. Karena ... aku ngelakuinnya bareng orang yang aku percaya. Yang aku sayang." Mina merasakan kehangatan saat Verner mengusap pipinya. "Yang aku cintai."
"Kamu nggak sayang diri kamu?"
Mina hanya terdiam. Sejauh mendengar kata-kata Verner, kekhawatirannya menghilang. Dia bisa melihat ketulusan di mata Verner setiap kali cowok itu bicara.
"Selama kita pacaran, kamu pernah tidur sama cewek lain?" Mina tak mau memandang Verner saat mengatakan hal itu.
"Kamu setakut itu sampai kayak barusan?" Verner menghela napas. "Enggak, Mina. Sejak kita pacaran, aku mana mungkin sampai berhubungan sama cewek lain? Itu namanya selingkuh. Ngapain aku selingkuh dari kamu?"
Mina cemberut. "Belakangan kamu beda. Aku khawatir."
"Ceritanya panjang. Ini nggak ada hubungannya aku deket sama cewek lain."
Mina sangat tidak berani melihat Verner. "Tapi kamu deket sama Auris. Aku ... aku cemburu, tahu?"
"Kamu nggak perlu khawatir karena aku nggak mungkin berpaling ke cewek lain disaat aku cuma butuh kamu di hidupku, Mine." Verner mengusap rambut Mina sebelum bangun dari posisi tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
Teen Fiction"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" - Mina "But you love me, Mine." - Verner Sullivan [] Mina benci dengan cowok. Pengalaman yang dialaminya dulu membuat hatinya keras dan memandang cowok tak lebih dari monster. Setampan apa pun itu...