Kehilangan Kakek dan Nenek. Ditinggalkan Mama keluar negeri. Tiba-tiba dijauhi Agnia tanpa alasan. Namun, satu yang bisa menutupi kesedihan dan kesendirian Mina, yaitu kehadiran Verner di sisinya.
"Bentar." Verner menahan Mina yang baru akan membuka pintu mobil. Mina menoleh bingung. Ketika Verner mendekat, Mina refleks memjamkan mata.
Bunyi kecupan di atas kepala membuat Mina bukannya bertambah semangat, tetapi tubuhnya lemas. Berbeda dengan Verner yang makin bersemangat.
"Udah." Verner menjauh dan tangannya menuju puncak kepala Mina, mengusapnya. "Hari ini aku nggak bisa temenin kamu sampai kelas soalnya aku mau jemput temen dulu."
Mina memandang ragu. "Siapa....?"
"Dana." Verner mengusap pipi Mina. "Kamu pikir siapa?"
Mina menggeleng-geleng. Dia tidak mungkin berkata bahwa dia takut Verner bertemu dengan teman perempuannya.
"Kalau gitu, aku masuk. Kamu jangan sampai telat." Mina terhenti karena Verner menahan tangannya. "Apa lagi?"
"Usap rambut." Verner menyejajarkan wajahnya ke hadapan Mina. "Biar aku semangat."
Mina tersenyum geli. Semakin hari Verner semakin menggelikan, tetapi justru karena itu membuat Mina seperti punya dunia sendiri bersama cowok itu.
Mina mengusap rambut Verner dengan pandangan yang tak lepas dari sepasang mata Verner yang memandangnya lekat. Usapan yang tadinya kaku, kini Mina mengusap rambut Verner dengan santai. Ruas jemari Mina terbuka saat menyisir rambut Verner yang halus meski telihat berantakan.
Mina memejamkan mata erat dan menjauhkan tangannya tiba-tiba dari Verner. Sebuah bayangan menjijikan terlintas di pikiran Mina. Mina tidak tahu kenapa membayangkan hal yang tidak seharusnya terbayang.
Verner menciumnya di dalam mobil dan tangan cowok itu menyentuh setiap inci tubuhnya yang tertutupi seragam. Mina merasa ada sesuatu yang berdenyut di bawah sana. Mina merasa tubuhnya merespons sesuatu yang tak pernah dia rasakan. Mina memejamkan mata erat, membuang jauh-jauh pikiran yang menjijikkan itu.
"Mina?" Verner memandang Mina dengan bingung dan membuat Mina terkejut sampai membuka matanya lebar-lebar. "Kamu kenapa?"
Mina menggeleng-geleng. "Kalau gitu, hati-hati!" Buru-buru dia keluar dari mobil itu dan berlari pergi. Sepanjang perjalanan menuju kelas, Mina memukul kepalanya beberapa kali. Menghukum pikirannya yang sudah tercemar hal kotor.
Mina tak pernah membayangkan yang aneh-aneh. Risi dengan hal itu, Mina mencari tempat untuk sendiri. Dia duduk di taman, tepat di bawah pohon, dan mulai mencari sesuatu yang mengganggunya sejak tadi di internet.
Kata-kata kunci yang dia masukkan membuahkan hasil. Ada sebuah platform yang menjelaskan apa yang terjadi padanya.
Masa subur perempuan.
Mina membaca dengan teliti cerita yang dibagikan oleh seseorang di platform itu. Perempuan yang sejak SMP sampai diumurnya yang sekarang berfantasi seks di masa-masa tertentu. Rupanya, yang terjadi pada Mina persis yang dialami oleh perempuan yang membagikan ceritanya. Perempuan itu awalnya tidak tahu apa yang dialaminya padahal tak pernah menonton film dewasa. Birahi yang muncul seolah sudah menjadi bagian dalam diri setelah baligh.
Mina lega. Tak lagi merasa kotor. Tak lagi merasa jijik pada dirinya sendiri. Itu hal yang wajar terjadi pada setiap perempuan yang sudah haid.
Mina membaca komentar salah satu pengguna dengan nama laki-laki.
Iya, itu hal yang wajar. Jangan heran kenapa guru nggak pernah mengedukasi soal ini di sekolah karena di Indonesia seks adalah hal yang tabu banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
Teen Fiction"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" - Mina "But you love me, Mine." - Verner Sullivan [] Mina benci dengan cowok. Pengalaman yang dialaminya dulu membuat hatinya keras dan memandang cowok tak lebih dari monster. Setampan apa pun itu...