11.

3K 202 3
                                    

"Singkirin tangan lo!" seru Mina tertahan dengan bisikan yang nyaris tak bisa keluar dari mulutnya.

Bukannya melepaskan  Mina, Verner justru semakin merapatkan Mina ke arahnya dan menarik Mina  berjalan bersama melewati antrean. Mina membelalak ketika Verner  menerobos begitu saja dan siswa-siswi yang mengantre menyingkir, seolah  memberi jalan untuk Verner meski Verner tak berseru.

"Lepas!" Mina berontak.  Saat berhasil keluar dari rangkulan Verner dan berusaha kabur, Verner  menahan tangannya dan menggenggamnya-nyaris meremukkannya. Mina hanya  bisa meringis.

Verner memesan  makanannya dan setelah itu langsung menarik Mina pergi. Verner mendorong  bahu Mina pelan agar duduk di kursi. Mina hanya pasrah saat semua orang  memandangnya.

"Lo gila," bisik Mina dan memandang tangannya yang terus ditahan.

"Baru tahu?" Verner  mengeluarkan sebuah tali dari sakunya dan memaksa pergelangan tangan  kirinya dan pergelangan tangan kiri Mina menyatu. Mina lagi-lagi  berontak tak terima.

"Diem!" seru Verner mulai kehabisan kesabaran.

"Lo apa-apaan, sih!" teriak Mina tertahan, semakin dibuat kesal.

"Supaya lo nggak kabur."  Verner mengangkat tangan mereka yang terikat, lalu tesenyum miring.  "Kalau lo nggak nurut, gue nggak akan lepasin ini. Ikatan ini cuma bisa  dibuka pakai benda tajam. Ngerti?"

Mina memandang Verner tak habis pikir. "Emang lo ... siapa? Ngatur-ngatur gue."

"Pacar, kan?"

Mina memandang tak terima. Walau hanya pura-pura, tetapi Mina tak pernah setuju akan itu.

"Hoi, ceking!" Verner memanggil seorang siswa yang mengerem langkah mendadak. Siswa itu gelagapan menunjuk dirinya sendiri.

"Sa-saya?"

"Iya, ambil pesanan gue di Bu kantin. Cepetan."

"O-oke!"

Verner beralih kepada Mina. Mina sedang memandangnya penuh dendam.

Verner menaikkan alisnya. "Apa?"

Mina memalingkan wajah  kesal. Semua sumpah serapah kepada Verner hanya bisa dia ucapkan dalam  hati. "Lo pikir dengan pura-pura jadi hmp-" Verner langsung membekap  mulut Mina.

"Hus," bisik  Verner. Didekatinya telinga Mina pelan sampai semua melihat penasaran.  "Jangan berisik soal itu. Percaya aja sama gue. Lo nggak perlu ngomong  apa-apa lagi, oke?"

Mina tak nyaman dan  berusaha menjauh. Perlakukan Verner kepadanya adalah sesuatu hal yang  membuatnya tak nyaman. Dia sangat risi. Verner melepaskan tangannya dari  mulut Mina sambil terkekeh, membuat Mina mengernyit dalam-dalam.

Dipandanginya Verner dalam diam. Verner kembali tersenyum kecil.

"Belum pernah deket sama  cowok, ya?" Verner memandang sepasang mata Mina yang terbingkai  kacamata sambil tersenyum geli. "Gue bakalan buat lo terbiasa ada di  dekat gue. Jadi, jangan takut, Mina."

[]

Belakangan, membolos  mata pelajaran adalah hal yang menyenangkan. Mina tak tahu pelanggaran  tata tertib ini bisa membuatnya merasa bebas dari segala hal yang  mengganggu pikirannya. Rooftop adalah salah satu tempat pelarian  selain toilet siswi. Di tempat ini, meski panas terik dia bisa  bersembunyi pada sebuah dinding sebelum matahari tepat di atas kepala.  Di tempat ini dia tidak perlu takut ketahuan guru atau yang lain karena  dia akan ketahuan hanya jika mengintip di tepi rooftop.

Mina menarik napas  dalam-dalam, lalu mengembuskannya kasar. Helaan napasnya mengganggu  seseorang yang sudah lebih dulu menjadi penghuni tempat itu. Darga,  cowok itu melihat Mina dari balik dinding lain sambil berdecak. Sejak  awal Mina tak menyadari kehadirannya. Berbeda dengan Darga yang melihat  kedatangan Mina sejak Mina muncul.

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang