"Singkirin tangan lo!" seru Mina tertahan dengan bisikan yang nyaris tak bisa keluar dari mulutnya.
Bukannya melepaskan Mina, Verner justru semakin merapatkan Mina ke arahnya dan menarik Mina berjalan bersama melewati antrean. Mina membelalak ketika Verner menerobos begitu saja dan siswa-siswi yang mengantre menyingkir, seolah memberi jalan untuk Verner meski Verner tak berseru.
"Lepas!" Mina berontak. Saat berhasil keluar dari rangkulan Verner dan berusaha kabur, Verner menahan tangannya dan menggenggamnya-nyaris meremukkannya. Mina hanya bisa meringis.
Verner memesan makanannya dan setelah itu langsung menarik Mina pergi. Verner mendorong bahu Mina pelan agar duduk di kursi. Mina hanya pasrah saat semua orang memandangnya.
"Lo gila," bisik Mina dan memandang tangannya yang terus ditahan.
"Baru tahu?" Verner mengeluarkan sebuah tali dari sakunya dan memaksa pergelangan tangan kirinya dan pergelangan tangan kiri Mina menyatu. Mina lagi-lagi berontak tak terima.
"Diem!" seru Verner mulai kehabisan kesabaran.
"Lo apa-apaan, sih!" teriak Mina tertahan, semakin dibuat kesal.
"Supaya lo nggak kabur." Verner mengangkat tangan mereka yang terikat, lalu tesenyum miring. "Kalau lo nggak nurut, gue nggak akan lepasin ini. Ikatan ini cuma bisa dibuka pakai benda tajam. Ngerti?"
Mina memandang Verner tak habis pikir. "Emang lo ... siapa? Ngatur-ngatur gue."
"Pacar, kan?"
Mina memandang tak terima. Walau hanya pura-pura, tetapi Mina tak pernah setuju akan itu.
"Hoi, ceking!" Verner memanggil seorang siswa yang mengerem langkah mendadak. Siswa itu gelagapan menunjuk dirinya sendiri.
"Sa-saya?"
"Iya, ambil pesanan gue di Bu kantin. Cepetan."
"O-oke!"
Verner beralih kepada Mina. Mina sedang memandangnya penuh dendam.
Verner menaikkan alisnya. "Apa?"
Mina memalingkan wajah kesal. Semua sumpah serapah kepada Verner hanya bisa dia ucapkan dalam hati. "Lo pikir dengan pura-pura jadi hmp-" Verner langsung membekap mulut Mina.
"Hus," bisik Verner. Didekatinya telinga Mina pelan sampai semua melihat penasaran. "Jangan berisik soal itu. Percaya aja sama gue. Lo nggak perlu ngomong apa-apa lagi, oke?"
Mina tak nyaman dan berusaha menjauh. Perlakukan Verner kepadanya adalah sesuatu hal yang membuatnya tak nyaman. Dia sangat risi. Verner melepaskan tangannya dari mulut Mina sambil terkekeh, membuat Mina mengernyit dalam-dalam.
Dipandanginya Verner dalam diam. Verner kembali tersenyum kecil.
"Belum pernah deket sama cowok, ya?" Verner memandang sepasang mata Mina yang terbingkai kacamata sambil tersenyum geli. "Gue bakalan buat lo terbiasa ada di dekat gue. Jadi, jangan takut, Mina."
[]
Belakangan, membolos mata pelajaran adalah hal yang menyenangkan. Mina tak tahu pelanggaran tata tertib ini bisa membuatnya merasa bebas dari segala hal yang mengganggu pikirannya. Rooftop adalah salah satu tempat pelarian selain toilet siswi. Di tempat ini, meski panas terik dia bisa bersembunyi pada sebuah dinding sebelum matahari tepat di atas kepala. Di tempat ini dia tidak perlu takut ketahuan guru atau yang lain karena dia akan ketahuan hanya jika mengintip di tepi rooftop.
Mina menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya kasar. Helaan napasnya mengganggu seseorang yang sudah lebih dulu menjadi penghuni tempat itu. Darga, cowok itu melihat Mina dari balik dinding lain sambil berdecak. Sejak awal Mina tak menyadari kehadirannya. Berbeda dengan Darga yang melihat kedatangan Mina sejak Mina muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
Teen Fiction"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" - Mina "But you love me, Mine." - Verner Sullivan [] Mina benci dengan cowok. Pengalaman yang dialaminya dulu membuat hatinya keras dan memandang cowok tak lebih dari monster. Setampan apa pun itu...