Mina baru saja dari ruang guru untuk kembali ke kelas dan tiba-tiba saja dua siswi yang datang dari arah berlawanan merangkul tiap sisi lengan Mina dengan cepat.
Mina bingung. Dua siswi itu hanya tertawa dan berbincang tanpa membawa Mina ikut dalam pembicaraan. Dalam kondisi yang membingungkan itu, Mina hanya berontak kecil, tetapi berakhir pasrah dan ikut tanpa perlawanan.
Pada lantai paling atas, sebuah tangga menuju rooftop menjadi perhatian Mina. Dua siswi itu berbisik takut kedengaran yang lain. Hening di koridor membuat suara mereka akan lebih terdengar. Mina belum bisa menebak apa pun saat berhasil menginjak tangga paling atas.
Tiba di pintu, dia langsung ditarik kencang dan didorong hingga Mina jatuh berlutut di depan sepasang sepatu seorang siswi.
"Berhasil kami bawa ke sini. Haha. Untung di ruang gurunya dia nggak lama," kata salah satu siswi tadi.
Mina masih menunduk bingung dengan keadaan yang dia hadapi. Perlahan wajahnya mendongak dan terkejut melihat Auris lah pemilik sepatu di hadapannya itu. Auris menunduk datar pada Mina yang berada di bawahnya.
"Lo Mina, kan?" tanya Auris dingin. Mina tidak mengerti. Harusnya Auris tak perlu bertanya lagi karena mereka pernah kenalan. "Gue cuma mau ngasih peringatan. Kalau lo nggak mau hidup lo hancur, jauhi temen gue."
Mina memandang bingung. "Teman ... lo?"
Auris menghela napas panjang. "Verner."
Mina membisu. Sejak awal dia juga tidak ingin dekat-dekat Verner.
"Ingat, gue punya kartu untuk ngebuat nama lo semakin buruk di luar sekolah. Harusnya nama lo udah buruk banget. Harusnya orangtua lo juga dipanggil karena skandal ciuman lo bareng Verner, tapi Verner berbaik hati untuk tahan masalah itu jangan sampai ke telinga orangtua lo." Auris melangkah meninggalkan Mina. "Tapi kalau lo nggak nurut kata-kata gue, masalah lo akan sampai ke telinga orangtua lo secepat mungkin."
Mina tidak punya kendali apa pun untuk melawan. Dia masih berlutut saat Auris dan dua temannya pergi. Bagaimana cara untuk menghindar dari Verner adalah yang dipikirkan Mina sekarang. Mina akan melakukan apa pun untuk itu. Sebelumnya dia tak punya usaha untuk menjauh karena sadar dia akan kalah dari Verner, tetapi kali ini dia harus mencari cara yang mempan agar Verner tidak tahu Mina sedang menjauhinya.
Mina bangkit dan mengernyit. Perih di lutut dan tangannya akibat terkena gesekan. Dipandanginya tangannya yang bergaris-garis merah mengeluarkan darah. Mina hanya menggigit bibir, lalu berjalan pelan-pelan meninggalkan rooftop.
Sejak tadi, Darga berada di tempat yang tak terlihat oleh siswi-siswi itu. Dia muncul dari tempatnya dan bersandar pada dinding. Keningnya mengernyit ketika melihat Mina yang berjalan sangat lambat sebelum Mina menghilang di balik pintu.
[]
Verner bersedekap di luar kelas Mina. Tatapannya tak lepas dari Mina sampai semua memperhatikan apa yang Verner lakukan di luar sana. Bahkan belum bel. Guru juga belum keluar. Akan tetapi, di lorong yang masih sepi itu Verner berdiri seperti seorang penjaga.
Mina sampai keringat dingin. Khawatir tiba-tiba saja guru yang sedang mengajar bertanya macam-macam kepadanya. Mina tak tahu apakah semua guru tahu masalahnya dengan Verner, tetapi situasi ini sangat mengganggu.
Ketika bel berbunyi, akhirnya Mina bisa bernapas lega. Siswa-siswi memberi salam dan guru pamit untuk pergi. Mina memperhatikan guru tersebut tak menegur Verner sama sekali. Bahkan melewatinya seolah Verner tak ada di sana. Sebelum Verner yang memasuki kelasnya, Mina segera berjalan keluar kelas dan berusaha tak peduli dengan pandangan dan omongan sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
Teen Fiction"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" - Mina "But you love me, Mine." - Verner Sullivan [] Mina benci dengan cowok. Pengalaman yang dialaminya dulu membuat hatinya keras dan memandang cowok tak lebih dari monster. Setampan apa pun itu...