27.

2.5K 191 0
                                    

"Aneh," kata Mina setelah menarik tangannya dengan kaget. Dia tak mau memandang Verner.  "Lo aneh, tahu?"

Verner menaikkan alisnya. "Apanya?"

Cowok lain di antara kita? Memangnya dia siapa? Mina hanya bisa membatin. "Nggak."

Verner menyandarkan lengannya di atas lengan kursi. "Hari ini nggak sibuk, kan? Mulai detik ini kita harus sering bareng."

Mina berusaha sadar untuk tidak terlena dengan tingkah lembut Verner. Mina harus mengingat bahwa cowok itu memiliki sisi buruk.

Seringkali diperlakukan  tidak baik oleh kebanyakan laki-laki, tentunya selain Kakek, membuat  Mina merasa semakin nyaman berada di dekat Verner. Mina harus berusaha  kuat untuk tidak terlena karena baru melihat sedikit sisi cowok itu saja  sudah membuat siapa pun geleng-geleng kepala.

Dia melirik Verner pelan. "Buat apa? Kan nggak harus sering bareng."

"Seringnya selama sempet kan." Verner menghela napas. "Ayo lakuin sesuatu yang bermanfaat?"

Meski Verner sudah  meyakinkannya, tetapi bagaimana pun sisi Mina yang selalu memandang  laki-laki punya niat buruk kembali muncul.

"Kok segitunya lihat gue?" Verner mendengkus. "Sinis banget. Lo lagi mikir gue nyiapin rencana buruk, ya?"

"Enggak...."

"Tenang aja." Verner meyakinkan. "Ini hobi gue yang udah lama nggak gue datangi. Dan bagus juga buat diri lo."

Mina sedang berpikir untuk keluar dari zona nyaman. "Memangnya apa?"

"Rahasia. Nanti nggak surprise."

Memangnya harus dengan kejutan? Mina lagi-lagi membatin. "Gue mau jagain Nenek."

"Mau ke mana?" Kakek muncul di pintu membuat dua remaja itu menoleh.

"Mau ngajakin Mina buat  belajar ketemu orang banyak, Kek. Jadi," Verner memandang Mina yang  memelototinya. "Aku mau izin bawa Mina pergi dulu."

"Ah, Mina, ya. Cucu Kakek ini memang nggak gampang akrab sama orang," kata Kakek sambil duduk di kursi seberang Mina.

Raut wajah Mina tak terima. "Tapi kan Nenek sakit, Kek."

"Kan ada Kakek. Mina,  sana. Nggak baik nolak." Kakek menatap Verner. "Kakek kasih waktu 3 jam  aja. Harus sampai rumah sebelum jam 7. Sanggup?"

Verner tersenyum senang, lalu memandang Mina penuh kemenangan.  "Sanggup."

Mina kesal. Verner menang untuk ke sekian kalinya.

[]

Verner memelankan  mobilnya di depan panti asuhan dan membuka kaca mobil hanya untuk  melihat beberapa anak sedang bermain di dekat gerbang.  Mina pikir,  Verner akan memasuki panti asuhan. Rupanya tidak karena setelah itu  Verner melaju dengan kecepatan sedang lagi dan parkir di dekat sebuah  tempat membuat keramik.

"Ayo," kata Verner  sambil turun diikuti Mina yang segera menyusul. Cowok itu menunggu Mina  yang berjalan ragu. Verner melemparkan tatapan meyakinkan.

"Halo, Bang," sapa Verner pada seorang pria 20-an yang memandangnya kaget. "Udah lama nggak ke sini."

"Makanya gue kaget."  Bang Dion melirik Mina sesaat, lalu kembali memandang Verner dengan raut  mengejek. "Siapa, tuh? Tumben bawa orang ke sini. Cewek lo, ya?? Jangan  diapa-apain anak orang."

"Kagak, lah."

Mina hanya bisa berdiri canggung sambil memegang erat tali sling bag. Verner memandangnya sambil mengulurkan tangan.

"Ayo, Mina."

Lagi-lagi Mina selalu  merasa seperti ada kupu-kupu yang bertebaran di perutnya setiap kali  mendengar Verner menyebut namanyaa di akhir kalimat.

Mereka melewati area  bertanah. Ketika semakin melangkah, Mina mendengar banyak suara  anak-anak. Sebuah tempat terbuka dipenuhi anak kecil yang sedang  membentuk tanah liat sambil tertawa.

"Mereka bukan anak-anak SD yang lagi praktek," kata Verner.

"Terus?"

"Anak-anak dari panti  asuhan sebelah." Verner berhenti dan menoleh padanya. "Di hari tertentu  mereka akan seru-seruan buat hasil karya. Hasil karya mereka dijual  untuk tambahan kebutuhan."

"Lo banyak tahu tentang  ini." Mina sampai tak menyangka Verner yang dikenalnya kurang ajar dan  nakal bisa terlihat seperti orang lurus pada umumnya.

Verner tidak mengatakan  apa pun lagi setelah itu dan menarik Mina untuk mengikutinya. Mereka  menuju tempat tertutup. Memasuki sebuah ruangan yang luas penuh dengan  meja putar untuk pembentukan keramik. Verner duduk di sebuah bangku dan  menarik bangku lain untuk Mina.

"Nggak mau nyoba?" tanya cowok itu.

"Kayaknya seru." Mina  menyimpan tasnya dan duduk di kursi dengan gugup karena belum pernah  melakukan hal ini. Meja putar itu mulai bergerak sementara Mina takut  untuk menyentuh tanah liat di atasnya.

"Gini." Verner memegang  masing-masing tangan Mina dengan kedua tangannya, membuat Mina tersentak  kaget. Respons itu membuat senyum Verner tertahan. "Habis latihan di  sini, kita bareng anak-anak mau nggak? Ah, sayang banget waktunya mepet.  Lain kali kita ke sini lagi lebih pagi."

"Mau, sih." Mina bicara  pelan efek dari degupan jantungnya yang semakin cepat. Verner  mengarahkan tangannya untuk menyentuh tanah liat yang terus berputar.

"Cuma lo yang gue ajak  ke sini," kata Vernerpelan, membuat Mina merasa Verner memberi penegasan  informasi itu agar dirinyamerasa spesial. Verner berhasil membuat Mina  berpikir begitu.

Kedekatan itu membuat  Mina tak bisa fokus dengan apa yang dia lakukan. Mina sadar ada  penolakan yang besar dalam dirinya untuk membuat Verner menjauh, bentuk  pertahanan dirinya itu gagal bereaksi. Kedua tangan Verner berada di  sisinya, membuat cowok itu terlihat seperti memeluknya dari belakang.

Tangan Mina yang kaku  itu membuat Verner merasa senang untuk terus menggoda Mina. Respons Mina  yang berbeda dengan cewek lain membuat Verner semakin penasaran  bagaimana jika dia berhasil membuat Mina luluh dan santai nyaman di  hadapannya. Semua pemikiran itu bukan semata-mata untuk  bersenang-senang, tetapi Verner serius karena dia merasa bukan lagi  sekadar tertarik.

Tetapi juga punya keinginan besar untuk memiliki Mina.

[]



Baca duluan di https://karyakarsa.com/kandthinkabout

catatan lagi untuk pembaca lama: cerita ini hanya repost. dan bagi pembaca baru yang ingin baca duluan, silakan ke karyakarsa karena di sana sudah tamat. di wattpad akan terus di update sampai tamat juga, tapi butuh waktu.

Beli lewat webnya aja. Ketik ulang di halaman google -> https://karyakarsa.com/kandthinkabout (atau cek bio profilku, klik tautan di sana)

thank you!

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang