Disaat yang lain sedang bersenang-senang, Verner sibuk sendiri dengan ponselnya sampai Devan melirik penasaran. Senyum iblisnya muncul. Saat itu juga dia berlari berusaha merampas ponsel Verner dari tangan Verner, tetapi gagal.
Verner melirik Devan heran, lalu kembali mengetik pesan untuk Mina.
Mina
Kok nggak bilang mau ke sini?||
|| Ya soalnya kan ini kerja kelompok...
Lain kali ngomong dulu. Gue kan nggak tahu lo ketemu sama cowok yang kayak gimana ||
|| Darga bilang kalian temenan
Ya ||
Verner berhenti menggerakkan jemarinya dan tersenyum samar menyadari Mina jadi penurut.
Di sisi lain, Mina sedang tidak fokus mengerjakan tugas dan malah sibuk dengan ponselnya sendiri sampai Darga beberapa kali memergokinya yang diam-diam membalas chat.
Mina sangat takut Verner marah. Padahal tak terjadi apa-apa di antara dirinya dan Darga.
Mina masih ingat hari itu bagaimana kelanjutan percakapan mereka yang membuat hati Mina terasa jungkir balik.
"Lo boleh aja ngobrol sama cowok, tapi untuk masalah kedekatan cuma gue yang boleh."
"Kenapa harus gitu...."
"Karena gue kan ngedampingin lo untuk masalah lo ke depannya."
Dirinya tidak mau berbohong, kedekatan mereka dan setiap kata yang keluar dari bibir Verner membuat Mina selalu beranggapan lain.
Darga menaruh pulpennya di atas meja sambil memandang Mina lurus. "Pilih lihat handphone atau nyelesaiin tugas?"
"Hah?" Mina mendongak terkejut. Pelan-pelan diturunkannya ponselnya ke bawah meja.
"Atau nggak usah kerjain aja biar nggak usah dapat nilai sekalian?" tambah Darga. Intonasi suaranya membuat Mina ciut.
"Kerjain tugas, lah...," gumam Mina sambil menunduk mematikan data internet. Dia kemudian fokus pada tugas yang sudah setengah jadi.
[]
Verner yang sejak tadi berbaring di atas tempat tidur Darga sedang mengangkat ponselnya tinggi-tinggi. Anggapan yang muncul mengapa Mina belum juga membalas pesannya karena internet di sana tidak bagus. Setelah beberapa menit, Verner sadar bahwa cewek itu mematikan data. Membuat Verner curiga Darga ada di balik ini.
"Lo mau ke mana?" tanya Devan penasaran.
"Nyari angin," balas Verner seenaknya dan buru-buru ke lif menuju lantai bawah.
Kehadirannya dari jauh membuat Mina membelalak, tetapi dia tak bicara selain melihat ke Darga dengan raut wajah panik. Verner dengan santainya berbaring di sofa dekat mereka sambil pura-pura memainkan ponsel. Beberapa kali dia mencuri pandang ke arah Mina yang sedang panas dingin.
"Kenapa lo ke sini?" Darga tak suka Verner tiba-tiba mengganggu pekerjaannya dengan Mina.
"Pengin aja. Tadi mikir kayaknya enak sambil lihat pemandangan indah." Verner melirik Mina yang tertekan karena merasa diperhatikan. "Isi ruangan ini. Apalagi aquarium gede di sana," tambahnya tanpa mengalihkan pandangan dari Mina.
Darga melirik Verner, lalu beralih ke Mina. Cowok itu menghela napas panjang. "Jadi, tadi sampai mana?"
"Hem?" Mina mendongak bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
Teen Fiction"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" - Mina "But you love me, Mine." - Verner Sullivan [] Mina benci dengan cowok. Pengalaman yang dialaminya dulu membuat hatinya keras dan memandang cowok tak lebih dari monster. Setampan apa pun itu...