51.

2.1K 168 41
                                    

"Ya ampun, dia kenapa?"

Teriakan seorang ART membuat heboh satu rumah malam itu. Darga menggendong Mina dari taksi dengan santai. Tak buru-buru karena dia cukup membiarkan Mina berbaring dengan tenang sampai besok. Hanya saja para ART heboh. Untung saja kesibukan orangtua membuat Darga lega.

"Tolong buka pintu kamar saya," pinta Darga kepada seseorang ART.

"Ba—baik."

Darga memperbaiki letak Mina dalam gendongannya. Pejaman mata Mina terbuka. Cewek itu terbangun dengan gelisah. Tangannya yang tadi terkulai, kini mengalung di leher Darga.

"Cium aku," gumaman dari Mina membuat ART yang mendengar melotot kaget, membuat Darga mendapatkan alarm untuk buru-buru membawa Mina ke tempat tidurnya.

Saat menurunkan Mina, tangan Mina tak mau lepas dari leher Darga. Mina menarik Darga hingga Darga hilang keseimbangan. Gerakan Mina yang naik ke atas Darga membuat cowok itu terdiam kaku di bawahnya.

"Ayo kita lakuin?" Mina mendekatkan wajahnya sambil menangis. "Cium aku. Aku nggak tahan. Rasanya tersiksa."

Mina mulai menggerakkan tubuhnya di atas Darga. Darga membalik situasi dengan cepat dan menahan kedua tangan Mina di atas kepala cewek itu agar tak ke mana-mana.

Darga menyadari, selain mabuk Mina juga diberi obat perangsang.

"Lepasin," bisik Mina, lirih. "Kenapa? Aku nggak seksi kayak Auris? Kamu nggak nafsu sama aku, ya?"

"Apa...?" Darga mengusap rambutnya dengan tangannya yang tak mmegang apa-apa. Sementara tangan lain masih terus memegang kedua tangan Mina di atas kepala yang terus berontak. "Bi!"

"I—IYA!" Dengan kilat, seorang ART muncul di balik pintu yang tadinya sedikit terbuka. Dia langsung menunduk setelah melihat Darga ada di atas Mina. "Ma-maaf!"

"Minta tolong bawain tali."

ART tersebut mendongak dengan mata membelalak. "Ap—apa?"

Darga menoleh. "Tali. Tali apa aja untuk ikat tangan. Dan lakban. Ada, kan?"

"Tali? Tangan? Ah. Lakban!" ART tersebut keluar dengan salah tingkah. Di depan pintu ada dua ART lain yang mengintip, lalu terkejut sendiri.

"Apa perlu lapor sama Ibu dan Bapk?" bisik satu dengan khawatir. "Mereka masih SMA! Kenapa terang-terangan pula! Minta tali juga untuk apa!"

"Apalagi kalau bukan buat itu!"

"Itu?"

"Iya, itu!"

"Ah, gimana ini? Kasih tahu Ibu sama Bapak! Ayo lapor!"

"Itu bukan urusan kita, hus! Tinggalin, ayo!"

Mereka sibuk dengan pikiran yang ke mana-mana.

Seorang ART yang bertugas mengambil tali langsung masuk dan memberikan tali tersebut kepada Darga. Tepat disaat Mina meracau.

"Ayo, cium aku."

ART tersebut terkejut. Lebih terkejut lagi saat Darga memandangnya dengan malu. "Bisa keluar dulu? Yang lain juga. Tolong tutup pintu."

Para ART di luar tersentak kaget. ART di dalam kamar segera keluar dan menutup pintu. Mereka tidak langsung pergi, tetapi diam-diam mendekatkan telinga ke daun pintu karena khawatir laki-laki yang dulunya masih bermain mobil-mobilan kini bermain cewek di atas tempat tidur.

Itu membuat mereka khawatir dan di antara mereka ada yang bersikeras untuk menghubungi kedua orangtua Darga.

Darga sendiri tidak berpikir akan tingkahnya yang membuat para ART salah paham, Darga juga tidak bisa memikirkan apa-apa selain mengikat tangan Mina. Darga tidak tahu apa ini cara yang tepat. Daripada Mina melakukan sesuatu di luar kendali padahal Mina sendiri mungkin tidak menginginkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang