01.

7.6K 326 3
                                    

"Ayo lah! Yuk ke ulang tahunnya Auris?"

"Nggak." Mina menggeleng sambil membalik halaman buku untuk lanjut mengerjakan PR Matematika.

"Lo khawatir karena nggak dapat undangan? Itu mah gampang. Lo kan temen gue jadi lo bebas masuk ke rumahnya."

"Bukan karena itu."

"Karena ramai?"

"Hem. Dan males."

"Sekali-kali kek lo pergi ke acara-acara gituan. Lo nggak bosen apa di rumah terus?"

"Betah."

"Lo keluar rumah cuma kalau ke sekolah doang atau kerja kelompok. Ayo ya, ya?"

"Nggak. Thanks."

"Mina...."

"Hem?"

"Please, Beb."

"Nggak."

"Sumpah!"

Mina melirik Agnia yang kini sedang menjambak rambutnya di atas tempat tidur Mina.

"Sekali aja?" Wajah  Agnia memelas. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca. Itu hanya air mata  palsu supaya Mina bisa iba dan akhirnya menerima tawarannya untuk ke  ulang tahun cewek populer bernama Auristela.

"Minaaa! Huhu. Tega  banget sih lo. Masa gue pergi sendirian, sih?" Agnia pura-pura menangis  sambil berjalan ke arah Mina dan memeluk sahabatnya itu dari belakang.  Mina memutar bola mata dengan malas.

"Auristela, kan? Aduh  males ah," balas Mina sembari menganalisa soal ketujuh. "Kalau gue  datang ke ultahnya rasanya jadi kayak anak hilang."

Bagi Mina, pergi ke  ulang tahun Auris sama saja masuk ke kumpulan siswa-siswi populer  sekolah. Bukan level Mina berada di sana. Sementara Agnia? Agnia dan  Auris berteman, tapi bukan teman yang sangat dekat. Namun, Auris dan  Agnia selevel. Agnia saja yang sial bisa berteman dengan Mina sejak  mereka masih memakai popok.

"Lo nggak bakalan kayak  anak hilang kalau kacamata lo ganti lensa mata dan rambut lo harus  disisir rapi. Lihat, nih?" Agnia mengangkat rambut Mina yang terurai tak  beraturan. "Udah berapa lama lo nggak sisiran?"

Mina mencoba mengingat-ingat. "Tiga minggung eng ... satu bulan?"

Mina melihat mulut Agnia  yang menganga lewat cermin kecil yang ada di meja. Mina tersentak.  Siapa yang menyimpan cermin di situ? Mina sudah memindahkan semua cermin  di kamarnya sejak lama. Sudah dapat dipastikan yang menaruhnya adalah  Agnia.

"Kapan terakhir kali lo keramas?" Agnia melotot tajam.

"Kemarin, Ag. Tenang aja. Walaupun gue jarang sisiran, gue tetep nggak tahan kalau rambut gue lepek."

Diam sejenak.

"Lo itu cantik, Na. Semua perempuan itu cantik. Jangan jadiin penampilan sebagai alasan lo nggak mau ke ulang tahunnya Auris."

Lo gampang ngomong gitu karena pada dasarnya lo cantik. Hampir  saja Mina mengatakan kalimat itu jika dia tidak memikirkan dampak ke  depannya. Mina tidak mau menyinggung hati Agnia. Agnia memang cantik  memiliki rambut indah, tubuh ideal, wajah menarik, tapi Mina tahu  sahabatnya itu benci jika diri mereka dibanding-bandingkan.

"Ikut gue, ya?" Agnia memeluk Mina dari belakang. "Please, please. Acaranya malam minggu. Besok malam, loh. Lo  bisa gue kenalin ke Auris dan temen-temen gue yang lain. Siapa tahu lo  bisa gue kenalin ke cowok yang datang. Lo belum pernah pacaran, kan?"  Agnia terkikik. "Lo sekali-kali kek deket sama cowok. Sampai kapan lo  mau jadi obat nyamuk di antara gue dan Devan?"

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang