56.

3K 207 14
                                    

Ketika istirahat, Mina berharap Verner akan meluangkan waktunya sebentar untuk Mina. Hanya saja harapannya pupus ketika Verner mengatakan ada urusan yang menyebabkan mereka tidak bisa bertemu.

Mina bertemu Agnia yang sedang sendirian tanpa Devan. Mina mengajaknya makan bersama di kantin. Mereka tidak banyak menghabiskan waktu seperti sebelum Agnia mengelan Devan. Semenjak cowok itu masuk ke dalam hidup Agnia, Agnia memiliki sedikit waktu untuk orang lain dan menghabiskan banyak waktu bersama Devan.

Mina tak pernah memberitahukan kepada Agnia tentang apa yang sudah Devan lakukan kepadanya. Mina khawatir Agnia hanya akan tak percaya dan hanya akan membuat kecewa. Selain karena kekhawatiran itu, Mina juga masih belum siap menceritakan masalah yang membuatnya masih trauma.

Mina tak ingin tiba-tiba Agnia membahas masalah itu kepada Devan dan Devan berurusan lagi dengannya. Mina hanya akan berusaha membuat Agnia putus dari cowok itu sebelum terlambat.

"Gimana di rumah Bokap lo?" tanya Agnia.

Mina tersenyum masam. "Siapa pun yang tinggal di rumah asing, nggak akan betah di minggu pertama, kan?"

"Canggung, ya?"

Mina mengangguk. Sejujurnya tak ingin membahas masalah keluarga yang dia hadapi kepada Agnia. Dia hanya ingin bersenang-senang agar tak memikirkan semua masalah yang masih membuatnya tertekan.

"Ag?" Mina melebarkan senyum menyadari sesuatu. "Kita udah lama temenan, tapi jaraaang banget jalan bareng. Hari ini pulang sekolah pergi yuk? Lo suka shopping kan? Gimana kalau gue temenin? Tapi lo harus temenin gue ke toko buku. Tapi pertama-tama ke bioskop—"

"Mina?" panggil Agnia pelan. Lidahnya tiba-tiba kelu. Tangannya di bawah meja memegang perutnya. Saat ingin mengatakan hal penting itu, dia tak berani.

Dia sudah memakai berbagai cara untuk menggugurkan kandungan itu. Memakan nanas seperti info yang tersebar bahwa nanas bisa membuat keguguran. Juga mencoba mengonsumsi obat, tetapi tak ada hasil apa pun. Agnia takut ke dokter. Takut setelah membaca cerita tentang orang-orang yang menggugurkan kandungannya di dokter langsung, yang katanya menggunakan alat-alat yang menyeramkan.

"Bisaaa!" Agnia mengembangkan senyum ceria. "Ngomong-ngomong, Verner mana?"

Mina menunduk, tersenyum palsu. "Katanya ada urusan."

 []

Mata pelajaran setelah istirahat dia mencari Devan di tempat yang kemungkinan cowok itu berada. Devan tak ada di kelas dan membuat Agnia ingin mencoba mendatangi Devan lagi, meminta pertanggungjawaban darinya.

Agnia membuka pintu itu dan terhenti. Auris dan Verner menoleh kepadanya bersamaan. Juga Devan yang melihat wajah Agnia saja sudah membuatnya menggeram kesal.

Verner dan Auris sedang duduk berhadap-hadapan dengan sebuah bekal. Agnia mengernyit. Merasa sakit hati meski bukan dirinya yang dikhianati. Agnia sudah menyoroti mereka berdua yang terlihat sering bersama belakangan ini.

"Mina nggak tahu lo di mana ternyata ada urusan makan bareng sama cewek lain, ya?" Agnia memandang Verner kesal.

Verner dan Auris saling pandang sesaat.

"Tadi emang ada urusan. Dan baru sempet makan," kata Auris dengan mimik wajah bingung. "Lo ngapain ke sini?"

Agnia melirik Devan yang sejak tadi asyik chatting dengan cewek lain, tetapi mood cowok itu mulai berubah ketika melihat Agnia muncul.

"Aku mau ngomong," bisik Agnia. "Penting."

Rahang Devan mengeras. Dia berdiri setelah mendorong meja dengan amarah, kemudian menarik Agnia untuk keluar dari sana dan membawanya menuju ruang sekretariat yang kosong. Dihentakkannya lengan cewek itu dengan keras.

"Apa lagi sih, bangsat?" bentak Devan.

"Aku cuma mau minta kamu tanggung jawab!" Mata Agnia berkaca-kaca sambil menunjuk perutnya. "Anak ini nggak mau pergi. Aku udah nyoba cara, tapi nggak bisa."

"Nggak bisa gimana sih, anjing? Lo gue suruh ke dokter. Harusnya bisa!" Devan berapi-api sembari telunjuknya mengarah ke wajah Agnia. "Gue tekankan sekali lagi, gue yakin itu bukan anak gue. Lo pikir gue nggak tahu lo nggak tidur sama cowok lain? Gue juga udah mastiin kalau gue nggak mungkin seceroboh itu, berengsek."

Agnia terisak memandang Devan yang sama sekali tak peduli. "Kok kamu gitu sih? Aku nggak pernah ngapa-ngapain sama cowok mana pun. Cuma sama kamu. Aku bahkan nggak pernah ciuman sama cowok lain. Cuma sama kamu. Aku takut ke dokter. Aku cuma mau kamu tanggungjawab. Setidaknya temenin aku. Kamu harus tanggungjawab!"

"Argh berisik!" Devan memukul pipi Agnia dengan keras.

Rasanya berdenyut. Agnia menghentikan tangin karena terkejut. Dia memegang pipinya yang sakit.

"Kita putus aja. Denger, kan? KITA PUTUS!" Devan berbalik pergi. "Kita nggak ada hubungan apa-apa lagi. Jangan ganggu gue."

Agnia mundur menghantam tembok, lalu merosot turun dan hanya bisa menangis.

[]

Mereka sama-sama menyimpan masalah.

"Pipi lo ... kenapa?" Meski sudah memperhatikan perban yang ditempel di pipi Agnia sejak tadi, Mina baru bertanya karena terus menduga-duga bahwa semua ada kaitannya dengan Devan.

"Ugh. Jadi, tadi kepentok pintu. Lo tahu yang pinggiran pintu itu? Gila sakit banget. Kayaknya nanti membekas, deh. Jadi gue pakaiin kain kasa aja haha biar estetik." Agnia berusaha terlihat biasa saja sementara Mina memandangnya datar. Tak salah lagi, ada kaitannya dengan Devan. "Coba lihat itu. Ayo. Gue kasih lihat toko favorit gue."

Agnia menarik Mina sambil berlari. Mina hanya bisa menghela napas. Agnia tak ingin membahas hal yang tak ingin dia bahas sekarang. Mina membuang masalah Agnia sementara waktu. Hari ini mereka akan menghabiskan waktu untuk bersenang-senang.

Mina sampai bosan karena Agnia terus mondar-mandir memilih baju yang pas. Untuk melepas rasa bosan, Mina ikut melihat-lihat. Awalnya tak tertarik, sampai dia ikut memosisikan beberapa pakaian di depan tubuhnya bergantian.

Kebosanan itu berakhir dengan kesenangan.

Agnia pun sama. Awalnya merasa asing ketika memasuki toko buku. Bau buku bercampur hawa dingin AC. Dia hanya melihat-lihat. Sementara Mina membaca blurb buku satu ke buku lainnya tanpa memasukkannya ke tas belanja.

Kemudian Agnia melihat sebuah buku prosa dengan judul yang menarik perhatian.

Besok, aku tak lagi melihat dunia.

Agnia mengambil buku yang bungkusannya terbuka, lalu membuka lembaran-lembaran awal yang berisi kata-kata penuh makna yang terlalu puitis baginya.

[]                      



a.n:

Baca lebih cepat di karyakarsa: kandthinkabout https://karyakarsa.com/kandthinkabout

saran kalau mau beli kakoin lebih baik belinya dengan login lewat website https://karyakarsa.com karena lebih murah

setiap kali cerita ini tamat di wattpad, mungkin satu bulan sejak part terakhir update di wattpad, semua part cerita ini akan di-unpublish kemudian dipublikasikan ulang dari part awal. hanya repost. tidak ada yang berubah/diubah. di wattpad akan terus update sampai tamat lagi. polanya akan terus berulang seperti ini. (jadi jangan sampai kalian nabung terlalu lama tahu-tahu cerita ini sudah tamat dan publish ulang, kalian capek nunggu dari awal lagi)

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang