Tanpa sadar, Darga terus memperhatikan Mina dan Verner yang semakin hari semakin dekat. Masalah yang terjadi di antara sahabat dan teman sebangkunya bukan lah hal sepele, tetapi yang dilihatnya sekarang dua orang itu seperti dua orang yang tak pernah berseteru.
Darga memperhatikan Mina dan Verner yang sudah sejak 15 menit yang lalu berbincang di balkon seolah hanya ada mereka berdua di dunia ini. Saat Verner menoleh kepadanya, Darga tidak berpaling dan memandang Verner datar. Berbeda ketika Mina berbalik untuk masuk ke kelas, Darga langsung membuang pandangan ke papan tulis.
Darga merasa sia-sia pindah sekolah karena objek alasan dia pindah ke sekolah ini kini terlihat akur dengan yang sudah menghancurkan hidupnya. Darga heran. mengapa Mina tersenyum kepada Verner padahal dia korban dari kelakuan Verner yang bejat.
Sekumpulan cewek dua bangku di depan sejak tadi mencuri-curi perhatian ke arah Darga. Mereka awalnya ingin menghampiri Darga, tetapi baru melihat sekali saja wajah badmood Darga mereka langsung ciut.
Namun, seseorang dari bangku lain memberanikan diri untuk membawa sebuah bekal yang isinya nasi goreng dengan hiasan lucu idi atasnya. Siswi itu mengulurkan bekalnya ke hadapan Darga.
"Hai, ini buat lo. Buat sarapan atau nanti makannya istirahat...." Siswi itu menaruh bekal di atas meja. "Gue buat lebih... dan semoga suka." Setelah berkata demikian, siswi itu berjalan pergi.
"Hei?" Langkah siswi itu terhenti setelah Darga memanggilnya. Dia berbalik dengan senyum ceria. Tidak dengan Darga yang mendorong bekal itu dengan telunjuknya. "Ambil."
Mina yang baru saja duduk melihat dengan kaget. Dia bisa merasakan bagaimana malunya menjadi siswi itu.
"Terima aja apa salahnya...," gumam Mina pelan.
Darga membuka bekal itu dan langsung menyendokkan satu suap ke mulut. Seketika siswi tadi menjadi ceria. Dia berjalan dengan senang kembali ke bangkunya.
Darga melirik Mina sembari mendorong bekal itu. "Mau?"
Mina yang sejak tadi hanya menunduk segera menggeleng pelan sambil berpikir Darga tiddak menghargai pemberian siswi tadi.
Siapa pun tahu, memberikan bekal kepada lawan jenis adalah bentuk perasaan yang berusaha ditunjukkan. Dan Mina tak mungkin menghancurkan kesenangan cewek tadi sekalipun Darga hanya sekadar basa-basi kepada Mina.
[]
Meskipun Mina pernah menertawai Darga yang payah dalam melempar shuttlecock, bukan berarti setelah itu dia mulai terbiasa dengan kehadiran Darga di sampingnya. Dia masih canggung di sepanjang pelajaran. Ditambah lagi-lagi kelompok diatur berdasarkan teman sebangku.
Darga sejak tadi mencari sesuatu dan Mina hanya bisa melirik bingung. Saat cowok itu menoleh padanya, Mina langsung pura-pura memandang tulisan di papan tulis.
"Punya pulpen lebih?" bisik Darga.
Tanpa mengatakan apa pun, Mina membuka kotak alat tulisnya dan mengambil satu dari tiga pulpen yang masih ada. Dia mendorong pulpen itu ke hadapan Darga.
"Thanks. Nanti gue ganti." Darga menunggu jawaban Mina, tetapi hasilnya Mina hanya diam. Cowok itu melihat Mina dari samping.
Merasa diperhatikan, Mina melirik pelan Darga sambil mengernyit.
"Lo tahu alasan gue pindah ke sekolah ini?" Darga mendengkus pelan karena Mina hanya meliriknya dengan pandangan tak tertarik.
"Ada dua. Alasan pertama nggak penting lo tahu. Kedua...." Darga kemudian diam karena bukannya terlihat semakin tertarik, Mina malah melihat buku catatannya sambil menulis. Bukan respons yang dia harapian. "Lo yakin nggak mau denger?"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
Teen Fiction"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" - Mina "But you love me, Mine." - Verner Sullivan [] Mina benci dengan cowok. Pengalaman yang dialaminya dulu membuat hatinya keras dan memandang cowok tak lebih dari monster. Setampan apa pun itu...