28.

2.7K 210 5
                                    

Tanpa sadar, Darga terus  memperhatikan Mina dan Verner yang semakin hari semakin dekat. Masalah  yang terjadi di antara sahabat dan teman sebangkunya bukan lah hal  sepele, tetapi yang dilihatnya sekarang dua orang itu seperti dua orang  yang tak pernah berseteru.

Darga memperhatikan Mina  dan Verner yang sudah sejak 15 menit yang lalu berbincang di balkon  seolah hanya ada mereka berdua di dunia ini. Saat Verner menoleh  kepadanya, Darga tidak berpaling dan memandang Verner datar. Berbeda  ketika Mina berbalik untuk masuk ke kelas, Darga langsung membuang  pandangan ke papan tulis.

Darga merasa sia-sia  pindah sekolah karena objek alasan dia pindah ke sekolah ini kini  terlihat akur dengan yang sudah menghancurkan hidupnya. Darga heran.  mengapa Mina tersenyum kepada Verner padahal dia korban dari kelakuan  Verner yang bejat.

Sekumpulan cewek dua  bangku di depan sejak tadi mencuri-curi perhatian ke arah Darga. Mereka  awalnya ingin menghampiri Darga, tetapi baru melihat sekali saja wajah badmood Darga mereka langsung ciut.

Namun, seseorang dari  bangku lain memberanikan diri untuk membawa sebuah bekal yang isinya  nasi goreng dengan hiasan lucu idi atasnya. Siswi itu mengulurkan  bekalnya ke hadapan Darga.

"Hai, ini buat lo. Buat  sarapan atau nanti makannya istirahat...." Siswi itu menaruh bekal di  atas meja. "Gue buat lebih... dan semoga suka." Setelah berkata  demikian, siswi itu berjalan pergi.

"Hei?" Langkah siswi itu  terhenti setelah Darga memanggilnya. Dia berbalik dengan senyum ceria.  Tidak dengan Darga yang mendorong bekal itu dengan telunjuknya. "Ambil." 

Mina yang baru saja duduk melihat dengan kaget. Dia bisa merasakan bagaimana malunya menjadi siswi itu.

"Terima aja apa salahnya...," gumam Mina pelan.

Darga membuka bekal itu  dan langsung menyendokkan satu suap ke mulut. Seketika siswi tadi  menjadi ceria. Dia berjalan dengan senang kembali ke bangkunya.

Darga melirik Mina sembari mendorong bekal itu. "Mau?"

Mina yang sejak tadi hanya menunduk segera menggeleng pelan sambil berpikir Darga tiddak menghargai pemberian siswi tadi.

Siapa pun tahu,  memberikan bekal kepada lawan jenis adalah bentuk perasaan yang berusaha  ditunjukkan. Dan Mina tak mungkin menghancurkan kesenangan cewek tadi  sekalipun Darga hanya sekadar basa-basi kepada Mina.

[]

Meskipun Mina pernah  menertawai Darga yang payah dalam melempar shuttlecock, bukan berarti  setelah itu dia mulai terbiasa dengan kehadiran Darga di sampingnya. Dia  masih canggung di sepanjang pelajaran. Ditambah lagi-lagi kelompok  diatur berdasarkan teman sebangku. 

Darga sejak tadi mencari  sesuatu dan Mina hanya bisa melirik bingung. Saat cowok itu menoleh  padanya, Mina langsung pura-pura memandang tulisan di papan tulis.

"Punya pulpen lebih?" bisik Darga.

Tanpa mengatakan apa  pun, Mina membuka kotak alat tulisnya dan mengambil satu dari tiga  pulpen yang masih ada. Dia mendorong pulpen itu ke hadapan Darga.

"Thanks. Nanti gue ganti." Darga menunggu jawaban Mina, tetapi hasilnya Mina hanya diam. Cowok itu melihat Mina dari samping.

Merasa diperhatikan, Mina melirik pelan Darga sambil mengernyit.

"Lo tahu alasan gue pindah ke sekolah ini?" Darga mendengkus pelan karena Mina hanya meliriknya dengan pandangan tak tertarik.

"Ada dua. Alasan pertama  nggak penting lo tahu. Kedua...." Darga kemudian diam karena bukannya  terlihat semakin tertarik, Mina malah melihat buku catatannya sambil  menulis. Bukan respons yang dia harapian. "Lo yakin nggak mau denger?"

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang