Tubuhnya gemetaran di atas pecahan kaca yang berserakan.
Lemah, tetapi tak ada rasa sakit selain hati yang terus diremas, dipukul, dihancurkan sampai tak berbentuk lagi.
Tidak ada tempat lagi untuk pulang.
Kekosongan di matanya menggambarkan bahwa semua yang terjadi perlahan-lahan merenggut jiwanya. Ruangan kecil tempat dia meringkuk seperti bayi, satu-satunya tempat untuk bersembunyi. Suara gedoran pintu terus terdengar menakutkan. Dalam ketakutan itu dia semakin tak bisa bersuara.
Seolah ada batu yang singgah di tenggorokannya. Seperti ada sesuatu yang mengimpit dadanya. Pandangannya mengabur. Samar, kaca tajam itu terlihat oleh penglihatannya yang semakin buram karena air mata.
Perlahan tangan lemahnya menarik kaca tajam itu, menggenggamnya erat. Hingga cairan merah perlahan keluar lewat kulit tangannya yang basah.
Semua harus diakhiri bukan?
Tidak ada tempat lagi untuk singgah.
Tidak ada alasan lagi ... untuk tetap hidup.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
Teen Fiction"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" - Mina "But you love me, Mine." - Verner Sullivan [] Mina benci dengan cowok. Pengalaman yang dialaminya dulu membuat hatinya keras dan memandang cowok tak lebih dari monster. Setampan apa pun itu...