Prolog.

7.8K 308 6
                                    

Tubuhnya gemetaran di atas pecahan kaca yang berserakan.

Lemah, tetapi tak ada rasa sakit selain hati yang terus diremas, dipukul, dihancurkan sampai tak berbentuk lagi.

Tidak ada tempat lagi untuk pulang.

Kekosongan di matanya  menggambarkan bahwa semua yang terjadi perlahan-lahan merenggut jiwanya.  Ruangan kecil tempat dia meringkuk seperti bayi, satu-satunya tempat  untuk bersembunyi. Suara gedoran pintu terus terdengar menakutkan. Dalam  ketakutan itu dia semakin tak bisa bersuara.

Seolah ada batu yang  singgah di tenggorokannya. Seperti ada sesuatu yang mengimpit dadanya.  Pandangannya mengabur. Samar, kaca tajam itu terlihat oleh  penglihatannya yang semakin buram karena air mata.

Perlahan tangan lemahnya  menarik kaca tajam itu, menggenggamnya erat. Hingga cairan merah  perlahan keluar lewat kulit tangannya yang basah.

Semua harus diakhiri bukan?

Tidak ada tempat lagi untuk singgah.

Tidak ada alasan lagi ... untuk tetap hidup.

[]



YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang