Mina terlalu larut pada kisah Sherlock Holmes yang dia baca. Hanya dunia-dunia fiksi seperti ini yang bisa membuatnya melupakan sejenak segala kejadian yang membuat hatinya selalu menyesakkan.
"Sudah sampai."
Mina mendongak. "Oh?" Pandangannya mengarah ke kiri dan melihat sekolah. Dia segera mengambil uang dan membayar driver itu. "Makasih, Pak...."
Mina turun dari sana. Sengaja memesan mobil dibanding motor seperti biasanya agar dia bisa berlama-lama sedikit di perjalanan sambil membaca novel.
Saat turun, Mina kembali mengingat kejadian malam itu. Mina sudah berusaha melupakannya, tetapi tak segampang itu. Agnia khawatir dengan apa yang terjadi. Mina tak mau menceritakan apa pun mengenai kejadian itu karena akan selalu membuatnya semakin terpuruk.
Mina terus bertanya-tanya, dosa apa yang sudah dia perbuat sampai harus mengalami hal-hal memalukan yang bertubi-tubi?
Dirinya tidak mengerti, kenapa Tuhan selalu memberikan ujian yang seperti ini?
Langkahnya memelan saat melihat mading sekolah dipenuhi oleh siswa-siswi. Mina hanya melihat dari jauh, sedikit penasaran pengumuman apa yang membuat sekolah heboh? Tetapi rasanya percuma melihat banyaknya siswa-siswi yang berlomba untuk melihat pengumuman di mading.
"Mina yang IPA 1 bukan, sih?"
Mina terpaku.
Dia mencari suara itu, yang dia lihat setelahnya adalah orang-orang melihat ke arahnya dengan takjub. Beberapa di antara mereka menutup mulut, menggeleng-geleng, atau ekspresi wajah mereka seolah tak percaya dengan sesuatu.
Satu di antara mereka tak sengaja melihat Mina, lalu berpaling dan mengajak temannya bicara. Kemudian temannya itu melirik Mina pelan-pelan.
Mina tak kenal mereka. Meski beberapa Mina kenal hanya dari wajah.
"Yang itu bukan, sih?"
Jantung Mina semakin berdegup kencang. Mina berhenti melangkah dan melihat ke sekumpulan siswa yang masih berusaha melihat sesuatu di mading sana.
"Sumpah nggak nyangka. Gue kira dia anak baik-baik."
DEG
Mina pikir ada sesuatu yang seharusnya tak terjadi. Perasaan Mina tidak enak. Apakah yang orang-orang itu lihat adalah dirinya? Mina melangkah cepat-cepat ke sekumpulan orang yang masih berusaha melihat apa yang ada di sana. Tangan Mina yang memegang sebuah novel sudah bergetar. Tubuhnya lemas. Mina menerobos dan mereka memberikan jalan untuk Mina.
Telinga Mina rasanya panas saat mendengar semua suara yang menyebut namanya.
Mina berhenti tepat di depan mading dan mematung setelah itu.
Beberapa fotonya dan Verner terlihat sedang berciuman terpajang di sana.
Mina hampir terjatuh.
Foto-foto itu diambil dari sudut yang terlihat seolah Mina dan Verner menikmati ciuman itu. Ini salah. Di sana Mina sedang gemetar, menangis, ketakutan, berusaha mendorong Verner. Bukan seolah-olah sedang memegang dada Verner.
Mina menangis. Tangannya yang gemetar berusaha menarik kaca penutup. Dia mengumpulkan foto-foto itu, menariknya keluar dengan tangan yang lemas.
Mina merobek-robeknya saat keluar dari kerumunan. Tangisnya tak terkendali. Getaran tangannya pun sama. Mina berusaha berlari, tetapi tak sanggup. Lututnya semakin lemas saat melihat Verner berdiri kaku di ujung koridor. Verner menatapnya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS
Teen Fiction"Lo kurang ajar. Berengsek. Suka berlaku seenaknya!" - Mina "But you love me, Mine." - Verner Sullivan [] Mina benci dengan cowok. Pengalaman yang dialaminya dulu membuat hatinya keras dan memandang cowok tak lebih dari monster. Setampan apa pun itu...