EXTRA PART: Beach & Zikri

192 13 4
                                    

Hai ketemu lagi sama aku di cerita ini!

Bagaimana kabar kalian?

Kangen aku atau cerita ini?

Sudah siap untuk baca EXTRA PART ini?

Skuyy tunggu apa lagi, gasskeun!

********************

"Jika egois untuk hal lain tidak diperbolehkan. Maka izinkan aku untuk egois perihal kamu." - Zikri Rafasya

-----------

"Kalo misalkan gak bisa pulang hari ini kalian nginep aja. Tapi catatan dengan dua kamar terpisah," pesan Pak Zakaria pada Zena dan Zikri.

"Awas aja lo Zik berani macam-macam sama adek gue!" ancam Zidan.

"Jangan capek-capek ya nanti kamu sakit." Bu Zulfa membelai lembut rambut Zena. "Jangan lupa kabarin orang rumah kalo ada apa-apa," pesannya.

Zena mengangguk. "Nana cuma pergi sehari aja tapi kalian ngasih pesan kayak Nana mau pisah lama aja dari kalian."

"Anak bontot itu istimewa. Kamu yang kenapa-kenapa Abang yang kena," ujar Zidan mengeluarkan unek-uneknya.

"Dia emang istimewa, Bang. Buktinya bisa jadi pacar gue," sahut Zikri.

"Itu mah sebuah kebetulan aja."

Pak Zakaria tersenyum menatap Zidan. "Kapan kamu kenalin pacar ke Papah sama Mamah? Masa udah kuliah 3 tahun masih belum nemu yang pas," papar Pak Zakaria.

Zidan menghela nafas panjang. Satu tangannya merangkul bahu Pak Zakaria. "Pacar Idan terlalu istimewa. Idan mau nyari waktu yang sangat tepat dulu untuk bawa dia ke rumah," jawab Zidan beralasan.

"Bang Idan terlalu banyak alasan. Udahlah Nana bosen dengernya. Nana berangkat dulu ya sama Zikri." Zena menyalami tangan kedua orang tuanya satu per satu, diikuti oleh Zikri di belakangnya.

"Zikri berangkat dulu ya Mah, Pah," pamit Zikri.

"Iya hati-hati ya, inget jangan terlalu capek," pesan Bu Zulfa.

Zikri mengangguk. Zikri berjalan menuju motornya diikuti oleh Zena.

"Bisa gak naiknya?" ledek Zidan saat melihat Zena sedikit kesusahan menaiki motor Zikri.

"Bantuin atuh," rengek Zena.

Zidan memutar kedua bola matanya. Lalu dirinya berjalan menuju Zena-membantu adik kesayangannya.

"Terima kasih banyak Abangku sayang," ucap Zena sangat manis. "Sini peluk dulu." Zena memeluk Zidan dari atas motor Zikri. Pelukan itu sangat tulus layaknya seorang adik kakak yang tidak pernah berseteru.

"Jaga diri baik-baik ya sayangnya Abang," pesan Zidan. Tangannya mengelus pipi Zena pelan.

"Iya Abang." Zena mengecup kedua pipi Zidan sekilas. Dengan secepat kilat Zena langsung memakai helmnya agar Zidan tidak bisa balik mengecup pipinya.

ZENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang