21. Maksudnya Apa?

674 69 17
                                    

"Mimpi itu hanya bunga tidur. Tapi jika memang menjadi kenyataan, itu sudah di luar kendali manusia itu sendiri." — From Story Zenata

———————————————

Siang itu terik matahari tak terlihat. Orang-orang berlalu lalang mengitari taman sambil berbincang dan tertawa. Begitupun dengan Zena dan Zikri. Dua sejoli itu sedang duduk di hamparan rumput hijau nan luas yang di kelilingi oleh bunga mawar merah. Harum semerbak yang dikeluarkan bunga itu sampai menusuk indra penciuman Zena.

"Iki, bunganya boleh dipetik nggak?" tanya Zena pada cowok di sebelahnya.

"Iki, boleh nggak ih?" tanya Zena sekali lagi.

Tapi cowok itu hanya diam sembari menatap Zena lekat. Mulutnya terkunci rapat. Matanya tak berkedip sekalipun membuat Zena waswas di tempatnya.

"Ki?" panggil Zena sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Zikri.

"Ah iya kenapa?" jawab Zikri cepat sedikit terkejut. Cowok itu baru saja sadar dari lamunan panjangnya.

"Kamu kenapa natap aku gitu? Ada yang aneh dari aku?"

"Ah nggak, nggak kok, kamu tetap cantik seperti biasanya," ungkap Zikri membuat Zena tersipu malu.

Zikri kembali menatap Zena lekat. Tangannya terulur untuk menelusuri setiap lekuk wajah Zena. Telunjuknya ia taruh di dahi Zena. Lalu turun ke hidung sampai berhenti di bibir ranum berwarna merah basah itu. Zikri mengusap bibir Zena pelan.

"Ki," Zena menurunkan tangan Zikri dari bibirnya. "Kamu kenapa?"

Mata hazel cowok itu menatap tepat di iris mata coklat milik Zena. "Maafin gue, Ta."

"Why? Apa kenapa? Gue rasa lo nggak ngelakuin kesalahan apapun."

"Gue minta maaf, sangat minta maaf."

"Apa yang harus gue maafin? Lo nggak punya"

"Gue mau kita sampe di sini aja."

Mata Zena melotot seketika. Apa barusan?Apa yang cowok ini katakan? Apakah Zena tidak salah dengar?

"Ma... Maksud lo apa?" tanya Zena dengan bibir yang bergetar.

"Gue mau kita putus. Apa kurang jelas?"

"Tapi kenapa? Gue ada sal—"

"Lo nggak salah apa-apa," potong Zikri cepat. "Gue yang salah di sini."

"Ki, bilang ini cuma prank, kan? Cepet bilang! Jangan mainin perasaan gue!" Air mata Zena sudah terkumpul di pelupuk matanya. Tubuh cewek itu bergetar berusaha menahan isakan yang tertahan.

"Gue serius. Gue harap lo terima dan jangan cari gue lagi. Semoga lo dapet yang lebih baik dari gue. Makasih atas semuanya. Gue pergi dulu." Zikri berdiri dari tempatnya lalu pergi tanpa menatap Zena lagi. Suara langkah cowok itu sangat menyakitkan di telinga Zena.

Dulu langkah kakinya yang Zena tunggu. Langkah kaki dengan niat untuk menghampirinya. Bukan langkah kaki yang berujung meninggalkannya.

Apakah ini akhir dari segalanya? Tunggu, Zena belum siap akan itu. Zena masih butuh Zikri.

"Kiiiii! Gue sayang lo! Kenapa lo tinggalin gue?!"

Air matanya meluncur begitu saja. Suara tangis dan isakan begitu menyayat hati bila didengar.

ZENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang