16. Bukan Siapa-Siapa

715 80 19
                                    

"Jika tau rasanya mencintai tanpa dicintai akan sesakit ini, mungkin aku tidak akan melakukan itu." — Zikri Rafasya

——————————————

Pukul 07.00 seorang gadis cantik masih bergelut dengan kasur dan selimutnya. Padahal cahaya matahari sudah mulai masuk melalui celah-celah gorden yang sedikit terbuka.

30 menit yang lalu suara ketukan pintu dan teriakan sudah saling bersahutan, tetapi sang empunya masih saja acuh tak acuh. Malahan semakin menaikan selimutnya agar menutupi setengah badannya.

Dddrrttt... Dddrrttt... Dddrrttt...

Getaran ponsel tepat di samping telinga membuat sang empunya menggeliat. Mungkin getaran ponsel cukup ampuh untuk membangunkan sang putri tidur.

"Haduh siapa sih pagi-pagi gini nelpon," ujarnya dengan nada bicara khas orang bangun tidur. "Pake video call segala lagi," imbuhnya.

Gadis itu mengklik ikon berwarna hijau. "Hah? Apa? Lo siapa?" tanyanya dengan mata yang masih sedikit terpejam.

"Sayang, bangun," ucap seorang di sebrang sana lembut.

Gadis itu terkejut, ia langsung membuka matanya. Dan memastikan orang yang baru saja memanggilnya dengan kata sayang.

"Loh, Ki, ngapain video call gue pagi-pagi?"

"Gue mau bangunin lo, Zeta."

"Gue udah bangun kok, ya udah ya gue tutup."

"Eh ntar dulu deh," cegah Zikri saat Zena akan mematikan sambungan telponnya.

"Hmm, apa lagi?"

"Lo cantik kalo baru bangun tidur," puji Zikri sembari tersenyum tulus.

"Ish apaan sih lo pagi-pagi udah ngegembel aja," balas Zena malu-malu.

"Ngegombal anjay, bukan ngegembel. Ya kali ganteng-ganteng gini di bilang gembel."

"Iya iya udah serah lo!" Zena memalingkan wajahnya ke arah lain. Lalu ia melihat angka jam yang tertera di atas nakas. "What?! Udah jam 07.15. Ikiii, gue kesiangan!!!" Zena berteriak histeris.

"Ish kuping gue! Sono cepet mandi, nanti kita ketemu depan sekolahan."

Zena tak menghiraukan ucapan Zikri. Ia langsung berlari menuju kamar mandi tanpa mematikan sambungan telponnya.

Sedangkan di sebrang sana Zikri hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Zena yang menurutnya sangat-sangat lucu. Harusnya seorang perawan itu bangun pagi, bukannya malah ngebo kayak Zena.

"Zena, Zena. Untung gue sayang," gumam Zikri lalu memutuskan sambungan telepon.

*******

"Ish di mana sih Zikri, katanya ketemu depan sekolah," gumam Zena sembari celingukan.

"Cie nyariin gue, ya?"

Zena berbalik. "Ngagetin lo! Ayo cepet sebelum ketauan Pak Botak," ujar Zena sembari menarik tangan Zikri.

"Lewat mana? Gerbang udah dikunci loh" tanya Zikri bingung.

"Lewat idung lo!" ketus Zena.

Zikri hanya cengengesan. Ia mengikuti kemana Zena membawanya. Toh Zena sudah lama bersekolah di sini. Sudah pasti Zena tau seluk beluknya. Ditambah lagi Zena kan salah satu murid nakal yang sering berangkat siang dan mabal. Jadi masalah pintu rahasia seperti ini sudah tidak perlu diragukan lagi keahliannya.

ZENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang