"Emang bener semuanya berawal dari 'cuma temen'?" — Zenata Soraya
———————————
ISI SEMUA LINE DENGAN KOMENTAR KALIAN YA!
SELAMAT MEMBACA!
**************
Reno melangkahkan kakinya dengan cepat menuju rumah Zena. Bahkan cowok itu tak pulang ke rumahnya dulu. Hatinya sekarang benar-benar risau. Pikirannya kacau. Ia merasa telah gagal menjaga Zena.
Seperti biasa, keadaan rumah Zena sangat sepi. Tapi motor gadis itu sudah ada di garasi. Reno bernafas lega menyadari itu. Berarti gadis itu aman di rumah. Reno cukup tau, Zena tidak akan menangis di tempat umum. Gadis itu lebih memilih tempat tertutup untuk meluapkan semua keluh kesahnya.
"Ray, Raya?" panggil Reno seraya mengetuk pintu kamar Zena.
Hening. Tidak ada jawaban.
Reno memberanikan diri untuk membuka pintunya, siapa tau tidak dikunci. Dan ternyata benar, pintu kamar Zena memang tidak dikunci. Reno mengedarkan pandangan, kamar Zena kosong. Hanya aroma melon yang menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya.
Suara gemericik air mengalihkan atensi Reno. Ia tau sekarang, sepertinya Zena tengah membersihkan diri. Mungkin gadis itu sedang berendam di dalam bath tub dengan air hangat dan gumpalan busa.
Kakinya melangkah masuk. Matanya meneliti setiap inci sudut kamar Zena. Ada yang berbeda, sepertinya gadis ini telah mengganti warna dindingnya. Sebelumnya berwarna biru cerah, dan sekarang menjadi warna biru gelap. Sahabatnya ini memang maniak dengan warna biru.
Matanya kembali menelusuri, kini pandangannya jatuh pada sebuah foto polaroid yang tergeletak di atas meja belajar. Foto itu telah diberi bingkai dengan warna biru. Reno mendekat kemudian mengambil foto itu.
"Zikri Zikri. Bisa-bisanya lo bikin sahabat gue nangis," ujar Reno menatap foto itu.
"Ren? Ngapain lo di sini?" tanya Zena yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah lengkap, tetapi rambut gadis itu masih dibalut oleh handuk.
"Gue khawatir sama lo. Lo nggak pa-pa, kan?"
"Gue? Gue nggak pa-pa. Emang kenapa?" Zena malah balik bertanya.
"Tadi lo nangis? Maafin gue." Reno mendekat kemudian memeluk Zena.
"Maafin gue, Ray. Gue udah gagal jadi sahabat lo. Air mata lo tadi udah keluar di depan semua orang. Maafin gue," lirihnya memeluk Zena erat.
Zena membalas pelukan Reno. Gadis itu menenggelamkan wajahnya di bahu Reno. Ini yang Zena butuhkan. Sebuah pelukan hangat dari seorang sahabat. Zena tahu, Reno pasti sangat mengkhawatirkannya. Cowok itu sekarang bahkan sampai memeluk Zena dengan erat sampai ia hampir kesulitan bernafas.
"Gue sayang sama lo. Sayang banget. Maafin gue, maafin gue Ray," lirihnya.
Air mata cowok itu tiba-tiba mengalir. Nafasnya mulai tidak teratur. Zena bisa merasakan bahu Reno yang bergetar menahan tangisan.
"Ren, lo nangis?"
Reno tak menjawab. Cowok itu malah sesenggukan.
"Ren, kok lo nangis? Kan gue yang disakitin?"
"Gue bisa ngerasain apa yang lo rasain Ray. Gue tau lo juga pengen nangis. Tapi sekuat tenaga lo tahan, kan? Karena lo nggak pengen keliatan lemah di depan semua orang, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZENATA
Teen Fiction[SELESAI] Zenata Soraya. Siswi cantik yang disegani di sekolahnya-SMA Houten. Barbar dan nakal adalah hal yang lumrah di kehidupannya. Menjahili guru adalah hobinya jika di sekolah. Tiba saatnya seseorang datang dan ingin memasuki kehidupan Zena. M...